Pagi ini, Ara sudah siap untuk melakukan rencana pertama mereka yakni pergi ke toko buku. Ara sudah memberitahu Alan untuk membawa salah satu celengan yang dia miliki.
Ya, Ara dan Alan sangat suka menabung. Mereka memiliki lebih dari satu celengan.
Mereka sengaja melakukan itu, agar mereka tidak perlu meminta uang jika ingin membeli sesuatu yang mereka perlukan. Selain itu, uang hasil dari tabungan mereka, selalu disisihkan untuk memberi sumbangan kepada orang - orang yang lebih membutuhkan.
Saat ini Ara tengah berdiri di depan lemari kecil yang berisi beberapa celengan. Dia memutuskan mengambil satu celengan yang berukuran sedang berbentuk beruang. Tak membutuhkan waktu lama, dia segera memasukan celengannya kedalam tas berwarna cream.
"Sayang, ada Arsal nih," teriak Ranti dari lantai satu.
"Iyaa ma, Zuhra bentar lagi turun," jawab Ara ikut berteriak. Sebelum turun, Ara memastikan bahwa semua yang dia perlukan sudah masuk ke dalam tasnya. Setelah merasa tidak ada satu hal pun yang tertinggal. Ara dengan segera meninggalkan kamarnya.
"Mama, Arsal sama Zuhra mau pamit ke toko buku dulu, ya," ucap Alan. Dia segera meminta izin setelah Ara ada di sampingnya.
"Mau dianterin?" tanya Ranti. Seperti biasa, kedua anaknya itu menggeleng bahkan tanpa berpikir lebih dulu. Gelengan itu membuat Ranti mengerti satu hal. Mereka berdua pasti lebih memilih untuk naik sepeda.
"Yaudah, tapi naik sepedanya hati - hati jangan lupa kalau mau nyebrang___"
"Liat kanan kiri," sambung Ara dan Alan secara serempak. Ranti tersenyum sumir. Mereka ini selalu saja bisa membuat dirinya merasa bahagia.
"Yaudah kita pergi ya, Ma, Assalammualaikum."
"Wa'alaikumussalam."
***
Alan dan Ara baru saja sampai di depan toko buku. Sebelum kemari, mereka berdua memutuskan untuk pergi ke basecamp mereka guna memecahkan celengan yang mereka bawa.
"Inget, kita kesini mau beli buku buat belajar, bukan novel!" Alan mengingatkan. Tangan kanannya bergerak seolah tau bahwa Ara suka lepas kendali jika sudah melihat novel.
Ara nyengir,"Tau aja sih, lo. Padahal kan tadinya gue mau pura - pura lupa."
Alan hanya geleng - geleng kepala.
"Lan, gue kesebelah sana, ya. Nanti kita ketemu di kasir," kata Ara.
"Iya, hati - hati." Alan menjawab. Dia membiarkan Ara mencari buku di sebelah kanan. Sedang dirinya memilih ke sebelah kiri.
Di sisi kanan Ara tengah mencoba memilih buku yang akan dia beli. Sedari tadi dia terus saja menghela napas. Ara mencoba menahan diri untuk tidak membeli novel. Padahal, hari ini sedang launching Novel Romance terbaru dari salah satu penulis favoritnya.
"Tahan Ra, inget tujuan lo ke sini." Ara menutup mata dengan menggunakan tangan kanannya. Dengan hanya mengintip dari celah jari tangan, ia berusaha berjalan ke arah rak buku yang letaknya dipojok ruangan.
Ara tersenyum. Dia sudah menyingkirkan tangan yang menutup matanya. Namun, rasa bimbang kembali datang. Ara berhasil menemukan buku yang dia cari. Akan tetapi disaat yang bersamaan kedua mata indahnya menangkap presensi novel yang dia incar tepat di atas buku yang akan dia ambil.
"Aduuuh. Kenapa pake ada di situ, sih." Ara menggerutu kesal.
"Pura - pura gak liat. Iya, pura - pura gak liat, Ra." Ara kembali menutup mata. Kali ini tangan kanannya dia gunakan untuk menggapai buku latihan UN.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANARA [ SUDAH TERBIT ]
Teen FictionAlan dan Ara dua orang yang memiliki kesempatan, kekayaan dan kekuasaan memilih meredupkan cahaya gemilang yang sebenarnya bisa mereka manfaatkan. Alan yang notabennya anak dari pemilik sekolah bersama sahabatnya Ara, memilih berpenampilan cupu, me...