Segar sekali. Pria itu menghirup lamat-lamat udara pagi pertamanya di Swedia. Ada perasaan membuncah dalam dadanya.Meski setitik rasa bersalah agak mengusiknya, namun dengan segera ia tepis hal itu.
Ia melirik ke dalam, tempat putri tidur tengah mengarungi mimpinya diatas ranjang yang mereka gunakan semalam.
Wajah polos itu terlihat damai kala sedang tertidur. Avenue A1; ia langsung membeli salah satu unit apartement ini ketika Jennie mengatakan ingin ke Gothenburg.
Dan rencananya mereka akan membeli rumah impian sang gadis. Yang nanti keduanya tempati ketika anak mereka lahir.
Hanbin ingin anaknya tumbuh dan bermain di halaman rumah, bukan di lobby apartement.
Ia mendekati ranjang king size itu, menyingkap selimut yang menggulung tubuh mungil gadisnya. Memeluknya dengan gemas seraya menghujani wajah Jennie dengan kecupan.
"Wake up! sleepy head, today's our first morning in Sweden!" antusiasnya dengan suara serak khas bangun tidur.
Jennie hanya melenguh terusik dengan gerakan sang pria. Malah menyamankan dirinya di dalam dekapan hangat Hanbin.
"Ish! oppa..," rengeknya akibat Hanbin meniup-niup wajahnya. Membuat ia kegelian dan langsung membuka mata.
"Morning kiss?" tagih pria Kim.
Kecupan kilat diberikan oleh gadis kucing. Namun Hanbin kembali menyatukan bibir mereka. Pria itu tak akan pernah puas jika sudah menyangkut soal Jennie.
Lama kelamaan ciuman itu semakin intens. Tangan Jennie meremas bahu polos prianya, berusaha mengontrol lumatan Hanbin kala terasa terlalu kasar.
Kini tubuh Hanbin sudah berada diatas gadisnya. Jennie merasakan tangan besar prianya merayap di dalam gaun tidur yang ia pakai.
Dalam ciumannya, gadis Kim melenguh kala Hanbin meremas lembut gundukan miliknya.
Udara segar pagi pertama mereka di Swedia malah menjadi panas. Jennie memukul dada Hanbin. Pria Kim mengira itu kode karena si gadis kehabisan nafas.
Namun setelah tautan mereka terlepas, Jennie mendorong kasar tubuh prianya agar menyingkir dari atas tubuhnya sendiri.
Kemudian bangkit dari ranjang dan berlari ke kamar mandi dengan satu tangan menutup mulut dan tangan lainnya memegangi perut.
Oh tidak lagi, morning sick Jennie menghentikan morning kiss mereka. Mungkin janinnya tak suka sang ayah membuat ibunya kehabisan nafas begitu.
Hanbin segera mengekori sang gadis. Seperti biasa, membantu memegangi rambutnya dan memijat lembut tengkuk Jennie.
Si gadis kucing masih memuntahkan semua isi di dalam perutnya. Mualnya selalu seperti ini benar-benar terasa seperti mengaduk seluruh isi dalam perutnya.
Beberapa kali gadis Kim terbatuk akibat tersedak salivanya sendiri. "Pelan-pelan Jane, atur nafasmu" tenang Hanbin.
"Sudah?" tanyanya ketika dilihat Jennie sudah berkumur dan membasuh wajahnya.
Gadis Kim mengangguk kecil dengan tangan masih meremas gaun tidurnya. Baru saja ia akan berdiri dengan benar, Jennie kembali menunduk di wastafel.
Merasa ingin muntah lagi, dan pria Kim segera melakukan tugasnya. Selalu seperti ini setiap pagi seusai gadis Kim muntah pasti, "Mau sarapan apa?" tanya Hanbin.
"Burito" 3 jarinya terangkat menandakan ia ingin makan burito dengan 3 porsi banyaknya.
Berbeda dengan bumil lain yang ketika mual akan malas makan. Beberapa hari ini, setelah morning sick, keinginannya terhadap sesuatu akan langsung muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Options [JenBin] ✔
FanfictionSebenarnya siapa yang antagonis sekarang? Keegoisan salah satu dari mereka, menjadi penentu bagaimana ini akan berakhir. "Aku tau kau yang membesarkanku, tapi aku mencintainya"-KJN "Mau lari bersamaku?"-KHB (!) read this story with dark mode, just s...