"Apa ibu ada di ruangannya?" tanya Hanbin pada asisten ibunya.
"Kang sajangnim sedang meeting diluar, tuan muda"
"Apa meetingnya lama?"
"Sepertinya iya, katanya langsung survei lokasi fashion show untuk minggu depan" terang pria ber-name tag Park Haejin.
"Ingin menunggu di ruangannya?" lanjut asisten ibunya itu.
"Ah tidak, kalau meetingnya masih lama aku mau makan siang dulu di cafe dekat sini,"
"Kalau ibu sudah datang, beritahu aku mencarinya" lanjut Hanbin sebelum beranjak dari sana setelah asisten ibunya mengiyakan ucapannya.
Hanbin memasuki lift setelah menunggunya terbuka selama beberapa menit. Belum pintu lift menutup sempurna, seorang gadis menyela dan segera masuk kesana.
Posisi pria Kim yang bersandar pada dinding belakang lift membuatnya bisa memandangi postur gadis itu.
Ia ingat, ini gadis yang terlihat sangat akrab dengan ibunya di season greeting party.
Lift itu mulai bergerak turun dari lantai empat menuju lobby blacklabel, keduanya memang memasuki lift dari lantai teratas gedung agensi itu.
Tangan gadis itu mencepol asal rambutnya yang tadi tergerai. Pergerakan itu tak luput dari pandangan Hanbin. Entah kenapa, Hanbin rasa suasana di dalam sana semakin gerah.
Ia ingin secepatnya keluar dari lift, netranya melirik ke monitor kecil yang menunjukkan pergerakan lift sudah sampai di lantai berapa. Rasanya lift yang mereka tumpangi bergerak sangat lambat sekarang.
Lantai 3,
Lantai 2,
Lantai 1-sedikit lagi, tidak! tunggu, lift itu sedikit berguncang, lalu gelap. Listriknya mati.
Hanbin yang sempat terkejut, buru-buru meraih ponsel miliknya di saku hoodie dan menyalakan senter untuk penerangan di dalam lift yang sekarang gelap gulita.
Tapi ia tak dapat menemukan gadis yang tadi menumpangi lift bersamanya. Sampai ia mendengar suara isakan putus-putus dari sudut lift.
Ia menyorot dengan senter ponselnya. Gadis itu berjongkok. Meringkuk di sudut lift.
"Hei! kau tak apa-apa?" tak ada jawaban hanya nafas gadis itu yang terdengar semakin tersengal.
Hanbin berusaha mendekat dengan berlutut di hadapan sang gadis. "Kau nyctophobia?"* tanya Hanbin ragu.
Sedetik kemudian ia merasa sangat bodoh, mana mungkin gadis ini menjawab pertanyaannya. Liat saja kondisinya yang kacau seperti ini.
Hanbin mulai panik saat berusaha meminta bantuan dari luar dengan menelfon ibunya tapi wanita paruh baya itu tak kunjung mengangkat panggilannya.
Ia mengumpat pelan, lalu memandangi gadis itu yang sekarang terlihat lemas.
Refleks ia melingkarkan lengannya melingkupi tubuh gadis itu yang gemetar. Satu-satunya cara yang terlintas di otak jeniusnya untuk membuat gadis itu tenang.
Persetan dengan ia yang akan di cap kurang ajar sebab memeluk orang yang tidak dikenal sembarangan.
Yang ia pikirkan saat ini hanya bagaimana gadis ini bisa tenang dan melawan phobia-nya.
"Sshhh, tenanglah ada aku, kau tidak sendirian" bisiknya menenangkan sembari tangannya mengusap kepala gadis itu dengan lembut.
"Kau tau? phobia bisa sembuh dengan cara menghadapi ketakutan itu sendiri," ia terus berbicara agar sang gadis melupakan rasa takutnya pada kegelapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Options [JenBin] ✔
FanfictionSebenarnya siapa yang antagonis sekarang? Keegoisan salah satu dari mereka, menjadi penentu bagaimana ini akan berakhir. "Aku tau kau yang membesarkanku, tapi aku mencintainya"-KJN "Mau lari bersamaku?"-KHB (!) read this story with dark mode, just s...