❤Keputusasaan Kiran

16 5 0
                                    

#ini adalah bagian tersedih dari bagian-bagian lainnya. Siapin tisu ya.. Hehe.. Selamat membaca teman!.

Kiran terbangun dalam kondisi badan yang sangat lelah. Dia berusaha bangun tapi.. Kepalanya amatlah sakit. Diapun berusaha beranjak dari kasurnya. Tapi tiba-tiba.. Brugg

Kiran jatuh dari kasur dan pingsan. Mama Kiran yang dari tadi berada di dapur, gelisah ketika melihat Kiran belum bangun. Lalu mamanya berjalan ke kamar Kiran.

Dan...
"Kiran sayang... Kamu kenapa sayang? Kamu kenapa... " Kata mama Kiran sembari menangis memeluk anaknya sama persis seperti masa lalunya ketika Kiran tertabrak mobil.

Mama Kiran tahu, Kiran pingsan karna ada trauma di otaknya saat dia kecil.

Mama Kiran cepat-cepat memanggil bibi untuk menelpon ambulan.

Setibanya ambulan dirumah Kiran, mama Kiran cepat-cepat menelpon dokter yang telah lama menangani Kiran setiap ke rumah sakit.

Ketika tiba di rumah sakit, mama Kiran tak berhenti berdoa agar Kiran selamat tanpa ada sakit lagi. Dan akhirnya, Kiran masuk ke ruang ICU.

Mama Kiran menangis keras.. Karna anak semata wayang yang dia cintai tidak sadarkan dirinya.

Setelah menunggu hampir 2 jam, mama Kiran mulai panik. Tiba-tiba, Ghea dan Angga datang menjenguk Kiran.

"Tantee! " Teriak Ghea yang melihat mama Kiran yang hampir pingsan.
"Kalian.. Tahu darimana Kiran masuk rumah sakit? " Tanya mamaku sembari menghapus air matanya.
"Dari bibi di rumah tante. Soalnya Kiran gak masuk sekolah. Jadi kami putuskan untuk liat Kiran, tapi kata bibi, Kiran masuk rumah sakit. "
"Ya.. " Kata mamaku sambil menangis.
"Sekarang Kiran dimana tante? " Tanya Angga.
"Dia.. Masuk ICU.. " Kata mamaku sambil menangis histeris.
"Tante tenang tante ... Tante jangan begini.. Nanti Kiran makin sedih dan lama sembuh, kita doa bersama aja yuk tante.. " Kata Ghea sambil memeluk mamaku.
"Terima kasih sayang. " Kata mamaku sambil memeluk kembali Ghea.

Aku yang masih tidak sadarkan diri, semakin merasa sepi ditelinga karna bunyi dering alat yang digunakan untuk membangunkan ku.

"Dokter, sepertinya anak ini syok berat. Dia tak akan sadarkan diri hari ini.. Mungkin seperti biasanya.. Sekitar dua hari lagi. Dokter pasti tahu apa yang dialaminya. " Kata dokter Dian kepada dokter Sarah.
"Ya.. Kasihan anak ini.. Ayo kita bicarakan pada ibunya. " Kata dokter Sarah sambil meninggalkanku sendirian diruang yang berbau obat ini.

Dokter pun keluar, mama menatap dokter dan mulai menangis kembali..

"Dokter.. Dia tidak akan seperti dulu kan? " Tanya mamaku.
"Ibu.. Ibu sabar ya.. Mungkin dia akan sadar 2 hari lagi. Karna dia mengalami syok dan ditambah lagi oleh trauma masa lalunya.. Butuh waktu memang untuk menyembuhkan sakitnya ini.. Tapi kami akan berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan dia seperti manusia biasanya. " Kata dokter Sarah sambil memeluk mamaku.
"Makasih dok.. Makasih.. " Kata mamaku sambil memegang erat tangan dokter Sarah.
"Mari Ibu.. Saya dan dokter Dian ingin melakukan observasi berikutnya ke pasien lain. Saya tinggal dulu ya. Ibu boleh masuk melihat Kiran, tapi jangan histeris atau menangis.. Karna Kiran akan semakin syok bahkan trauma nya semakin parah. " Kata dokter Sarah menyarankan.
"Baik dok... " Kata mamaku.

Ghea dan Angga hanya dapat diam. Terlebih Angga, dia seperti merasa kehilangan semangat. Dan pada akhirnya.. Dia masuk terlebih dahulu ke ruangan rawatku.

"Ran... " Sapa Angga sambil memegang tanganku.
"Kiran... " Kata Ghea memegang keningku.

