37

196 22 0
                                    



Bersamaan gadis Kim itu turun dari mobil, seraya sebelah tangan menopang tubuh Jin yang semakin melemah seiring berjalannya waktu. Lihatlah, bahkan genangan air mata pada kedua pupil tiada lelahnya memancarkan kaca-kacanya.

Menyadari Gadisnya itu kembali mengeluarkan air asin dari kedua netra, perlahan pun gemetar kecil, jemari kekar Jin mengusap lembut air mata yang turun dari iris sang kekasih.

"Oppa, kumohon.. Sekarang pikirkanlah dirimu sendiri dahulu, jangan pikirkan Aku.."

"Ja..Jangan menangis, Ra.. Kumohon.."

Ya Tuhan! Bahkan disaat genting darurat seperti ini Pria Kim itu masih sempat-sempatnya memikirkan Yara. Bahkan untuk berbicara saja membutuhkan tenaga lebih bagi Jin untuk saat ini, Maka bercucurlah pula air mata gadis itu. Siapa yang tidak sedih ketika melihat kekasihnya sekarat? Seakan-akan ada ribuan pisau menghunus hati Yara, membuat sungai kecilnya tiada henti mengalir pada kedua sisi parasnya.

"Tolong! Siapapun yang di dalam sana, tolong!"

Lantas setelah teriakan Yara memenuhi pintu belakang rumah sakit, beberapa tenaga medis mulai menampakan dirinya, sebelum akhirnya membawa Pria Kim itu pada brankar dorong milik rumah sakit. Melihat Pria nya itu yang terbaring lemah diatas brankar semakin membuat Yara merasa sakit. Bahkan berkali-kali juga Pria itu meringis kesakitan, dengan raut tampan yang menjadi pucat seketika.

Maka berlari mengikuti ritme para tenaga medis lain, Yara menggenggam erat jemari kekar Pria Kim itu. Seakan-akan memberikan kekuatan, agar tetap bertahan lebih lama lagi. Hingga pada puncak Jin tidak sadarkan diri, Para tenaga medis mulai memasuki UGD membuat Yara harus terhenti tepat didepan ruang darurat itu.

Astaga, rasanya lebih baik Ia melihat Willson yang tertikam dari pada Jin. Benar, Benar-benar tidak tenang. Pikiran Yara kacau sekarang. Sejatinya, Ia tidak pernah khawatir sedalam ini perihal pria. Tidak, Yara tidak boleh jatuh terlalu dalam. Lantas cepat-cepat jemari lentik itu menghapus air mata yang terus menerus memancarkan alirannya pada kedua sisi pipi. Bersamaan memasrahkan diri pada kursi tunggu, membuat gadis itu menunduk dalam. Lantaran, Ia ingin menangis dalam diam.

"Kumohon Jin.. Kumohon jangan sampai Kau meninggalkanku.."

-

-

-

"Itu Yara!" Seru Jein ketika sepasang iris menangkap presensi Yara yang tengah duduk termenung disana.

Bersamaan Menarik lengan Jungkook, membawa keduanya mendekat pada Yara yang tengah duduk merenung. Astaga, ini bukan kali pertama Jein menemukan kondisi Yara macam mayat hidup. Tidak, tapi yang saat ini lebih parah. Jein juga tidak bsia sepenuhnya menyalahkan Jin secara sepihak, sebab itu sebuah kecelakaan, dan pelakunya masih misterius dimatanya.

"Eonni sudah berapa lama disini?" telisik gadis itu membuyarkan lamunan Yara.

"hah? Oh, Aku sudah sepuluh menit disini. Dokter belum juga keluar mengabari,"

"Yara-ssi, bagaimana bisa Jin hyung terkena luka tusuk seperti itu?"

Maka kali ini Jein benar-benar menyadari, lebih dari satu jiwa yang tengah bersedih sekarang. Lihatlah, terpancar jelas pada mata Jungkook yang mengatakan bahwa, Ia tidak baik-baik saja sekarang.

"A..Aku juga tidak tau.. Tadi Aku dipanggil Eomma untuk berbicara sebentar, lalu saat Aku berbalik, Jin Oppa sudah berlumuran darah.."

Lantas menghela nafas kasar, menatap sendu Yara yang tengah bersedih itu. Tentu Jein tidak tega melihat sahabatnya bersedih macam jatuh dari sepeda. Astaga umpama yang aneh, lebih seperti melihat Yara yang baru saja diputuskan hubungan secara sepihak.

3 TIMES || KSJ ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang