Jennie mematung ditempat ketika wanita Kang datang ke unitnya diantar oleh Lee Jieun."Jadi disini unitmu? pantas, dekat sekali" ia menganggukkan kepalanya.
Kedua tangan gadis Kim mengepal di samping tubuhnya. Ia masih bergeming menanti apa yang akan Hana lakukan selanjutnya.
Tanpa menoleh ia berkata pada manager Jennie, "Jieun-ah terimakasih sudah mengantarku kemari, kau boleh pergi"
Gadis Lee menatap Jennie meminta penjelasan namun netra kucing itu menatap lurus pada wanita Kang.
Kaki jenjangnya melangkah dengan anggun memasuki apartement Jennie lebih dalam. Ia mendudukkan bokongnya pada sofa berwarna nude di ruang tengah.
Menyilangkan kakinya dengan gerakan yang begitu mengintimidasi. "Jane? kemari, kenapa berdiri disana??"
"Ada perlu apa kesini, mom?" tanya Jennie dengan intonasi teramat datar.
"Hei, apa harus ada alasan jika aku ingin berkunjung ke apartement calon anakku, hm?" kalimat yang biasanya ia lontarkan untuk Hanbin kini berlaku juga bagi Jennie.
"Aku bukan calon anakmu!" tegasnya.
"Benarkah? kalau begitu kau juga tidak boleh menjadi calon menantuku" ia berucap dengan senyuman manis di bibir.
Namun Jennie paham senyumannya tidak berarti baik. "Aku lelah, ingin istirahat, kumohon tinggalkan aku sendiri"
"Jane, kenapa kasar sekali? aku kan akan jadi ibumu," wanita ini benar-benar ingin membuat Jennie menangis sepertinya.
Tidak ada Hanbin bersamanya sekarang. Ia bingung harus bagaimana menghadapi wanita itu, selain menyangkal dan menolak segala bujukannya.
Ia bangkit mendekati tempat Jennie, dan berkata di depan wajah gadis Kim, senyuman itu tak hilang sedari tadi.
"Dengar Jane, kau dan Hanbin hanya merasakan cinta monyet sekarang, jadi biarkan aku dan ayahmu untuk menikah, kau paham kan?? bahkan setelah 20 tahun perasaan kami masih sama"
"Tidak!" gadis kucing menatapnya nyalang.
Semakin kesal Hana menggeram, "Kalian sama-sama keras kepala!!"
"Apa kau baru saja mengatai dirimu sendiri, mom?" ledek si gadis.
"Ingat satu hal, Jane, aku tak akan mundur, aku juga bisa nekat!" ancamnya sebelum keluar dari sana.
Tubuh Jennie langsung merosot lemas ke lantai, tangisannya seketika pecah. Ia hampir gila rasanya berada di posisi seperti sekarang.
Ia berusaha meredam tangisan dengan menutup wajahnya dengan dua telapak tangan.
Dadanya benar-benar sesak, seperti berada di dalam kegelapan yang dulu ia takuti. Tapi saat ini sangat terang, retinanya menangkap banyak cahaya.
Kepalan tangan gadis Kim memukul-mukul dadanya sendiri berharap dengan begitu sesaknya bisa hilang.
Tapi tidak, tangisannya bahkan semakin menjadi. Tanpa Hanbin bersamanya dan berhadapan dengan wanita Kang, Jennie merasa benar-benar terintimidasi.
Isakannya terhenti ketika ia melihat botol kecil diatas nakas tempat tidur. Tubuhnya langsung bangkit mengambil benda itu.
Berjalan kearah tempat sampah dan membuka tutup botol itu lalu membuang semua isinya kesana sampai habis tanpa sisa.
Ia menatap butiran-butiran kecil yang sudah mengenaskan berada di tempat sampahnya.
Tubuhnya bersandar di dinding, dengan tangan yang mulai menjambak surai legamnya sendiri dengan keras.
Sangat rela, ia sangat-sangat rela jika harus mengorbankan apapun demi bisa bersama Hanbin selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Options [JenBin] ✔
FanfictionSebenarnya siapa yang antagonis sekarang? Keegoisan salah satu dari mereka, menjadi penentu bagaimana ini akan berakhir. "Aku tau kau yang membesarkanku, tapi aku mencintainya"-KJN "Mau lari bersamaku?"-KHB (!) read this story with dark mode, just s...