"Aishh Jinja" Titah Jein kesal bukan main.Lihatlah kedua bayi besar itu sekarang. Di dalam ruang persegi yang tidak terlalu besar pun kecil, dengan vending machine depan mata yang penuh dengan boneka di dalamnya. Taktala membuat siapapun yang melihatnya seakan tengah menyaksikan kedua bocah yang asik bermain di depan vending mechine, berlomba-lomba mendapatkan boneka yang sudah jelas teramat kecil kemungkinannya.
"Kenapa bonekanya menghindar dariku terus sih" Lanjut Jein lagi kesal lantaran sejak tadi dirinya tidak mendapat satu boneka pun.
Baiklah, bagi yang heran bagaimana bisa ada vending mechine di dalam sana, Sepertinya memang menjadi salah satu fasilitas backstage yang menyediakan permainan untuk anak-anak usia remaja seperti Jein. Mungkin akan lebih baik jika Jein menghancurkan bangun kaca itu agar mendapatkan bonekanya tanpa perlu mengotori tangan dengan menggeser-geser capitan tak berguna itu.
"Kook, Bantulah Aku mengambil bonekanya, jangan hanya melihatku seperti itu" helaan nafas kasar tak mampu terbendung dari wajah Jein.
"Bukannya sedari tadi Kau yang asik sendiri sampai lupa Aku berada di sebelahmu"
Lantaran sejak Jungkook menarik lengan Jein menjauh dari Jimin, sepasang mata Jein seakan lebih tertarik dengan bangun kaca penuh boneka di dalamnya ketimbang Jungkook yang berada di sebelahnya. Maaf, memang terkadang wanita akan lebih tertarik pada benda-benda lucu ketimbang manusia itu sendiri.
"Ah, boneka didalam sana lebih lucu ketimbang dirimu Jungkook-ssi" Lantas ucapan Jein barusan membuat Jungkook mengerucutkan bibir lucu.
Astaga ya Tuhan, kenapa Kau menciptakan mahluk hidup selucu Jungkook? Rasanya Jein gemas ingin mencubit wajah Jungkook hingga merah dibuatnya, lantaran wajahnya sebelas dua belas dengan kelinci yang sempat Jein pelihara saat belia.
"Oh, Baiklah. Kalau begitu Aku tidak mau membantumu" rajuknya lantas mengundang kekehan kecil dari birai Jein.
Curang sekali jika Jein harus meleleh karena wajah lucu Jungkook. Apakah tidak ada opsi lain untuk Jein pilih selain wajah merajuk Jungkook? Ah, percuma jika ada opsi kedua, Jein akan tetap memilih Jungkook. Jangan ragukan kesetiaan Jein terhadap Jungkook selama bertahun-tahun itu.
"Hei bayi besar, Kenapa Kau merajuk? Nih Noona berikan susu" Hibur Jein bersamaan merogoh tas mencari keberadaan susu pisang yang biasa Ia simpan di dalam tas ketika sekali-kali perutnya meraung-raung minta diisi oleh pemiliknya. Atau, lebih tepatnya untuk mengganjal sebelum hidangan utama masuk kedalam sana.
"Ya! Aku lebih tua darimu"
"Tetapi tingkah lakumu layaknya balita dimataku" Ucap Jein sukses membuat rajukan Jungkook seakan-akan mereda begitu saja.
Dasar bayi besar aneh bin ajaib.
"Jadi, apakah Oppa mau susu pisang?" Tawar Jein, dengan susu pisang dalam genggaman yang Ia sodorkan kearah Jungkook ibarat adik menawarkan susu pada kakak tercintanya.
"Ani, buatmu saja. Kau harus banyak-banyak minum susu agar tinggi badanmu bertambah. Yaa, setidaknya menandingi Jimin hyung lah,"
Baiklah perkataan Jungkook barusan sukses membuat Jein merajuk berat, memilih menaruh kembali susu pisangnya itu kedalam tas. Sepertinya Jungkook harus diberi pelajaran sekali-kali agar tidak semena-mena menyinggung perihal tinggi badan lagi. Oh, atau perlu Jein memakai heels lima belas centimeter untuk menandingi tinggi badan Jungkook? Ah, tidak perlu repot-repot hingga berlebihan seperti itu. Sekalipun Jein menggunakan heels tiga puluh centimeter pun, tetap saja tinggi badannya kalah dengan Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 TIMES || KSJ ✅
Fiksi PenggemarPernah merasakan mencintai seorang idola? Serasa ingin memiliki, sampai terkadang bermimpi, jika suatu saat bertemu dengan idola. Idola. Sebut saja Idola itu sudah mendunia. Sangat mendunia. Sampai-sampai, kemungkinan mencintai atau bahkan hanya ber...