×12×

1.2K 149 7
                                    

Konsleting listrik sepertinya akan berlangsung sepanjang malam. Hujannya juga, belum menunjukkan tanda-tanda akan reda.

Kedua mata mereka terpejam tapi tidak tidur. Hanya sama-sama menikmati detak jantung masing-masing.

Masih dalam keadaan kamar Hanbin yang gelap gulita, keduanya masih berada di atas ranjang pria Kim dan dibawah selimut yang menutupi sampai dada mereka.

Kepala Jennie Kim bersandar di dada sang pria, yang tengah mengelus lembut bahu polos miliknya.

Benar yang Hanbin katakan, ia bahkan sudah tak takut akan gelap setelah melakukan hal menyenangkan yang dimulai pria Kim.

Sang gadis membuka matanya, mendongak meneliti pahatan wajah sempurna di atasnya.

Jemarinya bergerak mengikuti bentuk tato di dada kiri sang pria yang bertuliskan 'Nihilism'.

Hanbin membuka matanya, mengecup kening gadis itu lama.

"Aku tak tau sebelumnya kalau kau punya tato, oppa" ucap Jennie pelan.

"Dan semua letak tato mu itu,"

"Sexy?" goda Hanbin menatap Jennie.

Jennie memukul dada bidang Hanbin, "Yak!" pria Kim hanya terkekeh melihat reaksi sang gadis.

"Oppa, kita ini apa?" tanya Jennie.

"Tentu saja manusia" jawaban Hanbin yang kelewat santai dan bodoh membuahkan dengusan dari bibir Jennie.

"Maksudnya kita, hubungan kita"

"Kenapa bilang aku 'calon menantu' pada mom?" tambah gadis itu, ia ingin sebuah kepastian.

Hanbin menghela nafas singkat, "Ingat ciuman pertama mu di studio?," Jennie mengangguk.

"Saat itu aku mengklaimmu, menjadi milikku"

"Kau harus menghadapi ayah dulu jika ingin memiliki ku, oppa" tantang Jennie.

"Aku bahkan sudah memiliki mu seutuhnya malam ini, Jane" untung saja masih gelap, jadi Hanbin tak melihat rona di pipi gempal Jennie.

Kepala Jennie mendusel di dada polos Hanbin. "So? we're lovers now?"

"Whatever you name it, Jane"

"Tidak adil!!,"

"Apanya?" suara serak Hanbin membuat Jennie merinding.

"Oppa, My first love, first boyfriend, first kiss, and,"

"And?" pria Kim menunggu kelanjutan kalimat Jennie.

"My first sex" bisik Jennie akibat malu mengatakannya.

Hanbin tak menyangka, Jennie Kim akan sepolos ini. Padahal ia pernah tinggal di New Zealand dulu.

"Kan bagus kalau begitu, kau mengalami semua hal pertama bagimu bersamaku"

"Tapi oppa curang!," Jennie menatap kesal Hanbin, "Aku pasti bukan first kiss mu kan?" protes Jennie.

Pria itu tersenyum geli, ah dia baru paham apa maksud Jennie. Wajah kesal gadis itu menggemaskan sekali, hingga Hanbin ingin memakannya.

"Memang bukan," Hanbin mengecup kilat bibirnya yang mengerucut, "But you my first sex"

Lagi, sepertinya rona merah di pipi Jennie sekarang menjalar sampai kedua telinganya.

Hanbin meraih tangan Jennie yang berada di atas dadanya. Menautkan jemari mereka, menggenggamnya. Sang gadis mengangkat kepalanya untuk melihat tautan tangan mereka.

Options [JenBin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang