Setelah bertemu dengan Irene, keduanya langsung menuju ke blacklabel. Lee Jieun; manager Jennie, tadi menelfon dan bilang ada beberapa berkas yang harus di urus mengenai keberangkatannya ke Paris.
Karena mereka menggunakan mobil sang pria, maka Hanbin mengantar Jennie ke agensi milik ibunya.
Baru memasuki pintu utama, bisikan-bisikan tak mengenakkan terdengar. Tapi tentunya mereka tak ambil pusing dengan itu semua.
Mereka berdiri di depan lift, berdebat tentang nyctophobia Jennie dan tangga darurat. Awalnya kan pria itu yang mendukung Jennie untuk melawan phobianya.
Sekarang malah dia sendiri yang melarang gadis Kim menaiki lift, lebih baik pakai tangga darurat saja katanya, lebih aman.
Yang nyctophobia kan Jennie, malah jadi Hanbin yang berlebihan sekarang. Padahal gadis itu sudah lumayan bisa melawan rasa takutnya.
Selama ada Hanbin bersamanya, Jennie yakin segelap apapun ia pasti tak akan merasakan takut.
Sebab setelah kejadian menyenangkan bermalam-malam yang lalu. Saat gelap, yang terlintas di kepala Jennie pasti kegiatan panas mereka berdua.
Sampai pipi gempalnya pun akan terasa panas hanya dengan memikirkannya saja.
"Sudah, pakai tangga darurat saja, kalau mati lagi bagaimana?" bujuk pria Kim.
Jennie merotasikan bola matanya, "Oppa sendiri yang bilang aku harus berani melawan phobia ku"
"Ya tapi kan, melihat nafasmu yang sesak saat gelap begitu aku mana tega" ujar Hanbin dengan suara di kecilkan, gengsi.
Sang gadis tersenyum jahil mulai menggodanya, "Eiyy.. oppa perhatian sekali," ia malah senyum-senyum sendiri seperti orang idiot.
Hanbin hanya menanggapi dengan pelototan mautnya, namun Jennie Kim mana mempan dengan hal itu. Malah semakin gencar menggoda prianya.
Jari telunjuknya menekan tombol lift, lalu tersenyum penuh kemenangan kearah Hanbin. Pria Kim menghela nafasnya singkat, memilih mengalah saja pada gadis kucing.
"Lagian kan belum tentu juga akan mati listrik lagi" gumaman Jennie tak ditanggapi Hanbin.
Lift berdenting tanda pintunya akan terbuka, "Ayah?" bingung gadis itu setelah lift terbuka malah mendapati sang ayah keluar dari dalamnya.
"Jane," pria paruh baya itu menatap bergantian sang putri dan pria di sampingnya.
Sebelah alis Hanbin terangkat, kala gadisnya malah merapat dan merangkul lengannya.
Gadis Kim tersenyum lebar, "Ayah, ini Hanbin oppa, yang pernah aku ceritakan,"
Kim Jongsuk malah menatap nyalang tautan lengan Jennie dan pria yang di panggilnya 'oppa' tadi. Tanpa berniat untuk melepaskannya.
"Ayah sedang apa disini?" tambah Jennie.
"Ada urusan sedikit, Jane" jawabnya tanpa mengalihkan sedikitpun atensi dari Hanbin, ia benar-benar seperti sedang men-scan pria itu.
Seperti paham dengan maksud tatapan ayah dari gadisnya, Hanbin berdeham singkat sebelum melepas rangkulan Jennie dari lengannya dengan perlahan.
Hanbin berbalik menghadap tepat pada gadisnya. Jennie menatapnya bingung, "Jane, kau bisa sendiri kan?,"
"Pakai lift saja biar tidak lelah, tapi suruh managermu turun menjemput biar kau tak sendiri di dalam" lanjut sang pria.
"Oppa mau kemana?" tanyanya disertai kernyitan di dahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Options [JenBin] ✔
FanfictionSebenarnya siapa yang antagonis sekarang? Keegoisan salah satu dari mereka, menjadi penentu bagaimana ini akan berakhir. "Aku tau kau yang membesarkanku, tapi aku mencintainya"-KJN "Mau lari bersamaku?"-KHB (!) read this story with dark mode, just s...