12- VERO MUNAFIK

58 13 0
                                    


Vero mendekat ke arah Bedul dan Nissa, tampaknya ia sudah merubah raut wajahnya jadi seperti biasa, menyebalkan.

"Lo gak papa?" tanya Vero.

Nada bicaranya kentara sekali seperti orang tidak ikhlas bertanya, padahal mata nya tidak pernah lepas dari wajah Nissa.

"Hm gak papa, Kak," jawab Nissa, ia sempat kaget tiba-tiba ada Vero di toilet cewek ini.

"Lo ngapain di sini, Nyet?" Kini beralih kepada Bedul.

"Lagi ngapel sama Nissa, dia cantik soalnya, yakan?" goda Bedul sambil kedip-kedip mata genit.

Vero melotot, "Lo bilang dia cantik, buka mata lo, tuh anak biasa aja kok, gak jelas banget gitu gak ada kacamata sama kalung botol bukannya tambah cantik malah tambah burik."

Nissa menunduk sedih, ia di-bully lagi, Vero memang jahat.

"Sa lebih baik jadi diri sendiri, jangan jadi orang lain lo gak pantes, gue gak suka liatnya!" lanjut Vero cepat.

Bedul melongo melihat kelakuan Vero yang kelewat munafik itu, lain di mulut lain di hati.

Bedul hafal betul dengan sorot mata Vero, sebenarnya Vero merasa risih dengan tampilan Nissa karena beda dari biasanya, Vero takut terjebak dengan permainannya sendiri.

"Udah, Sa gak usah dengerin nih tipe-tipe cowok fakboy gak usah lo ladenin lagi(,)" ujar Bedul menguatkan.

Nissa mendongkak dan menatap Bedul sambil tersenyum haru.

"Iya, Kak makasih, emang bener kok kata Kak Vero, aku itu gak pantes tampilan kayak gini, padahal aku gak ada niatan seperti orang lain, kebetulan aja kaca mataku hilang dan botolnya pecah."

Blam!

Air muka Vero langsung berubah tegang.

'Sialan jadi nih anak gak sengaja tampil kayak gini, duh gue salah nih!' batin Vero.

Bedul tampak cekikikan melihat Vero yang sudah tegang begitu.

Vero menatap Bedul curiga. Vero tampaknya sudah paham karena ada yang direncakan oleh Dua sejolinya itu, ia menatap Bedul garang.

Bedul hanya cecengesan sambil menunjukan tanda peace dengan dua jari telunjuk dan tengahnya.

"Maaf Ssa, gue gak bermaksud bikin lo sakit hati, percaya deh, kirain gue, lo sengaja berubah kaya gini, karena jujur aja gue lebih suka lo yang tampil kayak biasanya," ucap Vero.

Nissa diam tampak malu-malu, apalagi pipinya sudah merah merona.

"Maaf ya, Sa?"

Bedul mual dengarnya, ia jadi ikut-ikutan membeo apa yang Vero katakan tadi dengan mulut komat-kamit tanpa suara.

"Iya, Kak gak papa," jawab Nissa suaranya sangat kecil.

Vero tersenyum, masih menatap Nissa intens.

"Cantik."

***

VeroNissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang