❤Perpisahan Kedua Untuk Kiran

6 4 0
                                    

Disuatu pagi saat Kiran mempersiapkan diri untuk kembali bersekolah, ia mulai merasakan keanehan yang membuatnya menjadi banyak pikiran. Elena yang tidak muncul lagi setelah kejadian dia sakit. Lalu mama dan papa Kiran yang semakin over protektif. Semua itu membuat Kiran amat terbebani. Tapi apa yang bisa di lakukan Kiran. Dia tahu dia sangat lemah dan mungkin akan jatuh sakit lagi apa bila mengabaikan kedua orang tuanya.

"Kiran, kok ngelamun? " Tanya Ghea yang tengah menyantap nasi gorengnya.
"Eh.. Emm gak ada kok. Aku gak ngelamun. " Jawab Kiran, sambil mengaduk-aduk baksonya.
"Kiran, jangan pernah nyembunyiin sesuatu lagi ya sama kami. " Ucap Ghea seraya melihat Kiran dan Angga.
"Iya Ghea. " Ucap Kiran, lalu kembali memakan baksonya lagi.

Angga yang melihat keanehan diri Kiran, langsung memberi aba-aba pada Ghea.
"Ghey, ikut gue bentar. " Ucap Angga yang kemudian di ikuti oleh Ghea yang amat bingung. Setelah cukup jauh jarak antara meja kantin Kiran dan mereka berdua. Akhirnya Angga membuka suara.
"Ghea, lo tau gak. Perasaan gue, Kiran lagi banyak pikiran deh. Lo tau kan Nathan kakak kelas kita dulu. Yang suka sama Kiran, tapi Kiran malah suka ngindar. Lo tau kan. " Ucap Angga dengan sedikit lirikan ke arah Kiran yang termenung mengaduk baksonya.
"Nga, menurut gue ya. Dia bukan galau karna itu. Tapi, pasti karna Lena. Lo tau gak sih Lena tuh kemana? " Tanya Ghea sambil memperhatikan Kiran yang semakin termenung.
"Gue sih yakin-yakin aja. Nih ya Ghea, gue gak tau rumah Lena, gue hanya tau sebatas persimpangan rumahnya aja. " Ucap Angga sambil memasang raut wajah bingung.
"Ya eleh, lo tu ya. Taunya rumah Kiran doang. " Ucap Ghea dengan sedikit memasang wajah kesal terhadap Angga.
"Hehe. Maaf deh. Ya udah, kalo gitu. Eh, gimana kalo kita ngajak Kiran kerumah Elena, pasti Kiran tahu. " Jawab Angga dengan senyum yang lebar dan satu tepukan tangan.
"Lo yakin? " Tanya Ghea.
"Yakin la, mereka kan sahabat dari kecil. Gak mungkin kan gak tau. " Ucap Angga lalu berjalan meninggalkan Ghea.
"Yaa terserah la. Gue sih nurut aja. " Ucap Ghea yang juga ikut berjalan menuju meja mereka lagi.

Setelah mereka selesai makan di kantin, mereka mulai mengajak Kiran pergi ke perpustakaan, ya.. Kiran memang sudah tak bersemangat, entah itu beban pikiran atau jangan-jangan dia di jodohkan.

"Kiran, kamu kenapa sih? " Tanya Ghea dengan wajah amat khawatir.
"Aku? " Tanya Kiran dengan sedikit menoleh ke arah Ghea.
"Ya. Kamu sakit? " Tanya Ghea sambil memegangi dahi Kiran.
"Aku gak sakit kok.. Gak panas kan? " Tanya Kiran sambil memegangi kepalanya juga.
"Gak sih. Tapi kamu merenung terus Kiran. Kami rasa kamu lagi ada banyak pikiran ya? Cerita dong. " Pinta Ghea sambil merekatkan kedua tangannya di depan Kiran.
"Aku.. Aku, mikirin Elena. " Ucap Kiran sambil tersenyum simpul.
"Oh.. " Jawab Ghea dengan sedikit anggukan.
"Gimana kalo pulang sekolah kita ke rumah Elena. Mau? " Ajak Angga.
"Emm.. Mau deh. Aku tahu kok jalannya. " Jawab Kiran dengan wajah berseri-seri.
"Ya udah. Kalo gitu jangan termenung lagi dong Kiran cayang.. Nanti akin elek. Hahaha. " Ucap Ghea dengan nada manjanya.
"Aduh, Ghea, lebay deh kamu. " Ucap Kiran sambil tertawa.

Angga yang melihat hal ini ikut tersenyum juga, karna dapat melihat Kiran tertawa bisa membuat ia hidup lebih lama.(Angga lebay juga ya. Hihi)

***

Setelah mereka pulang sekolah, Angga langsung tancap gas menuju ke rumah Ghea terlebih dahulu.

"Eh, lo bawa apa ke rumah Lena? " Tanya Angga sambil menyetir mobilnya.
"Bawa buah. Soalnya kata Kiran dia mau bawa sesuatu. Ya udah, gue ngikutin dia aja. " Jawab Ghea sambil melihat ke arah luar.
"Eh, gue udah keren belom? " Tanya Angga sambil berkaca di spion.
"Astaga. Lo tuh ya, cepetan deh. Kiran udah WA gue nih. " Perintah Ghea.
"Oke bosss. " Ucap Angga dengan sedikit menambah kecepatan.

Setelah mereka sampai di rumah Kiran. Kiran telah menunggu sejak tadi dan menyiapkan se buket bunga mawar merah di meja terasnya.

"Eh, kok baru dateng. Ayo, nanti keburu Elena tutup pintu. " Ajak Kiran dengan nada semangat dan langsung berjalan menuju mamanya yang sedang berada di depan pintu.
"Iya ibu Kiran.. " Ucap Ghea dengan sedikit tertawa.
"Awas ya. " Ancam Kiran.

Kiran langsung pamit kepada mamanya dan langsung memeluk mamanya.
"Maa, Kiran jenguk Elena dulu ya.. Mama jaga rumah.. Love you ma.. " Ucap Kiran lalu berjalan menuju mobil Angga, dimana disana Angga dan Ghea sudah menunggu.
"Iya hati-hati ya.. " Ucap mama Kiran seraya melambaikan tangan.
"Kami pergi dulu tante.. " Ucap Ghea dan Angga hampir bersamaan.
"Iya.. Kalian hati-hati juga.. Pulang jangan malam-malam ya.. " Ucap mama Kiran.
"Iya tante. " Jawab Ghea dan Angga bersamaan.

Selama perjalanan, Kiran terlihat amat senang, semua di lihat oleh Angga dan Ghea. Wajah Kiran hampir tak terlihat sedih lagi.

"Kiran keliatan seneng banget tuh. " Ucap Angga dengan sedikit tersenyum.
"Gak kenapa-kenapa kok. Memangnya aku pucat? Kan bagus kalo aku bahagia. " Ucap Kiran sambil tersenyum ke arah kaca depan, yang membuat Angga tak mampu menahan perasaan yang sudah lama ada itu.
"Eh, ini udah mau sampai belum Kiran. " Tanya Ghea karna sengaja mengalihkan pembicaraan agar Angga tidak membuat onar.
"Emm.. Belok kiri, kayaknya udah sampai deh. " Ucap Kiran sambil memperhatikan jalan betul-betul.
"Oke." Ucap Angga lalu membelokkan mobilnya ke kiri.

Mereka sekarang berada di depan rumah yang berpagar putih. Suasana rumah yang sepi terasa seperti tidak ada orang.
"Kelihatan sepi ya. " Tanya Ghea sambil melihat kiri kanan.
"Iya.. " Jawab Kiran sambil memasang wajah cemberut dan putus asa.
"Tunggu. Gue nyoba nelpon Elena dulu deh. " Ucap Angga sambil membuka ponselnya.
"Oke, cepetan. " Ucap Ghea sambil terus mengecek rumah tersebut.
"Kamu gak salah rumah kan Kiran? " Tanya Ghea.
"Nggak kok.. Ini udah bener. " Jawab Kiran dengan wajah penuh keyakinan.
"Oke." Ucap Ghea karna sudah melihat wajah Kiran sudah kembali gelisah.

Samar-samar terdengar suara Angga yang sedang menelepon seseorang.
Apa tante?
Lena masuk rumah sakit?
Sejak kapan tante?
Oh. Oke tante. Kami akan menuju ke sana.
Makasih tante.

"Kenapa Nga? " Tanya Kiran dengan wajah bingung.
"Lena masuk rumah sakit. Ayo cepetan, kita jenguk dia. " Ajak Angga lalu langsung membuka pintu mobilnya.
"Oke." Ucap Ghea dan Kiran bersamaan.

Disepanjang jalan, terlihat raut wajah gelisah di antara mereka bertiga. Terutama Kiran yang sudah keringat dingin. Semoga.. Elena baik-baik saja Tuhan.. Batin Kiran.

***

Setelah mereka sampai di rumah sakit dimana Elena di rawat. Mereka langsung menuju ruang gawat darurat. Disana sudah ada papa dan mama Elena dan seorang dokter. Terlihat mama Elena yang menangis dalam pelukan suaminya.

"Tanteee.. Elena kenapa? " Tanya Kiran dengan wajah pucat.
"Kiran... Elena... Elena udah pergi.. " Ucap mama Elena sambil menangis sejadi-jadinya.
"A-a-apa.. " Ucap Kiran terbata-bata.
"Iya.. Elena sudah berjuang. Tapi Tuhan sangat menyayangi nya.." Ucap mama Elena dengan senyum terpaksa.

Ghea dan Angga yang melihat kejadian ini pun, hanya bisa menahan tangis dalam diri mereka sendiri. Ghea yang pelan-pelan datang dan memeluk Kiran dari belakang akhirnya di respon baik oleh Kiran yang benar-benar tidak mampu lagi berdiri kuat dan akhirnya dia tumbang di kursi tunggu depan ruang UGD. Sementara Angga pun terduduk lemas di sebelah mereka. Mama Elena pun hanya bisa duduk di kursi tunggu bersama papa Elena yang menahan kesedihannya. Semua berduka, hari ini.. Elena benar-benar pergi dari kehidupan mereka. Elena sudah bahagia disana, dia sudah sembuh total.

Hari ini juga.. Kiran kehilangan kebahagiaannya. Perpisahan kedua dan selamanya dari Elena...

#Selamat jalan Elena...
#Kiran, Ghea, dan Angga menyayangimu.

SOMEONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang