Ara tersenyum saat melihat Roy yang sedang menuruni anak tangga. Dengan segera Ara menghampiri Ayahnya itu. “Ayah,” panggilan Ara membuat Roy menoleh.
“Eh Sayang, Baru aja dateng?” tanya Roy ramah.
Ara mengangguk.
“Ayah--” Belum sempat Ara menyelesaikan ucapannya. Roy terlebih dahulu memotong pembicaraannya.
“Kalo mau cerita, sama Bunda aja ya. Ayah ada Meeting penting. Maaf ya sayang.” Roy mengacak lembut surai hitam milik Ara kemudian pergi meninggalkan Ara. Ara menghela napas kasar seraya melihat punggung Roy yang mulai menghilang di balik pintu.
Ara memutuskan untuk pergi menuju dapur. Sarah pasti ada disana. Ara bisa meminta bantuan Sarah untuk membujuk Alan.
Ara tersenyum. Seperti dugaannya Sarah sedang berada di dapur. Dengan cepat Ara menghampiri Sarah.
“Sayang, akhirnya kamu dateng juga. Tolongin bunda ya, Arsal belum sarapan dan bunda gak sempet masak. Bunda buru-buru harus pergi, Butik lagi rame banget soalnya.” Sarah langsung berbicara panjang lebar saat melihat Ara. Ara yang belum sempat bicara satu patah kata pun, akhirnya hanya bisa mengangguk patuh seraya tersenyum.
“Yaudah bunda pergi dulu ya. Titip Arsal ya sayang.” Sarah mengecup puncak kepala Ara. Sebelum akhirnya pergi meninggalkan Ara seorang diri.
Sarah berbalik. Dia memperlihatkan kepalanya dari balik pintu. “Assalammualaikum,” pamit Sarah, sepertinya dia sengaja kembali karena belum mengucapkan salam.
“Wa’alaikumussalam.” Ara membalas seraya menggelengkan kepalanya pelan. Karena melihat tingkah bunda sahabatnya itu.
Ara berbalik. Dia mulai melangkah menuju meja makan. Ara terdiam sebentar. Ia sedang berpikir. Kira-kira makanan apa yang harus dia masak?
“Aduh, gue bikin apaan ya? Mie instan aja kali ya?” Ara dengan segera menggeleng, “Enggak-enggak, yakali Alan pagi-pagi langsung makan Mie. Entar yang ada tu anak sakit perut lagi.”
“Gue masak apaan dong? Gue kan bisanya masak aer doang, itu juga gosong!” Ara mendengus. Ia baru sadar bahwa dirinya sepayah itu.
Ara menjentikan jarinya. “Oh, ya mending gue masak nasi goreng aja. Kan ada video tutorialnya.”
Ara tersenyum manis. Ia mulai mengambil bahan-bahan yang diperlukan dari dalam kulkas. Setelah dirasa bahan-bahannya cukup, Ara mulai meletakkan ponsel miliknya di atas tempat kerupuk.
“Oke, kita mulai.”
***
Alan sedang menuruni anak tangga. Sebenarnya dia malas untuk turun. Tetapi, Sarah sudah memberitahu dirinya bahwa bundanya itu tidak sempat membuat sarapan. Otomatis Alan harus membuat sarapannya sendiri.
Sebenarnya, keluarga Alan memiliki pembantu. Hanya saja mereka sedang cuti. Lagipula, jika orang tuanya sedang sibuk seperti ini, keluarga Alan akan lebih memilih untuk memesan makanan diluar.
Jadi, ada tidaknya pembantu tidak lah terlalu berpengaruh. Karena Alan bukan anak manja. Walau dia pemalas dia lebih jago masak dibanding kan Ara.
Ngomong-ngomong soal Ara. Sejak kejadian kemarin Alan benar-benar menjauhi Ara. Dia tidak membalas satu pun pesan yang Ara kirimkan.
Dia juga tidak mengangkat telpon dari Ara. Entahlah, mengapa Alan seperti itu. Yang jelas dia marah. Tetapi, Alan tidak mengetahui apa yang menyebabkan dirinya marah pada Ara.
Alan menghentikan langkahnya tepat di ambang pintu dapur. Dia bisa melihat seorang gadis dengan rambut yang dicepol satu tengah berkutat dengan ponsel dan pisau. Alan memilih diam di tempat. Ia ingin melihat apa yang sedang Ara lakukan.
