Alex Cs dan Alan tengah berkumpul. Mereka memiliki waktu beberapa menit untuk mengatur strategi. Alex masih menatap Alan dengan tatapan meragukan. “Lo ngerti maen basket?” tanya Alex dia mencoba memastikan bahwa Alan tidak sedang main-main.
“Gak, gue ngertinya maen bekel.”
Jawaban Alan yang ngasal banget itu semakin membuat Alex meragukan dirinya. Dodi mencoba berbicara pada Alex. Ia belajar dari pengalaman dirinya yang babak belur dipukuli oleh Alan.
Alan bukan lah sosok yang mudah untuk dimengerti malah lebih ke misterius. Tapi jika Alan bisa bersuara seperti tadi. Itu berarti Alan bisa bermain basket. Dan pastinya dia benar-benar mengerti tentang basket.
“Lex, percaya sama gue. Alan pasti bisa gantiin Ryan.” Dodi menyuarakan pendapatnya membuat Alex kebingungan. Sejak kapan Dodi membela Alan? Bukankah selama ini Dodi sangat membenci Alan?
“Elo kok--?” Alex belum selesai berbicara tapi Dodi terlebih dahulu menyela, “Waktu kita Cuma dikit. Sekarang mending kita pikirin strategi buat ngalahin si Agam. Lo lakuin tugas lo sebagai kapten.”
Baiklah, Alex memilih mengalah. Jika melihat dari betapa yakin nya Dodi pada Alan. Itu berarti Alan memiliki harapan. Jadi, sekarang dia harus fokus memikirkan strategi yang akan mereka gunakan.
Alan tiba - tiba saja menyodorkan sebuah kertas berisi gambar lapangan dan no punggung pemain. Alex mengangkat sebelah alisnya. “Buat apaan?”
“Itu strategi kita. Nungguin lo berunding, lama! bikin waktu rebahan gue kebuang percuma!” ujar Alan ketus. Dia mulai pergi meninggalkan Alex Cs.
Alex Cs menatap strategi buatan Alan. Strategi itu membuat Dodi, Marcel, dan Rocky berdecak kagum.
Alex terdiam, dia mengalihkan pandangan nya pada punggung Alan. Alan sosok misterius yang kadang membuat otak jenius nya tidak bekerja, “Sebenernya lo itu siapa?” pertanyaan itu menyeruak begitu saja dari dalam benaknya.
***
Sepuluh menit berlalu. Agam cs tersenyum sinis karena berhasil mendapat skor yang lebih tinggi dari Alex cs. Agam kembali berselebrasi saat berhasil memasukan bola kedalam Ring.
Dia memberikan acungan jempol kepada Alex Cs kemudian memutarnya kebawah. Raut penuh kesombongan tercetak jelas diwajahnya. Dia sepertinya sangat yakin akan bisa mengalahkan Alex kali ini.
Alan berdecih melihat tingkah kekanakan dari Agam. Dia mulai melepas kacamata nya. Alan tersenyum miring, “Time is Coming.”
Alex melirik Alan. Alan paham akan arti lirikan Alex dia dengan cepat mengangguk. Alan mulai dengan aksinya. Sudah cukup dia berpura-pura tidak mengerti akan basket.
Kini Alan akan memberi Agam pelajaran. Bahwa, kesombongan itu bukan lah hak manusia, apalagi manusia tak bermoral macam Agam.
Alan mulai mengambil alih bola basket dari tangan Agam. Dari ekor matanya Alan bisa melihat Alex sedang menunggu bola dengan jarak tak jauh dari tiang basket. Sedangkan Agam berada tak jauh dari sebelah kirinya nya.
Alan mulai memperlambat langkah nya. “Alex...” teriak Alan seraya melakukan behind the back pass guna mengoper bola pada Alex.
Hupp..
Alex berhasil melakukan Alley-Oop kemudian dia mulai melakukan shooting . Lalu teriakan nama Alex menyeruak saling bersahutan pertanda Alex Cs kembali mendapatkan skor.
***
Tatapan Ara tak lepas sedikitpun dari Alan. Gadis itu terlihat cemas dia menggenggam erat botol minum berwarna biru milik Alan. Ara sesekali mengumpat. Dia gemas sendiri ingin menghajar Agam karena tingkah tengil nya yang memuakkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANARA [ SUDAH TERBIT ]
Teen FictionAlan dan Ara dua orang yang memiliki kesempatan, kekayaan dan kekuasaan memilih meredupkan cahaya gemilang yang sebenarnya bisa mereka manfaatkan. Alan yang notabennya anak dari pemilik sekolah bersama sahabatnya Ara, memilih berpenampilan cupu, me...