39

192 22 2
                                    


Hingga dua bulan telah berlalu sejak hari dimana Jin ditikam. Lantaran semuanya belum kembali seperti normal. Semenjak Jin belum kunjung bangun dari tidurnya, maka semua belum bisa menghela nafas lega. Ini sudah jauh dari perkiraan yang sudah dokter katakan.

Dan sekarang, tepat pukul sembilan malam gadis bermarga Jeon itu tengah membawa kantung belanjaan untuk bahan makanan yang akan Ia masak untuk Yara nantinya. Memang, satu bulan ini pekerjaannya hanya bisa mengantar makanan untuk Yara di rumah sakit. Mau dipaksa dengan berjuta-juta cara pun Yara tetap kekar dengan pendiriannya. Padahal acap kali Jein menggunakan alasan agar Yara mau kembali dan tidur di apartementnya.

Tetapi lihat hasilnya, nihil. Yara tetap teguh dengan pendiriannya untuk menemani Jin disisinya. Ia ingin menjadi orang pertama yang melihat pria itu bangun katanya. Ah sudahlah, Jein bisa kesal sendiri jika memikirkan perihal Yara.

"DOR!" Kejut Soobin membuat Jein terjingkat kaget olehnya.

Lantas Jein memukul perut Soobin membuat Pria itu meringis, pun tersenyum kecil melihatnya. Ah, Jein juga benar-benar merindukan Soobin. Walaupun tepat sebulan yang lalu dirinya dan Soobin berbincang kecil. Namun tetap saja, hal itu tidak bisa membunuh kerinduan Jein terhadap Pria itu.

"Kau sedang apa Jein?"

"Aku? Aku ingin masak untuk Eonni. Kau mau bantu Aku?"

"Hmm.. Ide bagus." Ujar Jein bersamaan menyodorkan barang bawaannya pada Soobin agar pria itu mau membawakannya.

Tentu Soobin tersenyum simpul melihatnya, sembari sebelah tangan mengangkat barang yang sedari tadi gadis itu bawa menuju apartement mereka. Setidaknya membantu memasak bukan hal yang buruk.

-

-

-

Jam dinding masih setia menebarkan bisingnya detakan jarum guna memecah keheningan ruang rawat inap ini. Hingga jarum tersebut menunjukan angka satu subuh, Yara menghela nafas gusar melihatnya. Lantaran, gadis itu belum juga mendapat kabar dari apartementnya, tentang kejadian dua bulan yang lalu.

Tentu Yara tidak menyerah begitu saja hanya karena tidak kunjung mendapatkan satu sampai dua kabar pun. Lantas hanya mendesak mereka lah hal yang wajib dan harus Yara lakukan. Lagipula, tidak masuk akal juga CCTV disana bisa rusak disaat ada peristiwa penikaman seperti itu. Bukankah itu aneh? Sangat aneh bahkan.

Bersamaan menatap padatnya kota seoul melalui jendela besar rumah sakit itu, gadis itu berkacak pinggang setelahnya, dengan sebelah tangan memijat pelipis kesal bukan main. Kenapa disaat-saat seperti ini rasanya sulit sekali memanggil atau bahkan memohon pada dewi keberuntungan agar datang menemuinya. Ia pusing setengah mati karena hal itu.

Bukan, bukannya Yara seorang budak cinta atau bagaimana. Rasanya seperti berhutang budi pada Pria itu. Lantaran, bukan hanya sekali Jin menyelamatkannya, Bahkan lebih dari dua kali. Sampai-sampai jemari kekarnya sempat terluka perihal menyelamatkan Yara dari pria mesum yang sedang mabuk.

Hingga bunyi pintu terbuka menandakan seseorang telah masuk sukses membuyarkan lamunan frustasi Yara. Ia berbalik dan sepasang iris menangkap presensi Yoongi disana. Ah iya, kini giliran Yoongi yang menjaga Jin. Namun ada satu hal yang menjanggal diotak Yara.

"Yoongi-ssi, kenapa Kau datang malam-malam? bukannya Kau menjaga Oppa mulai besok pagi?" Telisik Yara pada pribadi dihadapannya itu.

"Memangnya ada batasan waktunya? Aku tidak tau tuh,"

Yara tersenyum gusar mendengarnya, Lantas ikut duduk disebelah brankar Jin melihatnya. Ia kembali menenggelamkan wajah disebelah tubuh Jin yang tengah terbaring tak berdaya disana.

3 TIMES || KSJ ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang