Insiden

2.2K 223 161
                                    

Alan sedang memakai peralatan untuk balapan nya. Valeri ada didekatnya, dia bertugas membantu Alan. Setelah membantu Alan memasang semua peralatan yang Alan butuhkan. Valeri mencegah Alan yang hendak menaiki motor miliknya.

“Kenapa Va?” Alan menatap Valeri yang tengah memegang tangannya.

“Lan, lo yakin mau balapan?” Alan mengangguk, “Kenapa emang nya?”

“Kalo pacar lo gak setuju, mending gak usah.”

Alan menggeleng, “Dia bukan pacar gue.” Valeri membalas, “Lo kalo ada masalah sama pacar lo jangan sampe gak ngakuin dia gitu dong Lan, kasian kan dia.”

Alan mendesah pelan, “Va, lo gak tau apa-apa. Mending lo diem aja deh.”

“Iya gue emang gak tau apa-apa. Tapi gue gak suka ya lo ngasarin pacar lo. Apalagi tadi dia sampe ngegores tangan nya gitu.”

Alan terkejut. Dia menatap Valeri dengan tatapan tidak percaya. Mana mungkin kan Ara berani menyakiti dirinya sendiri? Pasti Valeri salah. Iya, Valeri pasti salah.

Alan tidak menggubris ucapan Valeri. Dia lebih memilih menaiki motor nya. Sekarang Alan tengah memanaskan motor miliknya. Dia terlihat begitu siap untuk menang dalam balapan hari ini.

Valeri terlihat mendekati Alan. “Lan, gue harap lo gak akan bikin pacar lo lebih sakit lagi. Luka pacar lo tadi dalem banget loh. kalo lo__” Valeri ditarik mundur oleh Sandra, padahal dia belum sempat menyelesaikan ucapan nya.

Kini, seorang gadis dengan pakaian serba kekurangan bahan itu mulai maju kedepan. Dia mulai mengangkat slayer berwarna hitam putih itu, lalu dalam hitungan ketiga slayer itu dia jatuhkan bersamaan dengan melesat nya empat motor sport dari garis Start.

***

Ara sudah selesai memberikan plaster pada luka nya. Karena Ara hanya memiliki satu plaster, Ara menggunakan sobekan selendang yang dia pakai untuk melilit luka nya. Setelah itu, Ara mengambil sepeda dan mulai mengayuh sepeda itu. Ara berniat menyusul Alan. Dia akan memastikan bahwa Alan akan baik-baik saja.

Ara melewati Valeri CS. Dia sama sekali tidak menghiraukan apa pun dan siapapun. Yang ada di pikiran nya hanya lah Alan.

“Eh itu cewe siapa? Ngapain dia make sepeda di arena balapan ini.” Sandra menunjuk Ara yang mulai menjauh.

Valeri membulatkan matanya tidak percaya. “Loh itu kan pacar nya Alan.” Semua orang langsung menatap Valeri.

“Maksud lo, dia pacar Alan?” Sandra mencoba memastikan hal yang baru saja dia dengar. Valeri terlihat mengangguk.

“Tadi gue liat Alan berantem gitu sama pacar nya, sampe pacar nya ngegores tangan nya sendiri.” Valeri memberitahu apa yang dia lihat.

Bara terlihat bergegas menaiki motornya. “Kita susul pacar nya Alan.”

Instruksi Bara sama sekali tidak di bantah oleh Erlan, Sandra dan Valeri. Mereka bertiga langsung menaiki motor milik mereka masing-masing. Kemudian ketiga motor itu melesat dengan cepat.

***

Alan berusaha keras untuk fokus dalam mengendari motor miliknya. Tapi, perkataan Valeri seolah terus terngiang di telinga nya. Belum lagi, bayangan Ara yang menangis dan dirinya yang mendorong Ara hingga terjatuh seakan menghantui dirinya.

Alan terlihat menggeram. Dia sangat terpukul, dia baru sadar bahwa Ara tidak pernah main-main jika menyangkut tentang dirinya. Ara selalu bisa menahan rasa sakit hanya untuk Alan.

Tapi, mengapa tadi hatinya seolah berubah sekeras batu? Mengapa bisa Alan menjadi seegois tadi? Apa yang terjadi pada Ara sekarang?

‘Kalo lo berani pergi, gue pastiin lo gak akan bisa liat gue lagi.’

Deg ...

Ucapan Ara itu kembali terngiang.

Alan membulatkan matanya. ‘Apa Ara gak akan mau lagi ketemu gue?’

