"Seperti halnya senja yang menunggu kamu datang kembali, seperti itulah aku"
~Faeza Langit Dermantara~
***"Kamu mau kemana pagi-pagi gini, Fa?"
"Mau pacaran dong Ma" Mama nya hanya tertawa mendengar penuturan sang anak. Dia bahagia, setelah sekian lama melihat anak nya yang sering murung, akhirnya kini mulai terlihat aura kebahagiaan nya.
Kejadian ini terjadi seusai Faeza pulang dari rumah sakit. Faeza yang sudah mau mengobrol santai dengan nya, Faeza yang sering suka mengumbar tawa nya, Faeza yang rajin belajar, Faeza yang sudah mau memaafkan kesalahan nya.
Dari lubuk hati yang terdalam, dia merasa bersalah karena Faeza hadir dalam keluarga yang begitu tidak harmonis. Dimana Papa dari Faeza yang lebih memilih hidup bersama dengan selingkuhannya dan melupakan nya beserta Faeza. Dia selalu melimpahkan kasih sayang pada Faeza, namun tetap saja ketidakhadiran Papa nya membuat Faeza ingin merasakan rasanya memiliki keluarga yang lengkap.
"Kayak punya pacar aja!"
"Punya Ma" Balas Langit tidak terima. Ya meskipun ini memang yang pertama bagi Langit. Merasa begitu dicintai dan mencintai seseorang sebegitu dalam nya.
"Emang ada yang mau sama kamu? Udah jelek ga pintar lagi" Kalimat yang berakhir dengan nada tertawa itu membuat Langit berdecak sebal. Akhir-akhir ini Mama begitu senang menggodanya.
"Aku jelek ya Ma? Berarti Mama juga jelek? Kan aku dari produksi Mama" Balas nya lalu segera lari keluar rumah tak lupa salam dia ucapkan sambil terus berlari.
***
Ditarik nya nafas lalu dihembuskan pelan, dia melakukan nya tiga kali. Sejak tadi dia terus merasa deg-deg-an padahal dia sudah sering main kerumah Rey, dulunya. Ini masih sama, rumah Rey. Namun rasa nya dia terus saja merasa jika detak jantung nya berjalan lebih cepat dari biasanya.
Setelah memarkirkan sepeda motornya, lantas ia berjalan menuju rumah Nayla. Rumah ini masih sama seperti dulu kala. Rumah yang sering ia singgahi saat merasa kesepian dirumah atau saat merasa sedang kacau karena mendengar pertengkaran dari orang tua nya.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" Terdengar suara balasan dari dalam. Dari suaranya ia berfikir jika itu suara dari Bunda nya Nayla. Dan benar saja saat pintu terbuka terlihat wanita paruh baya yang tidak lain adalah Bunda dari Nayla dan Rey.
"Selamat pagi tante" Ucap nya sambil menyalami wanita paruh baya itu.
"Pagi. Sini masuk"
"Iya tante" Ucap nya sambil tersenyum. Tersenyum menutupi kegugupannya.
"Duduk dulu. Biar tante panggilkan Rey dulu" Melihat Langit yang bingung akhirnya Bunda nya Nayla itu tertawa menggoda lalu meralat omongannya.
"Eh maksud tante, tante panggilkan Nayla dulu" Ralat nya sambil tersenyum geli. Sedangkan Langit, dia hanya menggaruk tengkuk nya sambil meringis.
"Eh, iya tante. Terimakasih" Melihat tante Aella menjauh akhirnya Langit dapat bernafas lega. Tidak tau lagi jika tante Aella lebih lama disini. Tadi saja, jantung nya sudah berasa ingin copot.
"Lang?" Belum lama bernafas lega, sapaan dari laki-laki paruh baya yang tidak lain adalah Om Ditra, kembali membuat jantung Langit bekerja lebih dari biasanya.
"Om?" Sapa nya kembali sambil menyalaminya.
"Mau main Play Station lagi?"
"Tidak om. Udah lama tidak main si sebenarnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Again ; Ketika Kisah Belum Usai [End✓]
Fanfiction[COMPLETED] "Ayla gue itu perhatian engga kayak lo yang cuek, Ayla gue itu orang nya sabar engga kayak lo yang pemarah, Ayla gue juga orang yang ramah engga kayak lo yang dingin" ucap Langit dengan penuh penekanan. "Gue bukan Ayla! Lo perlu ke THT"...