×21×

989 109 7
                                    

Ia langsung terbangun mendengar suara pintu yang terbuka. "Jane?" panggil sang manager sembari mendorong troli berisi sarapan.

Jennie menengok ke sampingnya, kosong. Tak ada Hanbin disana. Rasanya gadis itu ingin menangis sekarang. Hanbin marah padanya.

Jieun mengedarkan pandangannya, pakaian yang Jennie kenakan semalam berserakan di lantai. Bahkan bra gadis itu tersampir asal di dashboard ranjang.

Juga aroma yang menusuk indra penciuman gadis Lee. Bau cairan, mengerti kan? cairan orang yang sehabis bercinta.

Ia kembali menatap Jennie, dan duduk di sisi ranjangnya yang seperti kapal pecah itu.

Kala berusaha mendudukkan diri, gadis Kim meringis. Merasakan ngilu di sekujur tubuhnya, terutama daerah pangkal pahanya.

Jennie membenarkan selimut agar menutupi tubuh polosnya. Kemudian menyandarkan punggung pada dashboard ranjang.

"Jane, maafkan eonni," ia menatap iba pada gadis yang sudah dianggap sebagai adiknya itu.

Jennie berusaha tersenyum walaupun rasanya ia hampir menangis. "Tak apa eonni, kami sering melakukannya, ini bukan pertama kali"

"Dia berlaku kasar ya padamu semalam?" tanyanya hati-hati.

Saat itu juga air mata Jennie tumpah, ia terisak. "Eonni ini salahku, membiarkan Hyunbin brengsek itu seenaknya menyentuhku semalam" ujarnya disela isakan.

Jieun mendekat dan memeluk tubuh Jennie berusaha menenangkannya. "Sshh..,sudah Jane, eonni yang memaksamu semalam, ini salah eonni"

Tangisan gadis Kim reda kala menyadari sesuatu, ia melonggarkan pelukan mereka. "Dimana Hanbin oppa?"

"Dia sudah kembali ke Korea pagi-pagi tadi"
Memang pagi tadi Hanbin mencari Jieun dan pamitan padanya. Katanya tak tega membangunkan gadis kucing, jadi ia hanya menyampaikannya pada sang manager.

"Apa.., dia terlihat kesal?" Jennie merunduk memainkan jari-jarinya.

"Entahlah, tapi dia kelihatan kacau,"

Helaan nafas dikeluarkan oleh Jieun, sebelum melanjutkan, "Jane, ini salah eonni" sungguh gadis Lee sangat merasa bersalah membuat keduanya jadi saling marahan seperti ini.

Gummy smile ditampilkan oleh Jennie untuk meyakinkan Jieun bahwa ia baik-baik saja dan ini bukan salah managernya.

"Yasudah aku mandi dulu eonni, nanti sarapannya akan kumakan" Jennie menggulung tubuh polosnya dengan selimut tebal berwarna putih gading itu.

"Kalau perlu apapun, hubungi aku ya, aku ada di kamar tak akan kemana-mana" ucapnya sebelum menghilang di balik pintu kamar nomor 411.

Selimut itu Jennie jatuhkan begitu saja di depan pintu kamar mandi sebelum masuk ke dalamnya.

Ia terdiam di depan cermin, memandangi pantulan dirinya.  Tubuhnya di penuhi jejak dari pria Kim.

Berwarna keunguan dan ngilu saat disentuh. Ini pertama kalinya Hanbin berlaku kasar padanya.

Bahkan saat mereka bercinta pun, pria Kim akan selalu memperlakukan gadisnya dengan lembut.

Jennie tak tau kalau Hanbin akan semarah itu dan Jennie tak tau kalau Hanbin akan datang menyusulnya ke Paris.

Tentu saja, niat Hanbin kan memberi gadis Kim kejutan dengan tiba-tiba ada disana. Dan menghabiskan waktu dengan kencan berdua di kota yang romantis itu.

Tapi malah ada kejadian tak mengenakkan, bahkan ketika mereka 'melakukannya' semalam, tak ada pancaran yang Jennie sukai dari sorot mata prianya.

Ia benar-benar marah, pantas Hanbin menyentuhnya dengan kasar semalam. Jennie berbalik menghadap samping, melihat pinggangnya yang seperti ada bekas remasan tangan kemerahan  disana.

Options [JenBin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang