×5×

1.1K 162 5
                                    

Inspirasinya datang dengan cara yang berbeda kali ini. Tangannya masih lincah menulis lirik demi lirik lagu.

Ketika ia membaca ulang lirik yang telah ditulisnya, ia tersadar lagu itu merujuk pada satu orang.

Tetangganya, gadis yang tinggal di unit 136. Model junior yang bernaung dibawah agensi milik ibunya; blacklabel.

Setelah dibuat seperti orang idiot oleh gadis itu tadi, Hanbin langsung mengambil note nya. Seperti biasa, duduk di balkon kamar ditemani secangkir cokelat panas.

Tidak, Hanbin tak suka kopi. Aftertaste dari kopi itu sendiri membuatnya mual. Dan ia beberapa kali terlihat melamun, lalu kembali menyesap cokelat panasnya.

Pesona yang dimiliki gadis Kim, membuat inspirasi-inspirasi bermunculan begitu saja di otak jeniusnya yang terkadang idiot itu.

Ah Hanbin lupa meminta nomor ponselnya tadi. Kalau dipikir-pikir menjalin hubungan dengan model tak buruk juga.

Tapi pria Kim tak mau buru-buru menyimpulkan bahwa ia memiliki rasa pada Jennie. Ia hanya berfikir bahwa sekarang sedang tertarik dengan gadis itu.

Seperti itu, tidak lebih. Namun Hanbin mengingat ibunya, kenapa wanita itu tak mengenalkan Jennie padanya? Malah mengenalkan model-model centil yang bertingkah sok menggemaskan didepannya.

Padahal itu kan permintaan Hanbin sendiri, agar ibunya berhenti menjodohkan ia dengan model dari agensinya. Seperti tidak laku saja, ia kan bisa mencari pasangannya sendiri.

Menghela nafas kecil, Hanbin yakin jika Jung-sialan-Jaewon itu tau apa yang dirasakan Hanbin sekarang, ia pasti akan diledek habis-habisan.

Karena menjilat ludahnya sendiri, dan meruntuhkan dinding tebal yang ia sebut prinsip. Persetan dengan prinsip bodoh itu.

Hanbin bahkan bisa mendapatkan Jennie tanpa bantuan dari siapapun, termasuk ibunya.

Ia juga sempat berfikir untuk mencari dan meminta bantuan gadis vampire aneh itu. Tapi urung, sebab gadis itu pasti juga akan meledeknya.

Mengapa ia harus berfikir sejauh ini?

Hanbin kan hanya tertarik pada gadis itu, tertarik bukan berarti jatuh cinta.

Iya kan?

Lagipula mana ada yang namanya cinta pada pandangan pertama. Hanbin tak percaya hal-hal bodoh seperti itu.

+++

Jennie mengetuk-ngetuk meja cafe dengan jarinya, tanda bahwa ia sedang gusar. Pasalnya pria yang mengajaknya bertemu di akhir pekan ini belum datang juga.

Ia juga merasa sangat bodoh, sebab saat beberapa hari yang lalu mereka berpapasan di lobby apartement, Jennie lupa meminta nomor ponsel atau kontak sang pria.

Pria itu juga hanya memberi tahu lokasi dan waktu dimana mereka bertemu, lalu ia pergi karena harus segera ke studio katanya.

Jennie lagi-lagi melirik jam kayu yang memberi kesan vintage pada dinding cafe itu.

Ia menyendok ice cream rasa susunya yang mulai mencair lalu memasukkannya dengan kesal kedalam mulut.

Saat ia mengedarkan pandangan keluar kaca cafe, ia melihat pria yang ditunggunya baru saja keluar dari mobil.

Pria itu berlari kecil masuk kedalam cafe, membuat lonceng di pintu berdenting tanda ada pengunjung masuk.

Jennie menatap tajam pada Hanbin yang tengah mengatur nafasnya. Pria dengan kemeja flannel kotak-kotak berwarna navy itu menampakkan wajah menyesal pada sang gadis.

Options [JenBin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang