"Jangan lupa tugas kelompok tentang Bioteknologi dikumpul minggu depan," ucap Bu Risa.
"Baik Bu."
"Semoga pertemuan hari ini bermanfaat, ibu akhiri Wassalammualaikum wr.wb," ucap bu Risa lagi sebelum akhirnya guru biologi itu keluar dari ruang kelas.
"Wa'alaikumsalam Bu."
Setelah Bu Risa keluar kelas, satu persatu siswa dan siswi pun turut keluar untuk beristirahat. Kelas yang tadi nya ramai, sekarang mendadak sepi. Hanya tinggal Alan dan Ara saja yang masih berada di kelas.
Alan yang sedang bertopang dagu sibuk memperhatikan Ara, sedangkan Ara sibuk mencatat apa yang harus mereka lakukan untuk menyelesaikan tugas biologi ini.
Ara, gadis itu tampak berpikir keras seraya mengetuk meja. Selanjutnya dia tersenyum. "Dah selesai," ucap nya senang.
Alan mengerjap, dia merentangkan kedua tangannya. Bersiap untuk tidur.
Ara menahan Alan. "Enggak, sekarang bukan waktunya tidur. Kita harus ke kantin."
Alan menatap Ara aneh, bukan kah Ara tau bahwa Alan terlalu malas untuk menginjakan kaki di kantin?
"Kali ini lo harus mau, gak ada alesan males. Pokoknya kita harus ke kantin," putus Ara kemudian.
Alan baru saja akan membuka mulutnya, untuk membantah. Tetapi, Ara sudah terlebih dahulu menarik tangannya, Alan pasrah dia mengikuti langkah Ara dengan malas.
***
Hari ini untuk pertama kalinya, Alan dan Ara pergi ke kantin. Hiruk pikuk manusia yang berlalu lalang dan saling bercanda juga memesan makanan, menjadi pemandangan yang pertama kali ditangkap oleh indra penglihatan mereka.
Kantin SMU Virendra terlihat sangat luas dan bersih. Terlihat sekali bahwa Roy membangun kantin ini agar semua orang merasakan kenyamanan setelah berlama - lama di dalam kelas.
Ara dan Alan masih berdiri. Ara melihat sekelilingnya berusaha mencari tempat kosong untuk mereka berdua. Alan hanya diam saja dengan tatapan malasnya dan sesekali menguap.
Ara menarik tangan Alan saat menemukan satu meja yang kosong, tepat di depan bakso mang Ujang. Bakso favorite mereka berdua.
"Jadi, ini baksonya mang Ujang," ucap Alan setelah melihat tulisan yang ada di depan gerobak bakso.
Ara mengangguk. "Gue udah pesen, tapi pasti lumayan lama datengnya. Lo bisa liat sendiri kan betapa bakso mang Ujang ini digemari rakyat Virendra."
Ya, Alan bisa melihat dengan jelas antrean panjang yang terjadi. "Kalo kita pesen lewat Om Romi pasti gak sampe lima menit nunggunya."
"Ya, kan sekarang kita lagi dikantin! Jadi, sabar dong Lan!" sungut Ara.
Alan diam, dia memilih untuk bermain game online. "jadi, kenapa lo tiba - tiba pengen ke kantin?" Alan bertanya tanpa melihat Ara.
Ara tau bahwa Alan sedang marah padanya. Ara mengambil ponsel milik Alan secara paksa. Membuat si empunya berdecak kesal. Tapi, aksi Ara ini berhasil membuat Alan melihatnya.
"Jangan judes - judes. Entar gak ada yang naksir loh." Ara berbicara sok manis seraya mengedipkan sebelah matanya.
Alan akhirnya tersenyum. Ara selalu bisa mengembalikan moodnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANARA [ SUDAH TERBIT ]
Teen FictionAlan dan Ara dua orang yang memiliki kesempatan, kekayaan dan kekuasaan memilih meredupkan cahaya gemilang yang sebenarnya bisa mereka manfaatkan. Alan yang notabennya anak dari pemilik sekolah bersama sahabatnya Ara, memilih berpenampilan cupu, me...