11

7K 860 22
                                    

"Chan, kamu janji gak akan pergi kan?" Seorang laki-laki mungil yang nampak ya seusia dengannya menggenggam ujung bajunya erat-erat dengan kepala tertunduk.

Chanyeol tersenyum. Digenggamnya tangan mungil itu dengan lembut. "Tenang, Baek. Aku gak akan pergi. Kita teman kan?" Katanya. Berusaha meyakinkan.

Baekhyun, anak laki-laki di hadapannya, mendongkakkan kepalanya dengan mata berbinar. "Bener? Kamu gak bohong?"

Chanyeol menggeleng. "Aku bakalan selalu temenin kamu. Sampe nanti kita gede. Terus aku bakalan pacaran sama kamu. Terus nikah sama kamu. Oke?"

Mata Baekhyun berkaca-kaca mendengar perkataan Chanyeol. "Tapi kata orang-orang, aku aneh." Baekhyun menunjuk telinganya. Bukan telinga biasa. Tapi telinga anjing yang bertengger di atas kepalanya.

Chanyeol tersenyum. Di mata orang lain, mungkin Baekhyun tampak aneh. Tapi di matanya, Baekhyun terlihat menggemaskan. Sangat menggemaskan hingga ia ingin memeluknya erat-erat. Namun seperti kebanyakan orang, sebenernya ibunya pun melarangnya untuk dekat-dekat dengan Baekhyun. Jadilah ia harus selalu menemui Baekhyun diam-diam seperti sekarang ini.

***

"Chaaaaan!!!" Chanyeol menoleh ke belakang kaca mobilnya hanya untuk mendapati Baekhyun yang berlari terseok-seok mengejar mobil yang lajunya mustahil diimbangi oleh kaki pendeknya.

Chanyeol tidak mengatakan apapun. Selain hanya menangis sambil memandang sosok Baekhyun yang nampak semakin mengecil. Tangan ibunya menggenggamnya begitu erat.

"Jangan, Chan. Ingat, kamu selalu kena sial kalo dekat-dekat dengan Baekhyun." Kata ibunya.

Chanyeol hanya menangis dalam diam.

Ia terus menangis, bahkan setelah mereka tiba di Seoul.

"Baek..." Gumamnya lirih.

"Chan?"

"Baek?!"

"Baek!?" Chanyeol membuka matanya dan mendapati Baekhyun yang tengah menatapnya dengan khawatir.

"Chan, mimpi buruk?" Tanya Baekhyun.

Chanyeol duduk dengan cepat. Lalu mencengkram pundak kecil Baekhyun kuat-kuat.

"Baek, kita pernah ketemu kan?"

Baekhyun menatap Chanyeol dengan ekspresi terkejut, sebelum kemudian berubah menjadi raut ketakutan.

"Dulu. Waktu kita masih kecil. Kita pernah ketemu kan?" Paksa Chanyeol. "Baek!"

Baekhyun menatap Chanyeol dengan ekspresi yang tidak dapat Chanyeol mengerti.

"Baek..."

"Lepas, Chan. Sakit."

"Baek... gue barusan mimpiin lo." Ujar Chanyeol tanpa melepas cengkramannya. "Kita pernah ketemu kan?"

Baekhyun menatap Chanyeol. Lalu pelan, dipaksanya tangan Chanyeol untuk menyingkir dari pundaknya. Ia lalu kembali beranjak tidur.

"Tidur, Chan. Masih malem." Ujarnya sambil menarik selimut membelakangi Chanyeol.

Chanyeol menatap Baekhyun dalam diam.

Ia sangat yakin mereka pernah bertemu. Tapi kenapa Baekhyun nampak tidak ingin memberinya jawaban apapun? Kenapa?

Chanyeol diam untuk beberapa saat. Sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali tidur.

Menunggu Baekhyun tidak akan membuatnya mendapatkan jawaban. Toh yang ditanya juga sudah tertidur kembali. Lihat saja pundaknya yang kini naik turun dengan teratur. Menandakan laki-laki mungil itu sudah kembali pulas.

Chanyeol menghela napasnya pasrah. Pikirkan saja mimpinya besok. Mungkin saja mimpinya barusan hanyalah sekadar mimpi.

Dipejamkannya kembali matanya setelah ia yakin yang baru saja lewat di mimpinya hanyalah bunga tidur biasa. Dan begitu ia yakin dengan kesimpulan bahwa mimpinya tidak berarti apapun, ia kembali jatuh pulas dalam tidurnya.

Di sisi lain, Baekhyun memang memejamkan matanya. Ia bernapas dengan ringan. Tidak pula bergerak. Namun ia tidak tidur. Isi kepalanya berputar cepat. Antara perasaan senang dan takut. Chanyeol mengingat dirinya. Chanyeol ingat kenangan mereka. Namun ia juga takut, bila Chanyeol kembali mengingat masa lalu mereka, ia akan pergi lagi. Seperti dulu.

PUPPY (Chanbaek story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang