"Mantan, I love You"
~Faeza Langit Dermantara~
***Bel istirahat baru saja berbunyi dan lihat lah kelas XI MIPA 1 yang masih setia mengerjakan ulangan harian mapel Matematika. Bagi Nayla, matematika adalah pelajaran kesukaannya karena matematika itu ibarat kepastian, memiliki cara untuk mengerjakan dan dapat dipastikan jawabannya.
Sejak dulu Nayla sangat suka berhitung, namun mungkin saja cara nya memperhitungkan berapa persen kemungkinan ia akan patah hati, kurang tepat dulunya. Harusnya Nayla dulu memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi setelahnya dengan baik. Nayla sebenarnya paham dengan kalimat ' jika ia berani jatuh cinta maka ia akan menghadapi konsekuensi nya, apalagi kalau bukan patah hati?' namun ternyata cinta dapat membuat segala sesuatu berubah dalam sekejap.
Semua murid MIPA 1 mengerjakan ulangan dengan tenang. Satu alasan yang mungkin ada dibalik kata 'tenang', yaitu karena guru yang mengajar sering disebut-sebut sebagai guru ter-killer diantara guru mapel Matematika lainnya.
Sudah 15 menit mereka melewatkan jam istirahat hingga tidak lama kemudian bel masuk kembali terdengar nyaring seantero sekolah. Sedangkan Nayla yang sejak tadi merutuki cacing-cacing yang berada dalam perutnya terus berbunyi. Meskipun tadi ia sudah sarapan bersama Kaka, namun tetap saja dia merasa lapar.
Tidak butuh waktu lama untuk Nayla menyelesaikan ulangannya, hanya butuh waktu setengah jam. Dengan keyakinan yang dimilikinya akhirnya Nayla maju kemeja guru untuk menyerah hasil pengerjaan ulangannya. Tidak kaget, guru itu sangat hafal jika Nayla pasti murid pertama yang akan mengumpulkan hasil pekerjaan nya. Bu Rika namanya.
Bu Rika menatap Nayla dengan senyuman tipis yang terbit dibibir berwarna merah muda nya itu. Bu Rika sebenarnya menyayangkan murid secantik dan sepintar Nayla itu selalu menampilkan wajah datarnya. Masih dalam teka-teki, Bu Rika hanya bisa merasa iba dengan masalah yang dihadapi murid kesayangannya itu.
Setelah Nayla menyerahkan pekerjaan nya, dengan segera Nayla keluar dari dalam kelas dan berjalan ke arah kantin. Karena peraturan nya jika telah mengerjakan ulangan, maka mereka boleh kekantin atau kemanapun yang mereka mau.
Langkahnya terhenti di area kantin, setelah memesan bakso dia pun langsung mencari tempat yang dirasa nyaman.
Nayla makan dengan tenang, bahkan saat seseorang terlihat sedang duduk dihadapannya, dia masih diam. Tidak menoleh, antara cuek dengan keasikan makan kan beda tipis. Sampai suara deheman terdengar di telinga Nayla baru lah dia mendongak. Menatap pemilik suara deheman tadi.
"Kenapa disini?" tanya Nayla ketus,
"Makan lah. Masih bisa lihat, kan?" jawabnya dengan mengarahkan pandangan kearah mie ayam yang ia pesan tadi.
Nayla malas berdebat, Nayla juga malas melihat Langit saat ini. Laki-laki yang tengah menganggu nya adalah Langit. Lalu dengan cepat Nayla berdiri dan membawa mangkok bakso nya yang masih belum habis. Namun ternyata, gerakannya masih kalah cepat dengan Langit. Dengan segera Langit menahan tangan Nayla mengartikan agar dia tetap berada disini.
"Mau kemana?" Langit masih menunggu jawaban.
"Belum habis kan? Makan aja disini" ucap Langit lagi, dia tidak berniat menganggu Nayla sedikit pun. Dia hanya ingin berada lebih dekat dengan Nayla. Hanya itu.
"Duduk" perintahnya.
Dengan terpaksa, Nayla akhirnya memilih untuk tetap stay di tempat duduknya. Kembali menyantap makanan kesukaannya itu. Sejak memasuki jenjang menengah pertama, sejak itu lah Nayla mulai menyukai makanan bernama 'bakso' itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Again ; Ketika Kisah Belum Usai [End✓]
Fanfiction[COMPLETED] "Ayla gue itu perhatian engga kayak lo yang cuek, Ayla gue itu orang nya sabar engga kayak lo yang pemarah, Ayla gue juga orang yang ramah engga kayak lo yang dingin" ucap Langit dengan penuh penekanan. "Gue bukan Ayla! Lo perlu ke THT"...