❤Menolak Rasa

11 2 0
                                    

Pagi-pagi sekali, Kiran sudah berkemas peralatan sekolahnya dan bersiap berangkat. Waktu tepat jam 6 pagi. Ya.. Kenapa harus sepagi itu? Karena kalau berangkat jam 6.30, jalanan akan macet dan memakan waktu sekitar 20 menitan. Hal tersebut sangat amat di benci oleh Kiran.

Setelah dia menyisir rambut nya dan menguncir kuda, dia turun sembari mengecek barang bawaannya.
"Ma, Kiran pergi dulu ya.. Takut terlambat seperti awal masuk sekolah dulu.. " Pamit Kiran sambil menyantap roti dan meminum susunya dengan cepat.
"Oh, iya. Hati-hati, papa udah nunggu di depan.. Jus yang mama buat untuk kamu, jangan lupa di minum ya.. Katanya jus baik untuk nenangin saraf. " Ucap mama Kiran dengan panjang lebar seperti seorang dokter.
"Iya ma, iya. Aku sayang mama deh. " Ucap Kiran yang langsung mencium pipi mamanya dan bergegas lari ke arah papanya.
"Ah, kamu... " Ucap mamanya yang tersenyum malu-malu. Ia melihat Kiran sudah menjadi perempuan remaja yang mungkin akan penasaran dengan cinta.

Dia tersenyum ketika melihat Kiran melambaikan tangan ke arahnya dan mobil suaminya pun melaju membawa Kiran ke sekolah.

Semoga Kiran bisa terus tersenyum walau banyak luka di sekeliling dirinya. Gumam mamanya.

*****

Kiran dan papanya akhirnya sampai di depan gerbang sekolah yang masih sepi, hanya beberapa siswa-siswi yang baru berdatangan.
"Paaa, aku masuk dulu ya.. Mau cari ilmu pengetahuan yang banyak, biar suatu saat bisa bantu papa ngolah perusahaan.. Siapa tahu perusahaan papa makin maju kan.. Kalo Kiran anak papa yang cantik ini yang menjalankan.. " Ucap Kiran sambil sedikit membanggakan dirinya di depan papanya itu.
"Anak gadis papa yang dulu cengeng minta ampun, sekarang udah jadi gadis remaja yang percaya diri ya. " Goda papanya sambil tertawa mendengar perkataan anaknya itu.
"Yaah, papa. Kok cengeng di ungkit terus.. " Ucap Kiran sambil memasang wajah cemberut.
"

Iya-iya.. Papa minta maaf ya.. Kamu masih sakit? " Tanya papanya dengan wajah agak khawatir.
"Sakit? Papa gak lihat Kiran udah sehat gini? " Ucap Kiran sambil bersiap keluar dari mobil.
"Bener ya.. Hati-hati. Kalo ada apa-apa, bilang ke papa ya. " Kata papanya mencoba mengingatkan Kiran.
"Iya papaku tersayang.. " Ucap Kiran dari jendela mobil.

Kiran pun langsung melangkahkan kakinya ke depan gerbang sekolah. Terasa flashback ke masa di mana ia pertama kali masuk ke sekolah ini. Udara sejuk, masih menyelimuti lingkungan sekolahnya. Masih sangat dingin dan lembab.

"Hey! " Kejut Ghea yang datang dari arah belakang.
"Astaga, aku hampir aja jantungan.. " Ucap Kiran sambil memegang dadanya dan sebenarnya dia memang terkejut.
"Haha, mikir apa? Angga sama Kak Nathan? " Tanya Ghea sambil mencolek bahu Kiran.
"Gak. Gak sama sekali. Udah, ayo masuk. " Ucap Kiran seraya menggandeng tangan Ghea.
"Serius deh, aku ngerasa balik ke taman kanak-kanak. Pake pegangan tangan segala kayak gini. " Ucap Ghea sambil berjalan di samping Kiran.

Kiran memberhentikan kakinya dan terdiam. Dia berhadapan dengan Viola dan Clara yang sedang bersiap menuju kantin. Tampak, Viola memandangnya dengan tatapan tidak peduli.

"Ayo lewat jalan lain. " Ajak Viola pada Clara yang juga terdiam sejenak, lalu mereka berjalan ke arah lain tanpa sedikit pun menyapa Kiran.

Kiran dan Ghea melihat mereka berjalan meninggalkan mereka berdua.
"Mereka itu manusia gak sih? Kok gak ada sifat dan tanda-tanda makhluk sosial sih. " Ucap Ghea yang sudah panas melihat Kiran yang tak bersalah namun di tuduh bersalah.
"Biarin aja.. " Ucap Kiran melanjutkan perjalanannya.

Di sepanjang jalan, dia tidak bersemangat. Sesekali Kiran menarik napas dan membuang napasnya dengan kasar.

"Eh, Ghea. Ikut aku yuk. Aku mau ngomongin sesuatu ke Viola sama Clara. " Ucap Kiran sambil membalikkan badannya dan melangkah dengan mantap ke arah kantin.
"Haa? Beneran? Udah siap? " Tanya Ghea dengan kening berkerut. Dia sudah tidak habis pikir dengan Kiran yang terlihat sangat berani sekarang.
"Iya. Udah. Ayo. " Ajak Kiran.

Mereka berdua akhirnya sampai di kantin dan bertemu dengan Viola dan Clara.

