Satu hal kecil yang selalu Jennie lakukan ketika cemas dan takut adalah memilin jari-jarinya sendiri atau ujung bajunya.
Hanbin yang sudah hafal dengan itu manangkap pergerakan jari gadisnya. Masih tetap fokus pada jalanan di depan mereka.
Namun sesekali menoleh pada Jennie yang menduduki kursi penumpang di samping kemudinya.
"Hei? kenapa Jane? cemas sekali" cetus Hanbin saat lampu lalu lintas menyala berwarna merah di depan sana.
Ia melirik gadis kucing yang sekarang tengah berusaha merilekskan diri dengan bersandar. Entah untuk keberapa kalinya helaan nafas berat Jennie keluarkan sejak mereka memasuki mobil Hanbin.
Keduanya sedang dalam perjalanan menuju rumah milik ayah Jennie. Kim Jongsuk mengundang mereka untuk makan malam disana seperti yang waktu itu diberitahukan pada pria Kim.
Pria berhidung bangir itu tak paham kenapa gadisnya terlihat begitu cemas setelah mendapat telfon dari sang ayah yang menyuruh mereka untuk datang.
Sejak mereka memasuki mobil pria Kim, Jennie tak berbicara apapun selain menunjukkan arah jalan rumahnya.
Dan setiap Hanbin bertanya ia kenapa atau ada apa, Jennie hanya menghela nafas terkadang sampai memejamkan matanya.
"Kau tidak sakit kan?" telapak tangannya di tempelkan ke dahi Jennie untuk mengecek suhunya.
"Tidak panas, suhunya normal, sebenarnya ada apa sih??" paksa nya sebab sedari tadi ia hanya bicara sendirian, tak satupun pertanyaannya ditanggapi sang gadis.
Ia kembali melajukan mobilnya membelah jalanan Seoul yang hampir gelap. "Di depan belok ke kanan, oppa" mata kucingnya menatap lurus kedepan.
Ketika mereka berbelok Jennie melirih, "Oppa.." panggilnya, Hanbin melirik si gadis sekilas lalu fokus kedepan lagi.
"Apapun yang terjadi, jangan tinggalkan aku sendirian ya" cicit Jennie tanpa menatap prianya.
Pintu gerbang besar rumah mewah itu terbuka lebar dan mobil sang pria segera masuk lalu memarkirkan mobilnya.
"Siapa yang ingin meninggalkanmu? aku?? jangan gila Jane, tak akan pernah" Jennie tersenyum tipis mendengar itu.
Jemari Hanbin bergerak membelai surai sang gadis yang di ponytail kali ini. Udara semakin dingin, Hanbin merapatkan mantelnya sebelum keluar dari mobil.
Lalu memutarinya dan membukakan pintu untuk gadis kucing. Dan membantu Jennie mengancingkan long coat yang kini dipakainya.
Jennie merangkul lengan Hanbin dengan erat, sangat erat. Sampai Hanbin menoleh kearahnya. "Janji ya oppa?" tanya Jennie sekali lagi untuk memastikan.
Anggukan mantap dari Hanbin diterima oleh Jennie sebagai balasannya. "Jangan cemas begitu, aku janji" senyum manis sang pria benar-benar menenangkan kekalutan gadis kucing.
Mereka melangkah memasuki rumah Jennie, banyak maid yang menyapanya. Namun gadis itu tak membalas, dan itu tak biasa.
Jennie yang terkenal ramah dan manis pada siapapun, sekarang tak membalas atau bahkan tersenyum pada maid dirumah yang menyapanya.
"Tenang Jane, tak akan terjadi sesuatu yang buruk" Hanbin menenangkannya.
+++
"Sudahlah, dia bukan milikmu lagi"
"Tapi eonni, aku yakin dia masih mencintaiku" ucap gadis itu dengan percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Options [JenBin] ✔
FanfictionSebenarnya siapa yang antagonis sekarang? Keegoisan salah satu dari mereka, menjadi penentu bagaimana ini akan berakhir. "Aku tau kau yang membesarkanku, tapi aku mencintainya"-KJN "Mau lari bersamaku?"-KHB (!) read this story with dark mode, just s...