if only i could do that
how nice would it be
if only we could go anywhere
Just One Day - BTS
Suara pencetan apartement kembali terdengar dari luar apartement Yara. Ia yakin seratus persen bahwa orang yang sedang menekan password apartement mereka adalah Jein. Tidak mungkin ada manusia lain yang mencoba menekan password apartement mereka selain Jein, karena yang tau hanya Yara, Jein dan Tuhan.
Bunyi klik kembali terdengar pertanda bahwa Jein sudah membuka pintu masuk apartementnya bersamaan Yara menatap masam sahabatnya itu. Sungguh, Jein keterlaluan menyuruhnya untuk sendirian di apartement hingga matahari menenggelamkan diri.
"Jein-ssi! darimana saja kau eoh? Kau tau tidak Aku disini seperti orang tolol yang sedang meratapi nasib" Protes Yara ketika jiwa dan raga Jein baru saja menapakan diri di dalam apartement
"Miann Yara-ssi, Aku ada urusan sebentar tadi" Jelas Jein.
Jein jalan mendekat bersamaan menaruh tungkai di atas sofa coklat milik mereka. Lebih tepatnya sekarang Jein sedang menaruh tungkainya di sebelah Yara yang masih menatap masam dirinya.
Lantaran Yara mengeluarkan udara dari mulutnya. Sudahlah, tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Kini dirinya hanya perlu menunggu sahabatnya ini mempersiapkan diri menemaninya hingga pagi buta menonton drama dengan Ramyeon sebagai hidangan.
"Baiklah, Aku mau mandi dulu" Ujar Jein seraya mengangkat bokong pun berdiri, lantas berjalan kearah kamar mandi.
Jelas pribadi Kim itu terkejut ketika Ponselnya tiba-tiba berbunyi nyaring pun bergetar hebat diatas meja hitam di hadapannya. Dengan sigap, Jemari lentik itu mengambil ponsel bersamaan maniknya melihat nama 'Willson' bertengger jelas disana. Panggilan maut yang entah mengapa Ia tunggu-tunggu sedari tadi akhirnya mendatangkan diri pada ponsel miliknya.
Tanpa menunggu lama, Yara menggeser tanda hijau guna mengangkat panggilan dari Willson. Seraya jemarinya menggerakan ponselnya ke arah telinga guna dapat mendengar suara Willson lebih jelas.
Lantas menggigit bibir bawahnya ketika mendengar ajakan Willson barusan. Senang bukan ketika orang yang kita sukai mengajak pergi ke bioskop besok untuk menonton film horor yang di tunggu-tunggu. Yara benar-benar tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi di dalam bioskop nanti seandainya mereka hanya berdua saja.
"Apakah Aku boleh mengajak Jein?" tanya Yara ragu.
"tentu saja boleh!" jawab Willson antusias dari sebrang sana.
Tepat sekali setelahnya, Jein keluar dari kamar mandi seraya mengusap-ngusap rambutnya yang masih sedikit basah disana lantas Yara tersenyum manis melihatnya bersamaan mematikan panggilan ketika merasa Willson sudah menyetujui sarannya untuk mengajak Jein.
Tentu, Jein menatap yara dengan wajah bingung. Bagaimana bisa sahabatnya itu menjadi kurang waras ketika baru saja Ia tinggal tidak lebih dari lima belas menit? Apakah gangguan jiwa bisa didapat dimana saja sekarang?
"Jein! Ayo kita ke bioskop besok! Aku tidak ingin canggung dengan Willson" Ajak Yara
Astaga, Jein benci dengan momen seperti ini lantaran slalu menjadi lalat diantara mereka ketika mereka sedang berjalan berdua. Dan parahnya lagi, Yara slalu saja mengajak Jein untuk pergi bersamanya ketika sedang bersama Willson karena takut merasa canggung katanya.
"Tidak. Aku tidak mau!" Tolak Jein tegas
Ia memang tidak pernah menolak ajakan Yara beberapa bulan terakhir. Namun dirinya masih bisa risih jika menerima ajakan Yara, lantaran slalu saja disuguhi pemandangan kemesraan yang terjadi antara Willson dan Yara. Entah itu bergandengan tangan, atau bahkan berpelukan? membayangkannya saja sudah membuat Jein menggedikan bahu geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 TIMES || KSJ ✅
FanfictionPernah merasakan mencintai seorang idola? Serasa ingin memiliki, sampai terkadang bermimpi, jika suatu saat bertemu dengan idola. Idola. Sebut saja Idola itu sudah mendunia. Sangat mendunia. Sampai-sampai, kemungkinan mencintai atau bahkan hanya ber...