Geraman kesal disertai dengan gerakan tangannya yang menyumpal telinga, tak membuat bunyi bel berhenti.
Yang ada malah semakin brutal. Oh ayolah Hanbin baru sampai di rumah saat matahari terbit tadi.
Siapa yang memencet bel apartementnya dengan kurang ajar pagi-pagi begini. Mengganggunya yang sedang bermesraan dengan ranjang saja.
Padahal kan semalaman suntuk ia mengerjakan proyek album debut untuk sebuah girl grup. Dan baru dapat tidur selama 2 jam.
Habis sudah kesabarannya. Dengan mata setengah terpejam dan kesadaran yang belum terkumpul penuh, ia berjalan kearah pintu apartement.
Pria Kim melirik jam di dinding ruang tengah yang menunjukkan pukul 8 pagi.
Tanpa melihat intercom, tangannya bergerak memutar gagang pintu dan sudah sangat siap untuk memaki orang yang mengganggu tidurnya di pagi hari ini.
Namun saat pintu terbuka, segala makian yang sudah berada di ujung lidahnya malah tertelan kembali.
"Jane?"
Gadis Kim itu berdiri di depan pintu apartementnya, masih mengenakan piyama we bare bears berwarna putih.
Gerak-geriknya terlihat sangat tak nyaman. Ia bahkan tak memakai alas kakinya. Sedetik kemudian ia malah merengek seperti bocah.
"Oppa! kenapa lama sekali buka pintunya, huh?"
Kalau sudah dihadapkan pemandangan seperti ini sih Kim Hanbin mana bisa marah-marah.
Ia bahkan tak ingat kalau gadis ini yang mengganggu tidur berkualitasnya.
Yang dilakukannya hanya menghela nafas singkat. Lalu dengan suara seraknya ia menanyakan maksud tindakan Jennie.
Awas saja kalau tidak penting, Hanbin siap menerkamnya sekarang juga, eh?
"Ada apa sih? pagi-pagi begini sudah berencana merusak bel apartement ku ya??" Jennie malah merengut lucu membuat rasa kantuk Hanbin jadi menguap entah kemana.
"Tadinya aku mau mandi pagi, tapi ada kecoa di lantai kamar mandiku, makanya aku langsung lari kesini," terangnya diselingi ekspresi jijik seperti membayangkan kecoa.
"Oppa tolong usir kecoa itu ya? Jangan di bunuh! kasihan," lanjutnya setengah memelas.
"Jane, kau harus tau bahwa aku benci serangga termasuk kecoa menjijikkan itu" Hanbin begidik ngeri.
"Cih laki-laki macam apa kau ini?, kalau begitu aku mandi di apartement mu saja ya, oppa?"
Nadanya memang bertanya, tapi tanpa menunggu jawaban sang empunya, Jennie nyelonong masuk melewati tubuh Kim Hanbin.
Karena seluruh unit di bangunan ini memiliki tata letak yang sama, Jennie langsung tau dan segera menuju ke kamar mandi milik Kim Hanbin.
Otaknya masih loading. Saat tersadar, ia langsung berlari masuk ke kamarnya. Iya kamar mandi di setiap unit apartement mewah ini hanya satu, di dalam kamar tidur.
Hanbin mulai panik, bisa-bisanya gadis kucing itu dengan santai meminjam kamar mandinya. Disaat sang empunya justru kalang kabut begini.
Ia malah mendengar nyanyian keras dari dalam sana di iringi suara air dari shower. Hanbin menelan salivanya dengan susah payah.
Pria Kim mendekat ke arah pintu kamar mandi, "Jane?" tapi tak ada respon.
Tentu saja suara gadis itu memenuhi kamar mandi sampai tedengar keluar, mana mungkin ia mendengar panggilan lirih Hanbin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Options [JenBin] ✔
FanfictionSebenarnya siapa yang antagonis sekarang? Keegoisan salah satu dari mereka, menjadi penentu bagaimana ini akan berakhir. "Aku tau kau yang membesarkanku, tapi aku mencintainya"-KJN "Mau lari bersamaku?"-KHB (!) read this story with dark mode, just s...