"Ra, Lo tau hari ini sekolah kita bakalan kedatangan Artis sekolah loh. Artis ini dateng kalo kelas dua belas mau UN aja. Gue sama Seila selalu dateng buat liat dia. Soalnya, Artis ini bener-bener memotivasi banget." Aletta berucap panjang lebar.
"Selain itu dia juga ganteng banget,"sambung Seila yang di setujui oleh Aletta.
Ara hanya melirik mereka berdua sekilas. Ara lebih fokus pada novel yang sedang ia baca. Tetapi Ara tetap mendengarkan cerita Aletta yang tidak ada ujungnya.
Aletta, gadis itu memang sangat suka berbicara. Dia bisa berbicara panjang lebar bahkan tanpa titik dan koma. Ara penasaran bagaimana bisa Seila betah bersahabat dengan Aletta? Ara bisa melihat perbedaan sifat yang sangat jauh antara keduanya. Yang satu nyerocos yang satu irit ngomong. Sekalinya ngomong nyelekitnya sampe ke sumsum tulang belakang. Gak percaya? Coba aja.
Oh, ya jangan kalian pikir Ara berteman dengan Aletta dan Seila hanya karena mereka bertiga sedang bersama. Ara sedari tadi sudah berusaha menghindari Aletta. Tetapi, Aletta tetap gencar mendekatinya. Seila? Tentu saja dia mengikuti apa yang Aletta lakukan.
Sedari tadi, Ara sudah berusaha melakukan berbagai cara untuk membuat Aletta kesal dan menjauh. Mulai dari bicara sinis, ngusir secara langsung, sampe ngebentak.
Tapi Aletta si gadis keras kepala, masih bersi kukuh untuk menemani dirinya yang tengah sendirian. Alhasil Ara menyerah. Dia membiarkan Aletta duduk bersama dirinya.
"Ra, Gimana?"Aletta bertanya dia melihat Ara yang masih fokus pada novel.
"Lo duluan aja, Gue nunggu Alan." Aletta tersenyum setidaknya walaupun Ara bersikap sok tidak peduli. Gadis itu tetap mendengarkan ceritanya.
"Yaudah kita duluan ke Auditorium ya. Lo harus dateng sama Alan. Semangat nulisnya Ra. Gue sama Seila suka cerita lo." Aletta mengakhiri ucapannya dengan senyuman. Kemudian mulai pergi bersama Seila meninggalkan Ara.
Ara langsung mengalihkan pandangannya pada punggung Aletta yang mulai menjauh, "Aletta baca cerita gue?" tanya Ara heran.
"Lo lagi liatin apaan sih?"
Ara menoleh. Ia melihat Alan yang baru saja datang bersama dengan makanan dari Ranti. "Wah, mama bawain kita apa Lan?" Ara mengambil alih satu tempat bekal dari tangan Alan.
Alan mencibir. "Kebiasaan! Makanan selalu bikin lo lupa sama gue!"
"Uluu... Sayang aku ngambek. Maap ya sayang, abis makanan is number one kalo kamu kan bisa aku duain." Ara mengusel pipi Alan hingga membuat si empunya berdecak kesal.
"Raa.."
Gerutuan Alan tidak Ara hiraukan. Ara masih tetap menjaili Alan hingga wajah Alan memerah. Tingkah Ara yang sok manis membuat mereka menjadi tontonan siswa-siswi yang berlalu lalang.
"Ngapain lo liat-liat?! Jomblo ya?! Maka nya cari pacar!" Ara beralih menjaili tiga orang siswi yang menatap Alan dan Ara dengan tatapan hina. Setelah mendengar ucapan Ara yang menohok tiga siswi itu langsung mempercepat langkah mereka.
Alan mencubit pipi Ara gemas hingga Ara kesakitan. "Ish.. sakit tau Lan," Ara menggerutu.
"Biarin! Ini balesan buat orang jomblo yang ngatain sesama jomblo." Alan tersenyum mengejek.
Ara menaikan sebelah alisnya. "Heleh, emangnya apa sih kelebihan orang pacaran? Bagusan juga jomblo bebas... lepas... kutinggalkan semua beban di hatiku..."
"Gak harus nyanyi juga, bisa kan?" Alan menutup telinganya seolah – olah suara Ara begitu tidak enak untuk di dengar.
Ara diam tidak merespon Alan. Ia memilih untuk membuka kotak bekal nya lalu makan dengan tenang. Ia sedang tidak ingin membuat gendang telinga Alan bermasalah. Lebih tepat nya dia sedang kelaperan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANARA [ SUDAH TERBIT ]
Teen FictionAlan dan Ara dua orang yang memiliki kesempatan, kekayaan dan kekuasaan memilih meredupkan cahaya gemilang yang sebenarnya bisa mereka manfaatkan. Alan yang notabennya anak dari pemilik sekolah bersama sahabatnya Ara, memilih berpenampilan cupu, me...