Alan berdiam diri sendirian di dalam kelas. Ia hanya memperhatikan siswa-siswi yang asyik saling berpelukan dan tertawa bahagia. Semua itu disebabkan karena, hari ini adalah hari pengumuman kelulusan mereka. Hari ini juga adalah hari ulang tahun Alan dan Ara, dan ini adalah hari ulang tahun pertama Alan tanpa Ara.
Sepi sekali, itu yang Alan rasakan saat ini. Biasanya selalu ada Ara disampingnya. Biasanya juga di hari spesial ini mereka berdua akan berebut kado dan saling merengek manja pada Sarah, Ranti, Roy dan Reyhan. Namun, semua rutinitas itu tidak lagi bisa Alan lakukan. Di hari ini Alan yang memang tidak banyak bicara, benar-benar berubah menjadi seseorang yang diam membisu.
Alan tersenyum kecil tatkala mengingat pengumuman yang diberikan oleh kepala sekolah beberapa waktu yang lalu. Alan menatap layar ponsel miliknya yang tengah menampilkan foto Ara sedang tersenyum riang.
"Ra, selamat ya. Hari ini apa yang lo mau jadi kenyataan. Lo bener-bener jadi juara umum UN se Jakarta, harapan lo udah di kabul hari ini sama Allah. Kalo aja lo ada disini, lo pasti udah meluk gue erat sambil minta dimanjain. Dan gue pasti gak akan nolak apapun yang lo mau."
Alan kembali menunduk dalam. Ia mulai menarik napas guna mencairkan suasana hatinya. Alan tidak boleh menangis. Dia sudah janji tidak akan menangisi Ara. Alan harus kuat, Ara saja bisa bertahan sendirian. Sedangkan disini Alan tidak sendirian. Jadi, Alan tidak boleh lemah.
"Lan..."
Alan menoleh kearah suara yang memanggil nya. Sekarang, Alan bisa melihat Aletta, Alex, Dodi, Rocky, Marcel dan Seila tengah berdiri seraya melihat kearahnya.
"Kenapa?" tanya Alan singkat.
Dodi mulai mendekat. "Ara dimana? Gue mau ngucapin selamat dan minta maaf ke Ara. Gue tau sikap gue ke kalian udah keterlaluan banget. Gue harap lo berdua mau maafin gue." Dodi berucap tulus, dia menunduk dalam pertanda bahwa ia tengah sangat menyesal.
Alan bangkit dari duduknya. Ia mengambil tas miliknya lalu mulai berjalan perlahan. Alan berhenti sebentar di dekat Dodi, ia sedikit menoleh kan kepalanya. "Ara pasti maafin lo. Tapi, lo dan yang lain gak bisa lagi ketemu Ara." setelah selesai dengan ucapan nya Alan kembali melangkah.
Aletta menyahut, "Maksud lo apa Lan?" tanya Aletta penasaran. Pasalnya hingga hari ini Aletta masih saja berharap agar dirinya bisa menjadi sahabat baik Ara.
Alan sama sekali tidak berniat untuk menjawab pertanyaan Aletta. Alan memilih untuk melanjutkan langkahnya, ia sangat ingin segera pergi dari sekolah ini.
***
Hening...
Makan malam kali ini berlangsung dengan keheningan. Tidak ada satu pun kebisingan yang terjadi. Padahal, biasanya ada dua orang yang akan saling berebut kado yang sudah tersedia di sebuah meja kecil.
Alan menatap Sarah,Ranti,Roy dan Reyhan yang terlihat menunduk. Alan tidak menyalahkan sikap orang tua nya. Mereka pantas bersikap seperti ini karena dirinya juga merasa sangat kehilangan Ara.
Alan menghela napas sebentar. Ia mulai berjalan menuju meja kecil yang berisi tumpukan kado. "Wah, kado kali ini keliatan banyak banget." Alan menoleh ia mendapati ke empat orang tua nya tengah menatap dirinya.
Alan mulai mengambil kado-kado itu kemudian membawa nya. ia meletakkan kado tersebut di samping tempat duduk nya. setelah selesai dengan pekerjaan nya, Alan beralih menatap orang tua nya lembut. "Mulai hari ini, kado yang Arsal dapet bakalan Arsal bagi rata sama Zuhra."
Roy, Sarah, Reyhan dan Ranti hanya mengangguk. Mereka masih menampilkan raut wajah penuh kesedihan. Alan bangkit dari duduknya, ia mulai akan pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANARA [ SUDAH TERBIT ]
Teen FictionAlan dan Ara dua orang yang memiliki kesempatan, kekayaan dan kekuasaan memilih meredupkan cahaya gemilang yang sebenarnya bisa mereka manfaatkan. Alan yang notabennya anak dari pemilik sekolah bersama sahabatnya Ara, memilih berpenampilan cupu, me...