"Mau apa? " Tanya Clara dengan tatapan malas.
"Ada yang mau aku omongin. Kalian berani nuduh aku. Tapi kalian tidak punya bukti. " Ucap Kiran dengan berani.
"Terus? Kami harus percaya kamu? " Balas Viola.
"Terserah kalian. Kalau kalian seperti ini, rasanya kalian malah nambah dosa. " Ucap Kiran dengan nada tanpa ada takut sedikitpun.

Ghea melihat aura dingin, mulai keluar dari Kiran. Dia berpikir kalau sifatnya bisa turun ke Kiran. Dan mungkin telah terjadi.
"Udah, kita ke kelas aja. Gak penting dengerin omongan dari tersangka pembunuh. Tersangka mana yang mau ngaku." Ucap Clara dengan nada meninggi.
"Apa? Oke. Terserah kalian. Aku sangka kalian orang baik. Ternyata, tidak sama sekali. Terima kasih atas kenangan yang pernah kita lewati. Maaf jika aku benar-benar salah di mata kalian. Sampai jumpa nanti. " Ucap Kiran lalu pergi terlebih dahulu.

Ghea mengekor Kiran yang berjalan ke arah wc.
"Kiran.. Kamu nangis? " Tanya Ghea sambil membuka tasnya untuk mengambil tisu.
"Gak. Aku lagi mau tenang aja. " Ucap Kiran sambil masuk ke dalam salah satu bilik wc.
"Oke... Aku tunggu di luar. " Balas Ghea.

Mereka berdua, akhirnya menuju ke kelas sejak 10 menit ke wc. Sekarang sudah pukul 6.50, yang mana.. Artinya mereka sudah harus ada di kelas.
"Ayo ke kelas. " Ajak Ghea dengan semangat 45.
"Oke. Ayo. " Balas Kiran.

Mereka berjalan dan bercanda sepanjang jalan. Dari kejauhan, tanpa mereka sadari.. Ada Clara dan Viola yang melihat mereka dari jauh dengan wajah tidak suka.

*****

Pelajaran pertama di mulai, terlihat Kiran semangat dan kembali ke rutinitasnya. Dia tak akan bertemu lagi dengan orang jahat atau yang lainnya.

Waktu berlalu, sampailah kepada waktu yang amat di tunggu oleh Ghea.
"Akhirnya, pulangg! " Ucap Ghea dengan kegirangan.
"Haha.. Aneh-aneh aja. " Ejek Kiran sambil mengambil dan membereskan tasnya.
"Iya nih.. Bahagia banget deh hari ini. " Ucap Angga dari belakang mereka.
"Apaan lo, main ikutan-ikutan segala. " Ucap Ghea dengan wajah tidak suka.
"Biasa aja deh muka lo. " Ucap Angga dengan menepuk bahu Ghea.
"Halah, berisik lo. " Balas Ghea yang benar-benar tidak nyaman.

Disini, sekarang.. Ghea merasakan kalau Kiran seperti tidak menginginkan kedatangan Angga.
"Eh, Nga. Lebih baik lo pulang deh. Kami berdua ada urusan. " Ucap Ghea untuk mencairkan suasana.
"Emang gue ganggu? " Tanya Angga dengan entengnya.
"Ganggu. Ganggu banget malah. " Ucap Kiran dengan wajah tidak bersahabat.
"Ha? " Jawab Angga bingung. Dia tidak tahu kesalahan apa yang dia buat.

Kiran dengan sigap, pergi dari kelas dan bergegas menuju gerbang.
"Ran, tunggu. " Teriak Ghea dari kelas.
"Eh, Kiran kenapa sih? Dia benci sama gue? " Tanya Angga pada Ghea.
"Gak tau. Udah ya, gue mau ngejer Kiran dulu. " Ucap Ghea dan meninggalkan Angga sendirian.

Ghea akhirnya berhasil mengejar Kiran dengan kekuatan larinya yang penuh.
"Kamu kenapa? " Tanya Ghea dengan napas terengah-engah.
"Gak kok. Aku hanya mau ngejauhin Angga. " Ucap Kiran yang sedang fokus menelepon papanya.
"Oh.. Jadi, gimana perasaan kamu ke dia? Temen aja? " Tanya Ghea bingung dengan pikiran temannya.
"Iya. Begitulah. Udah ya.. Aku pulang dulu. " Ucap Kiran sambil berjalan kearah trotoar.
"Loh.. Aku di tinggal? " Tanya Ghea sambil mengikuti Kiran, dia benar-benar takut Kiran sakit lagi.
"Ghea.. Kalau kamu mau ikut aku, jangan ngomong Angga ataupun kak Nathan. " Ucap Kiran dengan tegas. Dia benar-benar tidak sedang mau berhubungan dengan apapun jika tentang mereka.
"Kenapa sih? Lagi PMS? " Goda Ghea yang di balas dengan tatapan tajam dari Kiran. Tidak biasanya Kiran seperti ini.

Kiran terdiam.. Lalu tersenyum.
"Aku mau menolak rasa yang hadir ketika mereka di dekat aku. Aku gak mungkin menyukai mereka berdua sekaligus. Itu artinya aku egois. Lebih baik aku berdiam dan menjauhi mereka. " Ucap Kiran sambil duduk di kursi taman dekat trotoar.
"Ohh gitu.. Ya udah, aku sih dukung. Semangatttt! " Kata Ghea sambil mengangkat tangannya.
"Terima kasih sahabat.. " Ucap Kiran dengan senyum manis.

Ghea yang melihat dan mendengar hal itupun bahagia dan berharap bahagia Kiran hari ini, akan bertahan hingga nanti.

SOMEONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang