Yara berniat mengambil beberapa cemilan didalam kulkas, entah mengapa.. Perutnya mendadak keroncongan. Memang ya, keinginan perut itu tidak bisa dihiraukan begitu saja.
Lantas berjalan keluar dari kamar, berharap sepasang mata tidak lagi menangkap kedua manusia itu tengah bermesraan. Yaa.. Sebenarnya Yara tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Namun kalau melihat Jungkook dan Jein, rasanya Ia ingin cepat-cepat Jin kembali dan memeluknya hingga tiga jam.
Namun angan itu mendadak putus harapan tepat ketika kedua telinga mendengar dua kalimat yang cukup membuat dadanya sesak bukan main.
"Seokjin gugur dalam tugas negara. Dan tentu surat ini ditulis sebelum Dia gugur."
Percayalah, Jantung Yara seakan mencelos detik itu juga mendengar dua kalimat seperti itu. Entahlah, memang pada dasarnya Yara hanya wanita lemah yang belum siap ditinggal lagi oleh seorang pria yang selalu menghiasi harinya.
Taktala, tubuh Yara mendadak lemas begitu saja, membuat tubuh mungilnya itu terjatuh di lantai. Tidak. Kali ini Ia tidak bisa lagi menahan rasa sakitnya. Sungguh, melihat Seokjin tertikam saja sudah cukup membuat jantungnya seolah tertikam tombak panjang saat perang, apalagi mendengar dirinya akan kehilangan pria itu untuk selamanya.
"Tidak. Hyung tidak mungkin gugur" Imbuh Jungkook dengan kedua mata memancarkan kristal-- berkaca-kaca mencoba menahan tangisnya.
"Tidak. Jin tidak mungkin gugur. Dia sudah berjanji akan kembali. Tidak, Kali ini Ia tidak boleh pergi begitu saja." Titah Yara berharap semua yang baru saja Ia dengar hanya kebohongan semata.
"Semua akan baik-baik saja" Hibur Jein tepat setelah dirinya membungkuk, pun menutup pintu apartementnya.
Yara belum siap akan hal itu. Benar-benar belum siap. Hingga detik dimana Jein menarik Yara dalam dekapannya, Yara sungguh mengeluarkan semuanya disana. Mengeluarkan isak tangis yang cukup kencang, membuat Jein terus menerus mengusap pundak Yara agar gadis itu jauh lebih tenang.
"Tidak.." Ucap Yara dengan suara bergetar, berusaha mengatur nafas karena terlalu lelah menangis. "Ia harus kembali. Aku pasti salah dengar."
-
-
-
Kali ini Yara benar-benar tidak mau diganggu sama sekali. Terbukti, dirinya mengurung diri dikamar sejak dirinya mendengar kabar buruk tadi. Bahkan saat gelapnya malam sudah memancarkan pesonanya, Yara juga masih enggan membuka surat pemberian Jin itu. Rasanya Ia harus mengumpulkan, dan menyiapkan berbagai macam perasaan yang akan datang setelah membaca surat itu.
Juga sepertinya saat ini yang membutuhkan penghiburan bukan hanya Yara, melainkan Jungkook juga membutuhkan sandaran dari Jein. Bahkan sejak tadi Jein sibuk berusaha menghibur Jungkook yang sama sedihnya dengan Yara.
Tentu saja sudah terlihat bukan, bahwa Jungkook hanya dapat tenang jika Jein yang berada di sisinya.
Yara menarik nafas dalam-dalam, mengumpulkan segala niatnya, sebelum pada akhirnya memberanikan diri membuka surat terakhir pemberian Jin.
Hai Yara.. Hari ini, pukul berapa ya? Kau tidak perlu tau. Yang perlu Kau tau Aku sangat mencintaimu.
Baru saja pembukaan, Air mata Yara sudah lolos begitu saja, menciptakan sungai kecil dari kedua mata.
"Apa ini? Kenapa Kau selalu sukses menggodaku?" Lirih Yara berusaha tersenyum disela isak nya.
Dari worldwide handsome. Kim Seokjin! You know?
Yara tertawa lirih melihatnya, sembari sebelah tangan mengusap air mata yang mulai membasahi pipinya.
Ra.. Aku berharap Kau tidak menerima surat ini. Tetapi jika Kau menerima surat ini, Aku minta maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 TIMES || KSJ ✅
Fiksi PenggemarPernah merasakan mencintai seorang idola? Serasa ingin memiliki, sampai terkadang bermimpi, jika suatu saat bertemu dengan idola. Idola. Sebut saja Idola itu sudah mendunia. Sangat mendunia. Sampai-sampai, kemungkinan mencintai atau bahkan hanya ber...