Dinginnya angin malam sama sekali tak mengusik gadis Kim yang tengah berdiri di balkon kamar apartement prianya.Kepalanya terus memikirkan cara agar orang tua mereka batal menikah. Yang benar saja, kalau itu terjadi keduanya akan sangat menderita.
Walaupun menjadi saudara tiri, apa yang harus Hanbin lakukan nanti ketika ia 'menginginkan' Jennie-nya?
Gadis kucing juga memikirkan sikap dan kata-kata 'mom' nya tadi. Ia merasa tak mengenalnya, benar-benar berbeda dari yang biasanya ia temui.
Yang selalu memanjakan dan mengerti Jennie. Namun tadi wanita Kang terdengar egois dengan segala keinginannya yang harus dituruti.
"Ayo masuk, dingin" terdengar suara berat di belakangnya, membuat gadis itu berbalik.
Pria Kim bersandar di kusen pintu balkon dengan tangan menyilang di depan dadanya.
Jennie tersenyum tipis dengan bibir keringnya akibat terpaan udara yang mulai memasuki musim dingin ini.
Hanbin melangkah maju mendekatinya, meletakkan kedua tangannya di pinggang Jennie. "Jangan terlalu difikirkan, kurasa mereka akan mempan dengan gertakan kita tadi"
Jennie menyandarkan kepalanya di dada bidang sang pria, "Kalau tidak?"
Pria Kim tak kunjung menjawab, malah menggelitiki perut sang gadis untuk menghiburnya sebentar.
Jennie terbahak kegelian dengan kelakuan prianya dan terus meronta untuk dilepaskan. "Oppa.., sudah cukup, oppa.. geli.." rengeknya.
Bukan berhenti, Hanbin malah semakin gencar. Dengan tawa puas ia terus melancarkan aksinya.
"Oppa.., aaakh! aduh!" mereka kehilangan keseimbangan sehingga tubuh keduanya terhuyung dan jatuh.
Hanbin menjadikan lengan kanannya sebagai bantalan kepalanya sendiri. Tersenyum menunggu Jennie yang jatuh tengkurap diatas tubuhnya untuk membuka matanya.
"Jangan menggelitiki ku lagi!" rengek Jennie memukul dada prianya.
"Tidak kedinginan?" tanya pria Kim setelah suara tawanya habis.
Jennie mendusel disana mencari posisi yang nyaman, "Hangat, sama sekali tidak dingin" suaranya teredam di dada sang pria.
"Kalau mereka tetap egois bagaimana?" tanya Hanbin, netranya menerawang ke langit kelam Seoul.
"Kita nekat saja," gadis Kim mengangkat kepalanya, dengan siku bertumpu pada badan Hanbin, ia menatap lurus prianya.
"Kau benar ingin terjun dari sini?" ia menunjuk pagar pembatas balkon.
Jengah gadis Kim merotasikan bola matanya, "Oppa pikir aku serius mengatakannya? yang benar saja!?"
Hening sebentar, lalu "Sepertinya kau sudah tau tentang ini, itu sebabnya kau cemas tadi kan??"
Jennie menghela nafas lelahnya, "Sepulang dari Paris, aku melihat mereka di airport, entah akan kemana, sangat mesra,"
"Kenapa tak cerita?"
"Ish! dengar dulu ceritaku," keluh si gadis kucing akibat dipotong saat bercerita.
"Lalu saat ayah menelfon untuk mengundang makan malam dirumah, dia bilang akan mengenalkanku pada calon istrinya, tadi aku langsung berfikiran kesana dan jadi sangat cemas, akhirnya benar kan??"
"Aku terkejut, sangat," cetus si pria setelah gadisnya usai.
"Dan ibu.., aku yakin dia tak akan mau melepas ayahmu, tau kan? ibu egois dan keras kepala jika punya keinginan harus selalu dituruti" tambahnya diakhiri dengusan frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Options [JenBin] ✔
FanfictionSebenarnya siapa yang antagonis sekarang? Keegoisan salah satu dari mereka, menjadi penentu bagaimana ini akan berakhir. "Aku tau kau yang membesarkanku, tapi aku mencintainya"-KJN "Mau lari bersamaku?"-KHB (!) read this story with dark mode, just s...