Sedangkan mama tak sanggup menahan tangis dan keluar ruangan untuk menelepon papa.

"Sebenernya kamu kenapa Ran! Kenapa gak bilang-bilang sih! " Kata Angga marah.
"Udah Angga. Kamu belum terlambat menyampaikan sesuatu itu. " Kata Ghea sambil menepuk bahu Angga.
"Tapi Ghey, aku takut dia tidak kembali. " Kata Angga sambil menyembunyikan wajahnya pada kedua telapak tangannya.
"Dia.. Pasti kembali. Aku kenal Kiran, dia orang yang amat kuat. " Kata Ghea sambil menepis air mata yang jatuh tanpa ada aba-aba.

Mereka melihat ku. Tampak lemah dan tidak berdaya. Pada akhirnya akupun terbangun..

"Maa... " Kataku sambil membuka mataku.
Mereka berdua yang terkejut, langsung memanggil dokter. Dengan cepat dokter datang dengan diikuti mamaku. Mama langsung memelukku erat seakan tidak mau aku pergi jauh.

"Ibu.. Anak ibu telah sadar.. Tapi masih ada sedikit syok dan trauma. " Kata dokter Sarah.
"Makasih dokter. " Kata mamaku sambil menyalami tangan dokter Sarah.
"Sama-sama ibu.. Sekarang Kiran sudah boleh pulang.. Tapi harus hati-hati. Dan terus dipantau agar tidak terjadi lagi hal seperti ini.. Karna ditakutkan malah semakin parah. " Kata dokter Sarah mengingatkan mamaku.
"Iya dokter.. Terima masih banyak... " Kata mamaku sambil memelukku.
"Terima kasih dokter. " Kata ku sambil tersenyum tipis dengan wajah pucat.

Aku dan mama beserta 2 temanku, bersiap-siap dengan kepulanganku.
Aku yang masih lemas tidak punya tenaga untuk beranjak dari kasur rumah sakit.

"Ma.. Kepalaku pusing. " Kataku sambil memegang kepalaku yang sangat-sangat terasa berat sekali.
"Kalau begitu jangan pulang dulu sayang ya.. " Kata mama sambil memelukku.

Akupun mengangguk dan kembali berbaring. Entah kenapa, terasa semakin pusing dan aku pingsan lagi.

Mama berteriak dan memanggil dokter. Angga dan Ghea semakin takut kalau aku kenapa-kenapa.
Karna hari mulai gelap Ghea pulang kerumahnya karna ibunya telah memanggil lewat teleponnya.
Sedangkan Angga belum beranjak dari sofa karna menunggu aku terbangun.

"Tante.. Aku akan jaga Kiran, tante mandi aja dulu. " Kata Angga pelan.
"Ya sudah.. Terima kasih ya. " Kata mamaku.
"Sama-sama tante. "

Tak lama setelah mama meninggalkan ruangan ku.. Papa datang membawa boneka teddy bear ku. Sambil membawa sebuah buket bunga mawar merah yang sangat indah. Aku tetap tak ingin membuka mata. Angga heran melihat papaku. Lalu papaku mulai berbicara pada Angga.

"Mana tante? "
"Tante mandi om.. "
"Oo... Kamu jaga Kiran? "
"Iya."
"Ya sudah.. Kamu pulang saja, nanti om jaga Kiran. Kamu terlihat lelah. " Kata papaku.
"Tapi om.. Ada yang saya ingin bicarakan pada Kiran.. "
"Tapi dia belum sadar nak.. Kamu pulang dulu.. Besok pasti dia sadar.. "
"Baiklah om.. Saya pamit dulu.. "
"Ya hati-hati. "
"Malam om.. "
"Malam.. "

Tak lama.. Mamaku datang dan  melihat papaku sedang menangis memegang tanganku..

"Pa.. Papa tenang aja.. Kiran baik-baik aja kok. " Kata mamaku menguatkan  papa.
"Ini salah papa. Papa gak pernah punya waktu untuk dia. Dia semakin sedih dan banyak pikiran karna papa ma... " Kata papa.
"Pa.. Nanti Kiran sedih loh.. Udah jangan nangis. " Kata mama sambil nemeluk papaku.

Mereka berdua larut dalam kesedihan, aku yang masih belum bangun. Memilih untuk tetap tidur. Bukan karna sengaja.. Tapi....aku telah putus asa.



#ikutin kelanjutannya ya.. Yg pastinya makin bikin nangis.

SOMEONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang