Rahasia

1.8K 255 176
                                    

Alan sedang duduk berselonjor ditemani dengan tumpukan buku. Dia memejamkan matanya menikmati semilir angin yang berembus.

Reyhan berjalan perlahan mendekati Alan. Mendengar suara langkah kaki yang mendekat Alan dengan segera membuka mata, ia mendapati Reyhan yang tengah menatap salah satu buku yang dia bawa. "Papa, ngapain?" tanya Alan kemudian.

Reyhan mengalihkan pandangannya pada Alan, "Kalian mau belajar?" Alan mengangguk.

Reyhan langsung tersenyum, "Wah papa bangga sekali, kalian sekarang mau belajar." Alan ikut tersenyum, "Iya lah pa, kan UN tinggal seminggu lagi."

Reyhan membeo, "Seminggu?" dia kembali menatap Alan. "UN, tinggal seminggu lagi dan kalian baru belajar?"

Alan balas menatap Reyhan polos, "Iya, emang salah ya pa?"

Reyhan lagi-lagi membeo, "Emang salah?" dia berusaha untuk tenang. "Gak, gak ada yang salah kok. Lanjutin ya belajarnya, papa mau masuk dulu."

Reyhan menepuk pundak Alan pelan sebelum akhirnya melenggang pergi meninggalkan Alan yang terlihat bingung.

"Papa." Ara berusaha menyapa Reyhan yang terlihat linglung. Reyhan beralih menatap Ara. "Seminggu lagi, kalian harus belajar yang keras. Kalo nanti hasilnya jelek. Tenang, papa selalu ada buat kalian."

Reyhan memberi nasihat lalu memeluk Ara dan mengelus puncak kepala Ara lembut. Setelahnya, Reyhan memilih berlalu tanpa penjelasan.

Ara berkedip beberapa kali. "Papa kenapa sih?"

***

Ara duduk disamping Alan, ia meletakan buku kecil berwarna pink dan biru yang dia bawa. "Papa kenapa Lan? Kok keliatan aneh banget," tanya Ara kemudian.

"Entah, padahal tadi gue cuma bilang kalo kita mau belajar karena UN tinggal seminggu lagi. Terus papa pergi gitu aja." Alan menjelaskan seraya memberikan catatan yang telah dia buat.

Ara menghela napas sebentar, "Pantesan aja, lagian lo kenapa bilang gitu sih Lan." Ara membuka catatan milik Alan. Dia mengembangkan senyuman karena catatan Alan yang rapi. Materi UN yang dia buat amat sangat bagus. Sepertinya, Alan cocok juga jika menjadi seorang tenaga pengajar.

Alan menjawab. "Sengaja, biar surprise. lo kan mau jadi juara. Kalo kita ketauan rajin belajar dari lama, gak seru." Ara tersenyum dia menatap Alan dengan tatapan bangga. "Lo, emang pinter, Lan."

"Gue tau, gak usah muji gitu. Biasa aja liatnya." Alan tersenyum bangga membuat Ara memutar bola matanya malas. Alan selalu saja gampang besar kepala.

"Ini buku apaan?" Alan bertanya seraya akan mengambil buku Pink milik Ara.

"Eits,, jangan lo ambil. Ini The Secret Of My Life." Ara menahan tangan Alan membuat Alan menautkan kedua alisnya, "Sejak kapan lo main rahasia-rahasiaan dari gue?"

"Sejak semalem. Jadi, gue ada ide buat bikin rahasia yang cuma kita tulis di dalem buku. Nah ini, gue udah siapin satu buku buat lo. Nanti lo tinggal tulis apapun yang lo rasain dan mau lo rahasiain dari gue didalem buku ini. " Ara tersenyum seraya menyerahkan buku berwarna biru.

Alan mengambil alih buku itu dari Ara. Dia melihat bukunya sesaat. "Gak ah, gue kan paling males nulis, Ra."

Alan ingin mengembalikan buku itu pada Ara. Tapi Ara langsung menghujani Alan dengan tatapan memohon andalannya. Alan pasrah, "Iya deh, nanti gue tulis."

"Nah gitu dong, nulis itu menyenangkan tau Lan. Gue selalu ngerasa seneng banget waktu tulisan gue dibaca. Apalagi sampe ada readers yang Comment. Comment yang mereka kasih itu selalu jadi mood booster kalo gue lagi males nulis." Alan tersenyum saat melihat Ara begitu ceria dan membanggakan readers nya yang tak seberapa itu.

ALANARA [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang