30

248 22 5
                                    




Tepat ketika Gadis Kim itu selesai dengan kelas siangnya, sembari tungkai bergerak mendekat kearah roda empat biru yang terparkir jauh dari jangkauan kampusnya itu. Sesuai janji awal mereka. Perempuan namanya jika Jin tidak menepati janjinya.

Lantaran, Yara tersenyum manis kearahnya, seraya jemari lentik membuka pintu mobil biru itu. Tidak, kali ini Ia sudah mengerti cara membukanya. Maafkan kenorakan Yara pada saat itu. Bahkan rasanya Yara ingin menghilang saja dari muka bumi saking malunya saat itu.

"Kau sudah mengerti cara membukanya ya,"

"Ah sudahlah lupakan kejadian waktu itu" Ucapnya sembari menempelkan tungkai mesra pada kursi penumpang sebelah pria Kim itu.

Tentu saja Jin tidak akan pernah melupakan kejadian itu, Mendadak menjadi pahlawan kesiangan merupakan suatu hal yang menambah nilai plus kesempurnaan dirinya. Tampan, Kaya, Terkenal, Apalagi yang kurang?

"Baiklah, berarti.. Sekarang Kau akan mengantarkan Kau pulang kan Pak supir?" candanya seraya senyum lebar tergambar jelas di birainya.

"Apa? Supir katamu? Baiklah kalau begitu kita tidak pulang. Aku akan menculikmu" Ucapnya sembari jemari kekar berniat menarik tuas mobil, namun lengan mungil itu kembali mencergas kegiatan pria itu.

"Tidak, Aku hanya bercanda. Aku ingin pulang, boleh ya?" Mohonnya pun mata sudah dibesar-besarkan layaknya anjing memohon pada majikannya.

Lantas Jin tersenyum setelahnya, memiringkan kepala bersamaan manik menatap tepat kearah bola mata Yara. "Tidak" Ketusnya pun secepat itu mengganti ekspresi manis menjadi masam.

"Ah, Ayo-"

Sebelum Yara melanjutkan perbincangan yang tiada habisnya itu, lengan gagah Jin memilih menarik seatbelt kursi penumpang roda empat biru itu, pun menancapkannya pada induknya. Bersamaan tersenyum, meraih wajah Yara agar menatap matanya lekat.

"Hei Tuan putri. Kalau bibir merah mu itu tidak berhenti bergerak, Aku tidak segan-segan mencium mu" Lantas ucapan Jin membuat gadis itu mati gaya olehnya.

Sebutkan jika ada gadis yang tidak mati gaya diberi gombalan mematikan raga seperti itu. Mari, beradu moncong dengan Yara.

Sembari Jin menarik tuas, menginjak pedal gas mobil, melaju cepat kearah destinasi yang sudah Dirinya siapkan sejak dulu kala. Bersamaan roda empat biru itu Mengecai jalan raya yang begitu luas, dengan mentari sore menemani pandangan mata.

"Sampai kapan Kau akan diam seperti itu?" Tanya Jin memecah keheningan lantas membuat kening Yara mengkerut bingung.

"Haloo Tuan Kim, bukannya Anda yang menyuruh saya diam?"

Lantas Jin tertawa kecil dibuatnya, "Ah, Kau beneran tidak mau Aku cium ya? padahal semua wanita menginginkan bibirku ini"

"Tidak terimakasih"

"Kau Yakin?"

"Tentu"

"Baiklah, Kalau seperti itu. Jangan menyesal nantinya." Lantas ucapan Jin barusan membuat Yara membelalakan mata sempurna.

Gila. Pria disampingnya ini memang gila.

"Untuk apa Aku menyesal?"

Bersamaan Jin memarkirkan roda empat birunya di pinggiran sepi, mengarahkan badan menghadap Yara setelahnya, menatap gadis itu dalam bukan main.

"Kita sudah sampai?" Tanya gadis itu polos bukan main lantaran maniknya menatap sekitar jalan merasa, bukan destinasi yang tepat untuk dikunjungi.

Lantas Jin mengulas senyum, terkekeh kecil bersamaan jemari kekar itu mencelos kearah pipi Yara, membuat wajahnya berhadapan dengan gadis itu. Sembari manik terfokus pada jemari gagah yang tengah mengaitkan surai panjang gadis itu lembut pada telinganya.

3 TIMES || KSJ ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang