❤Pilihan

5 2 0
                                    

Satu bulan setelah kejadian Kiran di culik oleh Ryan. Ghea semakin protektif kepada Kiran yang baru saja selamat dari orang gila. Ghea pun melihat gelagat aneh dari diri Kiran yang membuatnya ingin menghilang setiap kali melihat Kiran tertawa sendirian.

"Kesambet? " Tanya Ghea sambil menatap Kiran yang sedang duduk di sofa sambil senyam-senyum.
"Hah? Ah.. Ngak kok. " Ucap Kiran malu-malu sambil menutup layar HP-nya.
"Ah masa sih. Udah satu bulan dari kejadian itu, akhirnya kamu bisa senyam-senyum sendiri. " Ejek Ghea sambil menyentuh hidung Kiran.
"Iya-iya. Oh ya.. Kak Nathan mau datang ke sini.. Boleh? " Tanya Kiran sambil menatap Ghea dengan mata berbinar.
"Loh? Emangnya siapa yang ngelarang? Mau sekalian ngedate sama pacaran juga boleh. Buat kebahagiaan kamu apa sih yang gak boleh. Kalo kamu seneng, kan aku ikutan seneng juga sebagai sahabat. " Jawab Ghea sambil mencubit kedua pipi Kiran dengan kedua tangannya.
"Uuhh, oke. Tapi jangan cubit pipi aku dong.. Akit tau. " Ucap Kiran dengan manjanya.
"Idih, bocah. Udah ah, mau olahraga dulu. Mau ikutan gak? " Tanya Ghea yang sedari tadi sudah siap dengan peralatan olahraganya.
"Aaaaa, lagi males.. Nanti aja la.. Aku nunggu di rumah aja. Eh ya, jangan lupa beliin cilok depan gang ya. " Pinta Kiran dengan wajah tanpa dosa.
"Dasar ya.. Bucin deh. Pacaran kagak, pdkt terus. Itu perjalanan cinta atau perjalanan perang ke-3 bung. " Ejek Ghea dengan tawa khasnya.
"Gak gitu.. Aku takut bakal kaya Ryan. " Ucap Kiran dengan takut-takut.
"Hah? Si brengsek itu? Udah gak usah di pikirin. Ya udah, daripada keinget masa lalu, lebih baik balik chat sama si kakak ganteng kamu deh. " Ucap Ghea sembari menepuk punggung Kiran yang tampak kuat, namun rapuh di dalam.

Ghea pun menuntun kakinya ke arah dapur untuk mengambil minum.
"Oke.. Kamu hati-hati ya olahraganya.. Jangan sampai kram. " Teriak Kiran ketika Ghea sedang di dapur.
"Siap bos! " Balas Ghea dengan semangat.

*****

Ketika malam tiba, Nathan akhirnya datang menemui Kiran yang sedang menunggu dirinya di depan teras rumah Ghea.

"Udah siap? " Tanya Nathan yang mengajak Kiran ke suatu tempat rahasia.
"Siap kak. Ayo. " Jawab Kiran dengan malu-malu.
"Eh, udah izin sama mak lampir? " Tanya Nathan dengan raut wajah pucat.
"Siapa? " Tanya Kiran dengan wajah bingung.
"Temen lo. " Ucap Nathan dengan ringan.
"Haha.. Oh, Ghea? Kakak bisa aja. Kalo ketahuan dia, kakak bisa di masak opor tuh sama dia.. Aneh-aneh aja. " Ucap Kiran sambil tertawa terbahak-bahak.
"Ya kirain kan, toh dia suka ngelarang kamu keluar rumah kan? " Tanya Nathan sambil menatap Kiran yang tersenyum manis.
"Iya.. " Balas Kiran dengan senyum merekahnya.
"Naaah.. Haha. " Ucap Nathan sambil tertawa mengingat Ghea yang panik ketika Kiran hilang.

Ghea yang dari dalam rumah mendengar celotehan Nathan yang garing itu sudah bersiap untuk membuat Nathan menjadi ayam bakar untuk makan malam, namun niatnya ia kurung karna ingin melihat Kiran tertawa bahagia.

Ghea melihat Kiran dan Nathan berjalan ke arah mobil dan akhirnya melaju pergi dari depan rumah ke tempat tujuan mereka.

Semoga, Kiran bisa bahagia tanpa takut terluka lagi karna orang jahat. Ucap Ghea sambil menutup pintu.

*****

Di perjalanan, Nathan sesekali menatap wajah Kiran yang berdiam tak bergeming dan tak berbicara sama sekali sedari tadi sejak mereka meninggalkan rumah Ghea.

"Ran, lo sakit? " Tanya Nathan dengan wajah seriusnya.
"Oh?, gak kok.. " Balas Kiran sambil tersenyum.
"Terus, kenapa diem-dieman? " Ucap Nathan sambil menatap mata Kiran.
"Gak kenapa-kenapa kok. " Ucap Kiran sembari langsung memutus kontak mata dengan nathan.

Nathan yang peka setelah menatap mata Kiran yang penuh keraguan itupun perlahan menepikan mobilnya.

"Lo gak percaya gue? " Tanya Nathan sambil mengambil tangan Kiran lalu menggenggam tangannya.
"Bukan kak.. Bukan kok.. " Jawab Kiran pelan.
"Terus? Mata lo kayak gak percaya sama gue dan bahkan, sekarang hati lo gua gak tau buat siapa. Lo suka Angga? " Tanya Nathan yang sudah tidak sabar menunggu jawaban lengkap dari Kiran.
"Hah? Gak kak.. Aku percaya kok.. Memang, aku lagi bimbang.. Hati aku sekarang ini bukan untuk siapa-siapa kak. " Jawab Kiran yang membuat Nathan tercegat bingung sekaligus kecewa.
"Terus, kenapa lo terima tawaran gue ngajakin lo keluar? Kalo lo masih bimbang? " Tanya Nathan yang sudah benar-benar kecewa.
"Aku minta maaf kak.. Boleh bawa aku pulang ke rumah aja? Aku mau istirahat aja. Kita lanjutin di telepon aja nanti kak. " Pinta Kiran dengan mata sendunya yang langsung menghapus senyum dari wajahnya.
"Oke. Kita pulang sekarang juga. " Ucap Nathan sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Setelah mereka tiba di depan rumah Ghea, Nathan berdiam sejenak. Kiran yang merasa tidak enakan, akhirnya buka suara.

"Kak, maafin aku ya, sepertinya memang hatiku belum siap sepenuhnya. Terima kasih untuk hari ini. " Ucap Kiran sambil membuka pintu mobil.
"Oke." Ucap Nathan datar tanpa melihat Kiran.

Pembicaraan mereka pun berhenti di malam itu juga. Kiran melihat Nathan yang melajukan mobilnya semakin jauh dari rumah Ghea. Kiran dengan berat hati, harus merusak kebahagiaannya hari itu.

Kiran melangkah dengan ringan, membuka pintu dan masuk tanpa terlihat ada masalah. Namun, Ghea sebagai sahabat yang peka akan sikap Kiran, bukan orang yang bisa di bohongi oleh Kiran.

"Cepet banget dah pulang? " Tanya Ghea yang langsung bangkit menyambut sahabatnya yang sudah pulang ke rumah.
"Iya." Balas Kiran singkat dan terus berjalan menuju kamarnya menerobos Ghea.
"Eh, eh. Ada apa ini? Berantem? Astagfirullah... Belom pacaran dah berantem. Gak jelas sih kalian berdua. Udah, mendingan ikut aku makan cilok pesenan kamu deh di gazebo belakang. Ayo! " Ajak Ghea sambil menarik tangan Kiran yang dia duga akan menolak.
"Aaaa, Ghea.. " Tolak Kiran yang jelas-jelas tangannya sudah di tarik oleh Ghea kearah belakang rumah.

Setelah mereka sampai ke halaman belakang, Ghea dan Kiran duduk di ayunan besar sambil memakan cilok dan melihat bintang di langit.

"Ada masalah? " Tanya Ghea pelan untuk membuka obrolan.
"Ada." Ucap Kiran sambil mengunyah ciloknya.
"Apa? " Tanya Ghea dengan wajah penuh tanda tanya.
"Kak Nathan, dia kecewa sama aku.. Karena hati aku yang masih bimbang untuk siapa. " Ucap Kiran sambil menatap ke arah langit.
"Hah? " Jawab Ghea yang tersedak dengan ciloknya.
"Iya, aku masih bimbang.. " Jawab Kiran meyakinkan Ghea yang sedari tadi menatapnya tak percaya.
"Hah? Terus, kamu nerima ajakan kak Nathan itu gimana? Tanpa perasaan? Gak ada perasaan sama sekali? Aneh-aneh aja deh. " Jawab Ghea sambil menepuk jidatnya yang sudah benar-benar kesal dengan sahabatnya.
"Iya. Gak tau juga.. Bingung.. Aku aja gak tau hati aku buat siapa dan apa ada perasaan kah untuk kak Nathan.. " Jawab Kiran dengan pelan sambil merebahkan badannya ke Ghea.
"Ya ampun.. Sudahlah, jomblo lah bersamaku wahai sahabatku. Kalo kamu memang belum siap, ya udah. Tinggalin hal yang berhubungan sama hati. Kamu perlu fokus buat belajar mencintai diri dan belajar untuk masa depan kamu. " Ucap Ghea yang tiba-tiba bijak.
"Iyaa Ghea.. Makasih sarannya. Oh ya, makasih ciloknya dan malam ini. Aku agak sedikit lega sih. " Ucap Kiran sambil memeluk sahabatnya.
"Waaah, manjanya ya.. Iya sama-sama. Yaudah, lanjutin ngobrol yuk. Tuh liat, bintangnya banyak banget.. " Ucap Ghea sambil melihat ke arah langit malam yang bertaburan bintang.
"Iya, cantik ya.. " Ucap Kiran sambil menatap ke arah yang sama dengan Ghea.

Akhirnya, mereka berdua menghabiskan waktu bersama malam itu. Ghea yang menemani Kiran, bercerita tentang pengalaman mereka yang menarik untuk di ingat tanpa menyisahkan kenangan buruk sedikitpun. Mereka akhirnya terlelap dalam larut nya malam yang anginnya semakin dingin menusuk ke tulang. Mereka berdua sudah kembali.


Haloo, apa kabar? Maaf ya baru bisa sekarang publishnya.. Ada gangguan sedikit dari wattpad aku.. Aku harap, kalian bisa enjoy ya dengan ceritanya. Sampai jumpa!

SOMEONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang