Bukan suara alarm, melainkan dering tanda panggilan masuk ke ponsel gadis Kim.
Ia berniat mengabaikannya, tapi ponsel itu terus saja berdering membuat rungu Jennie jadi pengang.
Decakan keluar dari bibirnya, panggilan itu terputus saat ia sudah mengangkatnya. Ia menatap bingung layar ponselnya.
Terpampang 'MOM' disana, lalu ada beberapa pesan masuk dari wanita itu, yang meminta Jennie untuk datang ke agensi dan menemuinya.
Netra coklat tuanya melirik jam beker di nakas sembari bangkit dari ranjang yang sudah lama tak ia tiduri.
Schedule gadis berpipi gempal itu memang sedang kosong untuk 3 hari kedepan. Jadi ia memutuskan untuk pulang kerumah bukan ke apartement.
Langkah kakinya menapaki anak tangga untuk turun ke lantai bawah. Mendudukkan bokongnya di kursi meja makan sebelum mencomot toast berselai coklat kesukaannya.
Ia meneliti sekitar, hanya ada para maid yang bekerja untuk ayahnya. Sang empunya rumah pasti sudah berangkat ke kantor saat matahari baru terbit tadi.
Ponselnya kembali berdenting, lagi-lagi pesan dari Kang Hana. Setelah membaca isi pesannya, Jennie langsung bangkit dan bergegas ke kamarnya untuk bersiap.
+++
Menelan ludahnya susah payah, ini masih sangat pagi. Tapi kenapa hormonnya sudah melonjak sampai ke ubun-ubun seperti ini.
Tak biasanya pria itu menonton tv, entah apa yang membuatnya menghidupkan benda itu saat baru bangun tidur beberapa menit yang lalu.
Ia ingat terakhir bertemu dengan gadis yang sedang ia pelototi di layar persegi itu, mengatakan ia akan menjadi model CF untuk sebuah brand minuman.
Jadi ini, yang ia maksud. Hanbin menarik nafas panjang.
Setelah berusaha menekan fantasi liarnya, ia langsung menghubungi sang ibu untuk memprotes kenapa gadis kucing itu di ijinkan untuk membintangi iklan 'basah-basahan' seperti ini.
"Ibu apa-apaan sih?" seru Hanbin dengan nada dongkol saat panggilannya di angkat.
"Kau yang apa-apaan? ibu tak mengerti apa maksudmu sepagi ini menelfonku marah-marah begini?!" ibunya malah mengomel.
"Kenapa ibu mengijinkan Jennie membintangi iklan minuman bersoda itu? aku baru saja melihatnya di tv, aku ingin ibu memutus kontrak Jennie dengan brand itu"
"Hanbin-ah kau cerewet sekali, iklan yang sudah tayang mana bisa langsung diputus kontrak begitu saja"
Hanbin merengek, "Ibu lihat saja pakaiannya seperti itu, konsepnya juga menjurus kearah yang tidak pantas untukku fikirkan sebagai laki-laki, kalau aku saja sih tidak apa-apa, tapi iklannya dilihat oleh seluruh manusia di Korea Selatan"
"Eiyy! memangnya kau memikirkan apa saat menonton iklannya Jennie, huh?! bocah mesum!" goda sang ibu di seberang.
"Yang penting aku normal! aku tak mau tau putuskan kontrak Jennie dengan brand minuman itu, biar aku yang membayar uang penalty nya jika ibu tidak mau melakukannya!!"
Setelah mengomel panjang lebar, pria Kim mematikan panggilannya secara sepihak dan melempar asal benda pipih miliknya ke sofa di samping.
KAMU SEDANG MEMBACA
Options [JenBin] ✔
FanfictionSebenarnya siapa yang antagonis sekarang? Keegoisan salah satu dari mereka, menjadi penentu bagaimana ini akan berakhir. "Aku tau kau yang membesarkanku, tapi aku mencintainya"-KJN "Mau lari bersamaku?"-KHB (!) read this story with dark mode, just s...