Alan menggeleng-gelengkan kepala nya. ‘Gak, Ara gak boleh ninggalin gue. Maafin gue Ra, gue gak mau lo ninggalin gue.’ Alan terus saja berceloteh. Tanpa sadar tangannya menaikkan kecepatan motor yang dia kendarai.

Tin ... Tin ...

Suara klakson mobil itu, menyadarkan Alan. Alan dengan cepat mengindari mobil itu, tapi kecepatan motor nya membuat Alan kesulitan mengendalikan diri hingga motor yang Alan naiki pun oleng.

Brukk...

Alan terlempar sejauh dua meter dari motor nya. Sedangkan motor milik Alan masih melaju hingga membentur trotoar jalan, motor itu pun hancur. Dengan susah payah Alan mencoba menggerakkan tubuhnya, tapi usahanya nihil. Alan terlalu lemah, pernapasannya mulai terganggu. ‘Ra... tolong g-u-e...’

***

Ara terpaksa menghentikan sepeda nya saat di hadang oleh tiga motor Sport.

“Minggir!”

Valeri cs bergeming, mereka tidak mengindahkan ucapan kasar Ara.

Ara mendelik, “Gue, bilang, minggir!”

Valeri menjawab, “Lo gak boleh ada disini, ini tempat bahaya.”

“Udah tau ini tempat bahaya, tapi kalian seenak nya nyuruh Alan balapan!”

Valeri, Erlan, Sandra dan Bara terdiam. Mereka tidak bisa menyalahkan kemarahan Ara. ini memang salah mereka.

Ara turun dari sepeda nya. “Kalo kalian gak mau minggir, gue bisa paksa kalian buat minggir!”

Ara mulai akan melewati Valeri Cs, tapi tangan nya dipegang oleh Sandra dan Valeri. Ara memberontak, “Lepasin gue!”

“Kita gak akan lepasin lo, ini buat keselamatan lo!” Sandra membentak karena Ara terus memberontak.

Mata Ara berkilat marah. Ara mulai melakukan kekerasan, dia mendorong Sandra dan Valeri hingga terjatuh. Erlan dan Bara tak tinggal diam, mereka berdua mulai akan memegang Ara tapi Ara terlebih dahulu menghajar mereka.

“Dasar bodoh! Kalo sampe Alan gak selamat, gue pastiin lo semua mati!”

Setelah mengurus Valeri Cs. Ara kembali menaiki sepedanya. Ara mengayuh sepeda itu dengan cepat. Ara bisa merasakan bahwa Alan sedang tidak baik-baik saja.

***

Ara membanting sepeda yang dia naiki. Dia mulai berlari sekuat tenaga, air matanya kembali menetes. Ara bisa melihat seseorang yang tengah bersimbah darah berada ditengah jalan.

“Alannnnnn.”

Teriakan Ara berhasil membuat Alan mempertahankan kesadaran nya. Alan berusaha keras memperjelas penglihatan nya, dia bisa melihat seseorang yang tengah berlari mendekat. Hatinya menghangat, itu berarti seseorang itu adalah Ara.

“A-aa-R-aa.” gumam Alan lirih.

Ara sampai didekat Alan. Ara dengan cepat meletakkan kepala Alan pada pahanya. “Alan, ini gue Lan Ara. Gue ada disini.”

Alan terlihat berusaha memegang wajah Ara. “Ra...”

Ara menggenggam tangan Alan yg berdarah diwajahnya. “Lan, jangan ngomong dulu. Lo harus bertahan, gue – gue cari bantuan dulu.”

Alan terlihat meneteskan airmata. Saat melihat tangan Ara yang menggenggam tangan nya dililit kain. Itu berarti dirinya benar-benar membuat Ara terluka.

“Ra.. Ta-ta-ngan- lo.”

Ara menggeleng, “Jangan pikirin tangan gue! Diem Lan! Diem! lo jangan banyak geraakk.” Tangisan Ara semakin pecah. Dia tidak pernah berpikir bahwa hari ini dia harus menyaksikan Alan yang kembali bersimbah darah. Itu berarti Ara lagi-lagi gagal menjaga Alan. Dia lagi-lagi membuat Alan terluka.

Valeri Cs tiba ditempat Alan. mereka sangat terkejut melihat kondisi Alan yang mengenaskan. Ara menatap mereka dengan wajah dipenuhi air mata. “Tolong ...”

Satu kata itu berhasil membuat Valeri dan Sandra menangis. Erlan terlihat menenangkan Sandra, sedangkan Bara bergegas menghubungi ambulans.

Kondisi Alan melemah. Alan mulai kehilangan kesadaran nya. Ara tentu berteriak histeris. Setelah nya Ara juga jatuh pingsan tepat di dada bidang milik Alan.

***

ALANARA [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang