Alex dan Ara tengah duduk berdua di sebuah taman kota. Alex sengaja membelikan Ara Ice cream, dia berusaha membuat Ara kembali baik-baik saja. Sesekali Alex melirik Ara yang terlihat sangat fokus memakan ice cream cokelat miliknya.
Lelehan cokelat itu terlihat sedikit mengotori ujung bibir Ara. Ara nampaknya tidak menyadari hal itu. Tatapan matanya kosong, sepertinya pikiran Ara sedang berkeliaran dari tempatnya. Alex berulang kali melihat ke arah Ara, ia ingin membersihkan lelehan cokelat itu. Tapi, dia takut jika Ara akan marah karena tindakannya yang lancang.
Alex tidak punya pilihan lain, lelehan cokelat itu malah semakin banyak. Dia memberanikan diri menyentuh ujung bibir Ara, lalu membersihkan lelehan cokelat itu menggunakan tisu.
Ara tertegun sesaat. Dia merasa kaget atas tindakan Alex yang tiba-tiba. Alex yang memang peka akan kondisi disekitarnya, dengan cepat menjauhkan tangannya dari wajah Ara. "Maaf Ra, gue cuma mau bersihin lelehan cokelat diujung bibir lo aja kok." Ara hanya diam, dia tak merespon Alex sama sekali.
Alex kembali terlihat bingung, "Lo marah ya Ra?"
Pertanyaan Alex itu membuat Ara sadar akan tindakannya yang salah. Ara dengan cepat menggeleng. "Enggak kok, makasih ya Lex. Maaf kalo sikap gue bikin lo tersinggung."
Alex tersenyum, "Gak papa kok. Santai aja Ra."
Ara balas tersenyum. Ia harus bisa menguasai dirinya. Alex sudah berbaik hati untuk menemaninya disini. Jadi, Ara harus bisa sedikit berempati pada Alex. Ara melirik Alex sekilas, Alex terlihat tengah memandangi seorang anak kecil yang sedang berlarian. Setelahnya Alex terlihat menunduk.
Kalau dipikir-pikir ini pertama kalinya Ara dekat dengan cowok selain Alan. Apalagi Ara dekat dengan Alex, cowo tampan yang memiliki banyak fans. Tunggu! Tampan? Ara baru ingat akan penampilannya yang culun. Apa Alex merasa malu? Karena sedari tadi Alex terlihat lebih banyak menunduk.
Ara sedikit menundukan kepalanya. Dia menatap ke arah Alex. "Lex, lo malu ya duduk deket gue?" Alex lantas menoleh pada Ara. "Ha.. maksud lo apa?" raut wajah Alex terlihat begitu bingung.
Ara membenarkan posisinya. Kini dia beralih menatap lurus kedepan. "Lo, dari tadi nunduk mulu. Pasti lo malu kan, duduk sama cewe culun."
Alex dengan cepat menggeleng, "Enggak kok, gue gak malu. Gue malah takut lo nya, yang gak nyaman duduk deket gue."
Ara dan Alex berakhir dengan saling lirik. Kemudian keduanya tertawa pelan. "Kita konyol banget ya Lex. Sama-sama takut akan hal yang sebenernya gak perlu ditakutin." Alex hanya menanggapi pernyataan Ara dengan senyuman kecil.
"Oh ya, By the way lo sama Alan pacaran?" Pertanyaan Alex yang terlontar secara tiba-tiba itu membuat Ara kembali mengalihkan pandangan nya, "Enggak, gue sama Alan gak pacaran. Kita sahabatan."
"Oh, sahabat ya."
"Kenapa emang nya?"
"Lo sama Alan deket banget. Banyak anak kelasan yang ngira kalian itu pacaran. Gue aja tadi sedikit kaget waktu liat lo sendirian tanpa Alan." Alex diam sebentar, ia menunggu respon Ara. ia takut jika perkataannya membuat Ara tersinggung.
"Kalian gak salah kok kalo ngira gitu. Kedeketan gue sama Alan emang sulit kalo diartikan pake logika dan kata-kata," jawaban Ara yang terdengar santai membuat Alex mengembuskan napas lega.
"Kalo di ibaratin, persahabatan gue sama Alan mungkin sama kaya persahabatan lo sama Agam dan Kiran," ujar Ara singkat.
Alex menatap Ara terkejut. Bagaimana bisa Ara tau tentang persahabatannya dengan Agam juga Kiran. Alex bahkan tidak pernah bercerita kepada siapapun terkait permasalahannya dengan Agam. Lalu, Ara tau darimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANARA [ SUDAH TERBIT ]
Teen FictionAlan dan Ara dua orang yang memiliki kesempatan, kekayaan dan kekuasaan memilih meredupkan cahaya gemilang yang sebenarnya bisa mereka manfaatkan. Alan yang notabennya anak dari pemilik sekolah bersama sahabatnya Ara, memilih berpenampilan cupu, me...