Hanbin dibuat frustasi oleh Jennie beberapa hari ini. Sudah seminggu gadis itu bilang tidak enak badan dan lemas.
Ia harus dipaksa dulu untuk makan, agar perutnya terisi walau sedikit. Kadang malah anehnya meminta dibelikan makanan dengan porsi yang cukup untuk dimakan 5 orang.
Dan makanan itu tak dihabiskan, akhirnya Hanbin dipaksa oleh gadis Kim untuk memakan itu semua.
Gadis itu juga jadi sering marah-marah tidak jelas, dan menangis hanya karena hal kecil. Dan sikapnya yang memang manja itu berubah jadi dua kali lipat dari sebelumnya.
Bahkan gadis kucing tak mau dipeluk prianya jika ia memakai baju. Hanbin harus shirtless baru Jennie mau dipeluk olehnya.
Gadis itu bahkan meminta hal-hal gila pada pria Kim. Contohnya seperti tiga hari yang lalu; belanja ke supermarket namun Jennie harus masuk di dalam troli belanjaan dengan Hanbin yang mendorongnya.
Tentu saja sang pria menolaknya. Tak mungkin mereka melakukan hal memalukan itu. Berakhir si gadis malah merengek mengatakan Hanbin jahat padanya dan menyuruh pria itu pergi.
Ketika prianya akan keluar dari apartement milik Jennie, gadis itu malah menangis berfikir Hanbin akan meninggalkannya.
Setelahnya malah ia berakhir tidur di sofa ruang tengah. Sungguh gadis itu membuatnya gila. Gila karena tingkahnya yang uring-uringan beberapa hari ini.
Ditambah pagi ini Hanbin terbangun akibat suara berisik dari arah kamar mandi. Ia meraba tempat disebelahnya, kosong. Jennie tak ada disana.
"Jane?" panggilnya sembari mengumpulkan nyawa.
"Hoekkh!!" suara itu terdengar lagi.
Dengan gontai pria Kim berjalan kearah kamar mandi yang pintunya terbuka. Langsung mendapati gadisnya menunduk di wastafel.
Kesusahan akibat rambutnya yang tergerai mengganggu aktifitasnya. "Uhukk! hoekkhhh!!" ia muntah.
Langkah Hanbin perlahan mendekatinya membantu memegangi rambut Jennie dan memijat tengkuknya.
"Kita ke dokter ya? sudah seminggu kau tak sembuh-sembuh" tawaran Hanbin dibalas gelengan oleh sang gadis.
Jennie selalu menolak ketika Hanbin akan mengajaknya ke dokter dan selalu bilang ia hanya sedang masuk angin.
Lalu batuk tersedak salivanya sendiri, "Hoekkkh!! uhuk-uhhukkk!!" tapi hanya muntahan air yang keluar dari sana.
"Sudah kubilang jangan makan ramyeon kemarin, masih sakit tapi kau tetap bandel beg-" ucapannya terhenti kala netra pekatnya menangkap sesuatu di dalam tempat sampah samping wastafel.
Bersamaan dengan Jennie yang mengangkat kepala setelah berkumur dan membasuh wajahnya.
Tatapan pria itu masih lurus pada butiran-butiran kecil yang berserakan di dalam tempat sampah. Ia sangat tau benda apa itu.
"Jane? kenapa benda itu ada di tempat sampah??"
"Aku membuangnya" jawabnya santai dengan suara serak.
"Kenapa?" menatap sang gadis meminta penjelasan lebih. Sedangkan Jennie memijat pelipisnya agar pening itu reda.
Dan tangan satunya berada di perut merasakan mual yang sangat hebat di pagi hari.
"Sudah tak membutuhkannya," berkata begitu sembari berjalan keluar dari sana.
Hanbin mengekorinya, "Maksudnya??" otaknya belum bisa mencerna maksud sang gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Options [JenBin] ✔
FanfictionSebenarnya siapa yang antagonis sekarang? Keegoisan salah satu dari mereka, menjadi penentu bagaimana ini akan berakhir. "Aku tau kau yang membesarkanku, tapi aku mencintainya"-KJN "Mau lari bersamaku?"-KHB (!) read this story with dark mode, just s...