Karena kejadian di Auditorium. Alan dan Ara mendapatkan hukuman di skors selama 2 hari.
Jika saja pihak sekolah tau bahwa Alan adalah anak dari pemilik sekolah. Sedangkan Ara adalah anak dari pemegang saham terbesar kedua di SMU Virendra. Mereka mungkin saja tidak akan dihukum.
Tapi semua hukuman tak berhenti hanya disitu. Kini, Alan dan Ara harus menjalani hukuman dari Roy yaitu belajar selama dua hari penuh.
Mereka berdua sengaja di kurung di dalam ruang perpustakaan yang ada di rumah Alan.
Alan dan Ara termenung menatap Rak buku yang sama sekali tak menarik minat baca mereka. Ara mengalihkan pandangannya pada Alan. "Lan, gendong gue dong. Badan gue tiba-tiba lemes."
Alan mengerutkan keningnya. "Lah, timbang jalan lima langkah doang. Lo minta gendong?"
Ara mengangguk. "Ya abisnya tenaga gue udah kesedot sama buku-buku Ayah." Ara beralasan dengan alasan yang tak masuk akal. Mana bisa buku ngambil tenaga manusia kan?
Walaupun membantah, Alan tetap membungkuk di hadapan Ara. "Naik." Ara tersenyum senang dengan segera ia naik ke punggung Alan.
***
Ara baru selesai membaca satu buku yang ternyata cukup menarik. Dia berjalan mendekati Alan yang tengah telungkup dengan memegang buku fisika.
Ara menyentuh bahu Alan. "Lan bangun."
Alan mengerjapkan matanya secara perlahan mencoba mengusir rasa kantuk yang telah menguasai dirinya. "Apaan," ucapnya kemudian seraya mengubah posisi rebahannya menjadi telentang.
"Alan, ternyata gue telat." Pernyataan Ara yang ambigu membuat Alan kebingungan.
Alan menguap. "Gampang, entar gue tanggung jawab," jawab Alan asal.
"Emang lo bisa?"
"Bisa lah tinggal jabat tangan Papa Reyhan aja kok susah."
"APAAAAA!"
***
Roy, Reyhan, Sarah dan Ranti tengah berdiri di luar ruang perpustakaan tempat Alan dan Ara dihukum.
Tadinya, mereka ber empat hanya ingin melihat apakah Alan dan Ara menyesali perbuatannya. Jujur, para orang tua merasa tidak tega jika harus menghukum Alan dan Ara dengan memaksakan kehendak mereka pada keduanya.
Tetapi, ketidak tegaan itu berubah menjadi amarah saat percakapan tidak mengenakan antara Alan dengan Ara terdengar. Percakapan itu juga membuat Sarah dan Ranti berteriak tidak percaya. Kini, para orang tua menatap Alan dan Ara seperti halnya seorang penjahat.
"Arsal! coba jelaskan sama Ayah apa maksud dari obrolan kalian?!" Roy bersuara seraya menatap penuh selidik pada anak semata wayangnya itu.
"Ayah, papa, bunda sama mama salah paham. Tadi itu Arsal baru bangun tidur terus Zuhra nanyanya ambigu ya Arsal jawab ngasal aja karena gak fokus." Alan menjelaskan.
Kini giliran Ranti menatap Ara intens. "Azzuhra, kamu gak pernah kan mama ajarin bohong?" Ara mengangguk.
"Kamu sama Arsal beneran gak pernah ngapa-ngapain?"
"Enggak ma, Zuhra sama Arsal gak pernah ngelakuin apapun."
"Lagian mana mau Zuhra sama Arsal, dia kan pemales tingkat kecamatan." Ara mengejek Alan hingga Alan tersedak karena sedang meminum susu cokelat miliknya.
Alan membalas. "Dih, Arsal juga mana mau sama Zuhra! udah jarang mandi, sebelum tidur masih harus dibacain dongeng kaya anak kecil. Gak bisa masak, sampe masak aer aja gosong!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANARA [ SUDAH TERBIT ]
Teen FictionAlan dan Ara dua orang yang memiliki kesempatan, kekayaan dan kekuasaan memilih meredupkan cahaya gemilang yang sebenarnya bisa mereka manfaatkan. Alan yang notabennya anak dari pemilik sekolah bersama sahabatnya Ara, memilih berpenampilan cupu, me...