Dua gadis pembawa perubahan

1.9K 218 209
                                    


Ara memutuskan untuk berhenti ditengah perjalanan kerumahnya. Dia menolak permintaan Alex untuk mengantar dirinya karena ia ingin berjalan kaki.

Selama berjalan, Ara memeriksa ponsel miliknya. Ada banyak telepon dari Alan. Ara terlihat bingung, apa yang harus dia lakukan. Menelpon balik? Atau membiarkannya saja?

'Alan, kenapa sih lo harus se menyebalkan ini. Bisa-bisanya lo tinggalin boneka yang gue suka gitu aja di taman. Gue tau lo dateng kan ke taman, dasar tukang ngambek! Pokoknya, kali ini lo yang harus minta maaf sama gue. Titik! Awas aja kalo lo gak dateng ke rumah, gue bakalan bikin hidup lo gak tenang.'

Ara berbicara pada boneka Teddy yang dia temukan di taman. Dia memarahi boneka itu seperti halnya tengah memarahi Alan. Entah bagaimana Ara bisa yakin bahwa boneka Teddy itu Alan lah yang membawanya. Padahalkan, bisa saja orang lain yang meninggalkan boneka itu.

Ara lantas tersenyum dia memeluk boneka Teddy itu dengan begitu erat. 'Gue penasaran, gimana ya muka Alan waktu cemburu. Gini kah? Atau begini? Enggak-enggak pasti gini.' Ara bermonolog, kemudian terkikik geli saat dia mencoba mempraktikan ekspresi Alan. 

'Seandainya tadi gue liat Alan. Pasti gue sengaja in deh deket-deket Alex. Biarin aja, biar dia ngerasain apa yang gue rasain waktu liat dia deket sama cewe lain. Emang dia pikir dia aja yang bisa deket sama cewe, gue juga bisa kali deket sama cowo,' ucap Ara seraya menendang batu kerikil yang dia temukan.

Ara kembali berjalan lagi. Saat mulai berjalan di ujung tangga jembatan penyebrangan, dia menyipitkan matanya. Ara berusaha memperjelas bahwa orang yang dia lihat itu bukan manusia.

Seketika matanya membulat dan teriakan itu pun lolos dari mulutnya. "Oyy! Lo gila! kalo mau bunuh diri jangan jadi human jadi hewan aja sana!"

Ara dengan sigap menarik gadis itu hingga dia terjatuh. "Upss, lo jatoh ya," pernyataan polos Ara berhasil membuat gadis itu menatapnya tajam. "Lo udah gila! Lo pikir jatoh itu gak sakit!" sentak gadis itu tidak santai.

Ara hanya tersenyum sinis. "Baru jatoh segini aja lo udah marah-marah, lo pikir kalo tadi lo ngejatohin diri ke jalan itu gak sakit?! Mending nih ya kalo lo jatoh terus lo mati. Kalo lo cuma cidera, lo bikin gue repot karena harus jadi saksi mata!"

Gadis itu masih menatap Ara tajam, kenapa ada gadis semenyebalkan ini? Orang hampir melakukan bunuh diri bukannya ditenangin, malah diomelin. Atau jangan-jangan dia memang orang gila?

***

Alan tengah mengendarai mobilnya dengan tidak fokus, pikirannya masih melayang pada peristiwa yang dia lihat beberapa menit yang lalu. Alan dengan cepat menginjak rem mobil nya secara mendadak. Karena dia hampir saja menabrak seseorang.

Alan keluar dari mobil dan dengan cepat menghampiri orang itu. "Lo gak papa?" tanya Alan dia telihat sangat khawatir. Alan takut orang ini terluka karena perbuatannya.

Orang yang hampir Alan tabrak dengan segera membuka helm Full face miliknya. Rambut panjangnya terlihat berantakan saat helm itu berhasil dia buka. Orang itu menatap Alan datar. "Gue gak papa. Lain kali kalo bawa mobil itu yang bener. Atau jangan-jangan lo gak punya SIM?"

Alan nampak menghiraukan pertanyaan orang di depannya ini. Dia menatap orang ini dengan tatapan tidak percaya. "Lo cewe? Lo naik motor sport?"

Gadis itu mengeryit. "Iya, kenapa lo kaya heran gitu sih?"

"Wah, gue baru tau kalo cewe bisa naik motor sport begini. Lo ikutan komunitas gitu?"

Gadis itu sedikit terkekeh, tingkah cowo di depannya terlihat sangat polos. "Lo maennya kurang jauh sih. Kalo lo penasaran, mending join aja. Seru tau."

ALANARA [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang