Hana menatap cemas keluar kaca mobilnya. Porsche miliknya itu sudah terparkir di depan cafe tempatnya meeting.Ia melirik Gucci yang melingkar indah di pergelangan tangannya. Sudah lewat sejam lebih dari waktu yang di tetapkan.
Wanita itu sudah sangat telat, semua sebab hujan deras yang mengguyur Seoul siang ini.
Ia tak yakin apa orang itu masih disana atau tidak, karena dirinya yang tidak datang tepat waktu.
Setelah sekian lama berfikir, ia meraih payung yang ada di jok tengah mobilnya.
Dengan menyandang tas brandednya, wanita Kang keluar dari mobil dan segera melangkah menuju ke dalam cafe.
Ia sudah di beritahu letak meja yang akan mereka gunakan untuk meeting. Hana merutuki dirinya, ia benci jika clientnya datang telat saat meeting.
Tapi, posisinya sekarang sebagai client yang malah datang telat seperti ini. Iya, meeting kali ini Hana adalah seorang client.
Sedangkan pria yang ia yakini adalah CEO perusahaan properti yang akan ia ajak kerja sama itu sudah duduk dengan raut kesal bersama sekretaris perempuannya.
Sekretaris perempuan itu yang sering terhubung dengan Hana untuk membahas desain-desain bangunan yang rencananya akan Hana beli.
Tangan sekretaris itu melambai kearahnya masih dengan senyuman, padahal boss nya sudah dongkol begitu.
Seharusnya hari ini Hana datang bersama Hanbin, tapi bocah itu sedang sangat sibuk. Jadi, Hana akan memberitahunya setelah deal dengan pemilik propertinya.
Ia mendekati keduanya, "Ah maaf aku telat, hujannya deras sekali" Hana membungkuk sopan, sembari membersihkan cardigan chanelnya dengan tangan.
"Kau membuang waktu ku, urusan ku bukan ini saja" ujar pria itu dingin.
Hana mengangkat kepalanya, "Maaf, tapi hujannya memang der-,"
"-as sekali.."Gerakan tangannya terhenti, ia menatap lamat pria yang duduk di hadapannya, lebih tepatnya di sebrang mejanya.
Wanita Kang bahkan masih berdiri, mematung tak percaya akan apa yang ia lihat saat ini.
Bertahun-tahun ia mencari pria ini, semuanya masih sama. Semua yang ia rasakan untuk pria ini masih sama dan pria ini juga masih sama dari terakhir kali mereka bertemu.
Ekspresi keras pria itu bahkan melunak seketika, mendapati Hana berada sedekat ini dengannya. Menghirup udara yang sama.
Kelibatan kejadian di masa lalu menghantam keduanya.
"Kang Hana-ssi!" panggil sekretaris dari pria itu untuk yang ke sekian kalinya.
"Ah maaf," Hana tersadar, meraih kursi sebelum mendudukinya.
Ia menunduk dalam tak berani menatap mata coklat muda yang terus mengawasinya itu.
Selama meeting, penjelasan tentang desain, tata ruang, luas bangunan, fasilitas dan harga bangunan yang akan ia beli, sama sekali tak didengar wanita paruh baya itu.
Ia hanya menatap kosong pada iPad milik sekretaris perempuan. Tidak risih sama sekali, padahal pria itu terus menatapnya dengan tatapan yang tak mampu ia terjemahkan.
Entah apa yang dilakukan pria itu, ia sama sekali tak mengeluarkan sepatah kata pun. Hanya sekretarisnya yang terus mengoceh mempresentasikan ini dan itu.
"Oh.., Eum,.. Aku sangat senang dengan desain yang kedua tadi, dimana lokasinya?" ia bertanya setelah perempuan itu selesai.
"Hannam-dong, aku sudah mengatakannya tadi" timpal sekretaris itu dengan senyum maklum membuat Hana meringis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Options [JenBin] ✔
FanfictionSebenarnya siapa yang antagonis sekarang? Keegoisan salah satu dari mereka, menjadi penentu bagaimana ini akan berakhir. "Aku tau kau yang membesarkanku, tapi aku mencintainya"-KJN "Mau lari bersamaku?"-KHB (!) read this story with dark mode, just s...