Hari ini adalah hari Senin, hari dimana kami menjalankan hukuman pertama untuk kelas 10. Kami semua yang berada dilapangan, menerima tatapan tajam dari kakak kelas yang berada di lantai atas.
Ingin rasanya aku mencolok mata mereka satu persatu.Setelah 1 jam berlalu, semua berjalan lancar, kami kembali ke kelas. Keringat bercucuran setelah berjemur 1 jam tadi membuat baju kami basah kuyup seperti di guyur hujan.
Akupun mengibas-ibaskan tangan ku untuk mengurangi rasa panas yang masuk ke dalam pori-pori, sedangkan ketiga temanku, sedang asik mengibaskan buku masing-masing dengan kecepatan super.
Aku terdiam dan mulai berfikir... Aku tadi bertemu pandang dengan seseorang. Tapi tak mungkin dia ada di sini apalagi bersama si Nathan kakak kelas yang tidak jelas itu.
Astaga.. Dalam hati aku banyak berdoa agar dia tak akan bertemu aku lagi.. Aku takut dia terluka..
"Woy Ran, ngapain disini.. Ayo masukk.. Nanti masuk angin loh. " Kata Elena sambil menarik lengan bajuku.
"Kan pake baju. Gimana bisa masuk angin Len. " Kataku seraya menatap lemas ke arah Elena..
"Astaga, kamu pucat Ran, kamu kenapa? Sakit? Ada masalah? Banyak pikiran?. "
"Gak kok. Cuma tadi.. "
"Apa? "
"Hemm.. "Tiba-tiba
"Hey! Hahaha." Teriakan Clara dan Viola berhasil mengejutkan kami berdua.
"Astaga... Kalian tuh ya.. Liet Kiran, dia pucat.. Lagi sakit malah kalian kejutin kayak tadi. " Kata Lena dengan tampang kesal.
"Gak.. Gak apa-apa kok.. Antar aku ke UKS aja la yuk. " Kataku lemas.
"Oke." Jawab mereka bertiga serempak.Sesampainya di UKS... Aku langsung berbaring di kasur dan ditemani oleh ketiga temanku.
"Siapa yang sakit? "
Tiba-tiba saja terdengar suara orang bertanya. Ya sepertinya cowok... Karna wajahku di tutupi badan Elena.
"Di.. Di.. Dia. " Kata Lena terbata-bata.
"Kiran.. " Terdengar suara lembut memanggil namaku.. Aku berusaha membuka mata.. Dan.."Kamu? Kenapa kamu di sini Steven? Kamu lupa kamu udah di sakiti? " Kataku sambil menahan tangis.
"Kiran, aku pindah sekolah hanya untuk bertemu kamu. Apa kepindahan ku kesini sia-sia karna kamu belum membuka hatimu? Ran, aku berjanji, bakalan setia nunggu kamu.. Kapanpun itu. Tapi tolong.. Terima aku kembali.. Aku mohon.. " Kata Steven sambil menatap mataku.Ya.. Tapi sayangnya aku telah benar-benar lelah.. Hingga aku pingsan secara tiba-tiba dan menahan rasa sakit dan tangis dalam diam. Ketiga teman ku bingung dengan apa yang terjadi, tapi hanya Elena, yang mengetahui seluk beluk masalah itu.
Elena pun berjalan keluar setelah menarik tangan Steven pelan untuk mengikutinya.
"Kenapa kamu datang lagi Steven? " Tanya Elena.
"Gue tuh, udah benar-benar lembut dan perhatian sama dia.. Ngeluangin semuanya buat dia. Kenapa dia masih beku. Kenapa? " Tanyanya sambil menahan wajahnya dengan kedua tangannya.
"Ni ya.. Cara ngomong dan sikap kamu yang buat Kiran gak suka. Kamu masih suka pakai lo, gue.. Dan itu gak disukai Kiran. Tau gak? "
"Tapi Len, rasa sayang gue gak berkurang sama sekali. "
"Berarti hanya ada satu kata buat kamu Stev, yaitu bersabar. Udah ya.. Aku mau nemenin Kiran dulu. Bay! "
"Emm.. Ya bay. "Aku tersadar dan kepalaku terasa sakit tiba-tiba. Lalu terdengar suara Lena, Clara dan Viola.
"Len, Ra, Vio... " Kataku lemah.
"Ya.. Apa Ran? " Tanya Clara.
"Ee gak apa-apa.. Mana Lena? " Tanyaku pelan.
"Lagi keluar tuh, gak tau kemana.. Emangnya ada yang penting? " Tanya Viola.
"Gak kok.. Kalian tenang aja.. Aku udah sembuh.. Jadi gak usah bantu kok.. " Kataku sambil tersenyum.
"Astaga... Ya udah deh. " Kata Viola."Haloo.. " Sapa Lena.
"Hai.. " Sahut kami bertiga.
"Kamu masih sakit Ran? " Tanya Elena.
"Nggak kok... " Kataku.
"Oke.. Yaudah. Balik kelas yuk. " Ajak Elena.
"Ayokk." Teriak Clara, Viona dan Kiran.Ketika kami sampai, pelajaran fisika langsung membius otak kami menjadi beku dan mati rasa. Ku lihat sekeliling, Clara sibuk dengan kukunya, Viola sibuk dengan gadgetnya, Elena sibuk dengan bukunya, dan aku sibuk menghitung soal-soal fisika yang berjumlah 10 soal. Sungguh, bapak fisika kami, bapak Fahri kadang-kadang suka membuat kejutan, entah itu ulangan, test, kuis, bahkan tes lisan tentang fisika. Dan... Aku selalu mendapat nilai bagus di pelajaran bapak Fahri karna aku menyukai fisika.
