"Sedang ada difase; menata pikiran, menata perasaan dan menata hati"
~Nayla Nacaella Putri~
***"Hei" panggil nya lagi. Karena Nayla tak kunjung menjawab akhirnya ia putuskan untuk memutar tubuh Nayla ke arah nya. Dia terkejut, karena Nayla nya menangis dengan sesenggukan.
Air matanya memang sudah tidak mengalir tapi bekas nya tercetak jelas dipipi. Matanya sembab membuatnya tak tega dan segera merengkuh tubuh Nayla ke dekapannya.
"Kenapa hm?"
"Kenapa Ayla?" Tanya nya lagi. Bukan nya menjawab, Nayla malah tambah menangis histeris. Begini lah Nayla, jika ditanya saat sedih bukan nya cerita tapi malah tambah menangis.
"Tenang. Gue disini" ucapnya sambil menepuk-nepuk punggung Nayla. Lalu direnggangkan pelukannya dan menatap wajah Nayla sejenak sebelum ia menghapus air mata Nayla dengan kedua ibu jari nya.
"Ada apa, hm?" Perilaku manis seperti ini tentu saja membuat orang yang diberlakukannya bisa saja terbawa perasaan. Hingga membuat Nayla merasa nyaman jika didekat Kaka.
"Ka"
"Iya"
"Gue"
"Kenapa?"
"Cerita deh. Pacar bohongan siap buat dengerin curhatan tuan putri" lalu dengan cepatnya Nayla berdecak sebal mendengar penuturan Kaka sambil menepuk pundak nya. Sedangkan Kaka, dia hanya cengengesan menampilkan sederet gigi nya.
"Gue mau move on, Ka"
"Ya udah. Apa susahnya?"
"Susah ih. Kalau mudah, udah dari dulu aku lupain Faeza" Kali ini pertahannya runtuh, membuat nya tak sanggup memendam terlalu lama hingga memutuskan untuk berbagi beban nya pada Deska, sahabat karibnya. Nayla bukan lah orang yang plin plan tentang perkataan. Dia hanya akan memanggil dengan sebutan 'aku-kamu' jika berada dengan orang terdekat, dan suasana yang memadai. Dan dia akan berbicara dengan gaya 'lo-gue' jika lawan bicara nya adalah orang asing, atau bisa dikatakan tidak terlalu dekat dengan Nayla. Nayla hanya akan bicara senyamannya.
"Yaudah pertahanin" Lantas Nayla menggeleng dengan cepat.
"Faeza udah punya pacar, Ka"
"Lo si, terlalu jual mahal. Sok sokan dingin segala. Ribet kan jadinya?" Nayla menatap Kaka dengan sinis.
"Lo tidak tau. Gimana rasanya dihianati, disakiti, dikecewakan, dipermalukan " Mendengar pengungkapan hati Nayla, membuatnya merasa tidak enak dengan perkataan nya yang menyinggung Nayla.
"Maaf" Ungkap nya lirih.
"Jadi, lo mau nya gimana?"
"Melupakan"
***
"Makan Nay" Melihat sang adik yang terus saja mengaduk-aduk bakso nya membuat nya berdecak sebal. Dirinya saja sudah hampir habis, sedangkan milik Nayla? Masih utuh.
"Kalau tidak mau, buat abang aja" terdengar nada gurau, tapi Nayla dengan segenap hati merelakan makanan kesukaan nya itu untuk abang nya. Rey menatap nya kaget, ada apa dengan Nayla?
"Serius?" Nayla mengangguk sebagai jawaban. Lalu Nayla kembali melamun memikirkan saran dari Kaka tadi. Patut dicoba, meski kemungkinan berhasil nya hanya 1% karena Nayla sungguh-sungguh akan perasaan nya pada Faeza. Dijamin 100% cinta, full dengan bumbu setianya.
"Lo ada masalah apa?" Tanya nya sesaat setelah lama terdiam. Lagi pula bakso nya juga sudah habis, 2 mangkok lagi.
"Bohong lo" Melihat Nayla yang menggeleng, Rey langsung saja menuduh adek nya berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Again ; Ketika Kisah Belum Usai [End✓]
Fanfic[COMPLETED] "Ayla gue itu perhatian engga kayak lo yang cuek, Ayla gue itu orang nya sabar engga kayak lo yang pemarah, Ayla gue juga orang yang ramah engga kayak lo yang dingin" ucap Langit dengan penuh penekanan. "Gue bukan Ayla! Lo perlu ke THT"...