“Ish, kok ribet banget sih masak nasi goreng doang!” Alan tersenyum geli saat Ara mulai menggerutu. Gadis itu memang sering tidak sabaran, dia juga tidak terlalu suka dengan hal-hal yang berbau ribet.
“Oh jadi gitu cara motongnya. Oke, gue pasti bisa.” Alan lagi-lagi tersenyum mendengarkan Ara yang sedang bermonolog.
Ara mulai memotong sosis dan bakso sesuai dengan apa yang dia lihat. Matanya tak lepas dari video yang sedang terputar di ponsel miliknya. Hingga ia tidak fokus dengan pisau yang sedang dia gunakan.
“Awww.” Ara meringis saat mata pisau itu mengenai jari tangannya. Ara meniup jarinya berusaha untuk menghilangkan rasa sakit.
***
Alan dengan segera mendekati Ara. Alan menarik tangan Ara secara tiba-tiba membuat Ara terkejut, “Elo gimana, sih?! Motong dikit doang sampe luka gini!” Alan memarahi Ara. Ara malah tersenyum manis, karena raut wajah Alan yang terlihat sangat khawatir.
Alan menggendong Ara dan mendudukan gadis itu di atas meja. Dia dengan cepat mengambil kotak P3K. Selanjutnya, Alan membersihkan dan mengobati luka Ara dengan telaten.
Ara terus saja tersenyum. Dia sangat menikmati raut wajah Alan yang serius dan sikap manisnya. Alan benar-benar terlihat menggemaskan.
Alan selesai memasang plester luka pada jari Ara. Alan menaikan sebelah alisnya. “Ngapain lo senyum-senyum?” tanya Alan heran.
Ara menjawab. masih tetap tersenyum manis, “Lo manis banget Lan kaya lolipop. Gue rasa lo bakalan cocok banget deh kalo jadi dokter.”
“Gak mempan! Ucapan manis lo itu basi!” ujar Alan ketus.
Ara menangkup wajah Alan. “Ya ampun, sekarang kadar manis lo meningkat 10%. Coba-coba lo makin marah dan jutek Lan. Gue pastiin Lo--.”
“Gue gak suka lo deket sama Alex!”
Ara bergeming. Ungkapan ketidaksukaan Alan yang tiba-tiba membuat jantungnya bereaksi. Ara berkedip dua kali berusaha menyadarkan diri.
“Maksud lo apa?”
“Enggak, lupain aja. Dah ah gue mau masak. Lama, kalo nungguin lo!”
Alan melepaskan tangan Ara dari wajahnya. Kemudian mulai melangkah menjauhi Ara. Alan mulai sibuk memasak.
Gue ngapain sih. Kok bisa-bisa nya ngomong begitu? Alan merutuki tingkah bodohnya di dalam hati.
Ara mendekati Alan. Ia memegang tangan Alan, membuat Alan menghentikan pekerjaannya. “Maafin gue Lan,” ucap Ara tulus ia menatap manik mata Alan lembut.
Selalu saja, amarahnya seakan melebur hanya dengan melihat manik mata milik Ara. Alan benar-benar tidak bisa marah pada Ara dalam waktu yang lama.
“Gue maafin lo. Inget! lain kali kalo gak bisa masak gak usah sok jago!”
“Iya-iya, cerewet banget lo Lan. Dasar emak-emak!”
“Apa lo bilang?!”
“ELO! EMAK-EMAK!”
Ara menekan setiap kata dalam ucapannya. Kemudian mulai berlari menjauhi Alan seraya mengejek Alan.
Tak tinggal diam, Alan langsung mengejar Ara. Saking fokusnya pada Alan. Ara sampai tak memperhatikan langkah nya. Hingga...
Brukk
“AWW! ALAN SAKIT ...”
***Haii i'm comeback. Masih dengan hastag #dirumahaja #diemdirumah
mau tanya dong /mukamukasokmanisApa aja yg kalian lakuin dirumah selain belajar?
Yang baik hati, tidak sombong cantik/ganteng, dan rajin menabung pasti bakalan jawab.
Thanks for reading
Don't forget to Vote comment and share.😊
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANARA [ SUDAH TERBIT ]
Ficțiune adolescențiAlan dan Ara dua orang yang memiliki kesempatan, kekayaan dan kekuasaan memilih meredupkan cahaya gemilang yang sebenarnya bisa mereka manfaatkan. Alan yang notabennya anak dari pemilik sekolah bersama sahabatnya Ara, memilih berpenampilan cupu, me...