"Kiran.. " Panggil pak Fahri.
"Ya pak.. Ada apa? "
"Kesini sebentar nak.. "
"Baik Pak. "Setelah saya sampai didepan meja guru di kelas, pak Fahri memanggil Ghea dan Angga untuk maju ke depan.
"Sini anak-anak, berkumpul.. Ada yang mau bapak bicarakan dengan kalian bertiga. "
"Iya Pak.. "
"Jadi begini.. Kan nanti akan ada Olimpiade IPA.. Mulai dari fisika, biologi, hingga kimia. "
"Lalu pak.. " Tanya ku
"Bapak akan menempatkan kalian dalam satu tim. Kiran sebagai ahli Fisika, Angga sebagai ahli Kimia, dan Ghea kamu sebagai ahli Biologi ya. Mulai sekarang kalian boleh berlatih. Lakukan sebisa dan sesemangat mungkin. " Kata pak Fahri dengan semangat nya.Aku pun menoleh kalau Ghea sih, dia orangnya santai jadi bisa lah di ajak kerja sama. Lalu aku menoleh lagi ke arah Angga, aku malah mendapat kesan bahwa dia seperti pangeran.. Sungguh istimewah... Dia tampan srkali.
"Ngapain lo ngeliatin gue? Naksir? " Tanya Angga mengejutkan ku.
"Gak la.. Ngaco! " Kataku sambil melihat ke arah lain.Aku gak tau.. Rasa itu.. Kembali.. Padahal Angga itu jauh dari tipe cowok yang selama ini aku cari. Kak Rian adalah cowok yang selama ini telah membuat aku kagum saja tidak bisa membuat rasa deg-degan seperti ini.. Sabar.. Jantung oh jantung.. Berhenti sebentar..
Aku menghela napas panjang. Lalu aku berjalan ke arah Ghea.
"Ghe, aku mau belajar bareng kamu nih untuk lomba... Boleh? " Tanya ku.
"Astaga Kiran, boleh la.. Kan kita satu tim. Kamu gak ajak Angga? " Tanya Ghea kepadaku.
"Dia kan pinter, katanya bisa belajar sendiri. Males ngomong sama orang kayak gitu."
"Astaga Ran, gak boleh gitu.. Haha.. Nanti jodoh baru tahu rasa tuh. Haha" Kata Ghea sambil tertawa.Aku hanya bisa melotot mendengar perkataan Ghea, ya.. Percuma saja aku balas perkataannya. Gak akan mengubah situasi apapun.
Akupun berjalan berkeliling taman sekolah setelah membuat janji dengan Ghea untuk belajar bareng. Tapi nyatanya, aku malah bertemu kak Rian yang baru selesai basket.
"Kiran, kok kamu disini, udah sore loh. Pulang gih.. Nanti mama kamu nyariin kayak dulu loh.. Satu sekolah gempar hanya gara-gara kamu kerkom ke rumah temen kamu.. " Kata kak Rian sambil tersenyum usil kepadaku.
"Apa sih. Gak jelas deh kak Rian. " Kataku kesal, tapi sangat merindukan keusilannya.
"Kiran, kamu kenal Nathan?" Tanya kak Rian kepadaku.
"Gak." Jawabku singkat sambil memalingkan wajah ke arah bunga di sampingku.
"Oo.. Kamu tau gak. Ada loh cowok yang ngaku-ngaku pacar kamu. Ada di kelas aku sih. Mau aku ajak ketemuan gak? " Tanya kak Rian.
"Siapa namanya? " Tanyaku heran.
"Steven Wijaya, kenal? "
"Gak tuh. Salah orang kali dia kak. " Kataku sambil menahan tangis.
"Oo gitu.. Yaudah deh, kakak mau pulang dulu nih. Kamu nunggu temen kamu kan? "
"Oke kak.. Emm.. Iya sih.. Tapi sampai sekarang belum ada tuh. "
"Oke kamu tunggu aja dulu.. Kalo ada apa-apa telpon ya.. Bye Kiran! " Teriak kak Rian sambil berlari dan melambaikan tangannya kepadaku.
"Oke kakakkk.. Bye! " Balasku sambil melambaikan tangan.Dalam benak ku.. Andai saja kak Rian tahu aku menyukainya.
Ting, ting, ting
Suara telepon telah mengganggu lamunan ku, dan aku mendapati chat dari Ghea yang berisikan..
Ghea~Maap yak Ran, besok ajak belajar barengnya, ada acara keluarga nih.. Maaf ya..
Iya gpp kok..~
Ghea~Oke.Akupun mulai tersadar.. Waktu hampir Magrib, karna aku memang sudah menunggu lama, akhirnya aku pulang. Aku menunggu jemputan di depan gerbang sekolah. Ya, situasi sekolah memang sangat sepi. Akupun menyempatkan diri untuk duduk di kursi tunggu halte yang tak jauh dari sekolah. Jalan pun mulai sepi, aku mulai teringat masa laluku kembali.
"Ya.. Dia, dia kembali lagi.. " Kataku sambil menatap langit-langit senja. Tapi, tanpa ku sangka air itu jauh lagi dari pelupuk mataku. Karna kembalinya dia. Orang yang telah aku sakiti..#penasaran kan.. Lanjut terus bacanya ya.. Maap kalo ada typo2..
#makasih..
#salam kenall!
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEONE
Teen FictionSeorang gadis yang terjebak dalam cinta 3 orang pria yang tulus mencintainya, berharap akan membalas, tapi dia pergi begitu saja dan meninggalkan bekas untuk ketiga pria tersebut. kembali pun tak ada gunanya, ia menyesal telah menyakiti orang-orang...