36

197 20 0
                                    

SELAMAT PAGII!!
Uda bangun? Wkwkwk bangun yuk hahha.
Jadii gambar diatas itu adalah Yaraaaaaa.. YEYYY
Selamat membaca 😚

-

-

-

"tunggu sebentar ya Oppa," ucap Yara meminta Jin tinggal sebentar ditempat dimana keduanya tengah berdiri sekarang.

"Iya sayang, cepat kesana. Eommamu Panggil,"

Jin memusatkan perhatian pada kekasihnya itu, lantaran hanya sekedar berlari kecil saja sudah cukup membuatnya diam-diam mengaggumi. Layaknya memperhatikan anak kucing yang tengah mendekat pada induknya untuk diberi kasih sayang. Seiumut, dan selucu itu. Lihatlah, ini sudah kali ke berapa Pria Kim itu memuji Yara dalam diam. Mungkin akan menjadi keseharian yang baru bagi Jin memuji gadis itu dalam diam, walaupun terkadang Jin suka sedikit memarahi tingkah konyol Yara, tetapi percayalah. Jin teramat sayang dengan gadis itu, hingga takut kehilangan.

Taktala kedua pupil Pria Kim itu memicing pun kening mengkerut ketika tiba-tiba saja pria berpakaian serba hitam, pun bermasker dan bertopi hitam berjalan mendekatinya. Lantas Jin meringis kesakitan ketika mendadak pria itu menyenggolnya dan pergi begitu saja. Entah mengapa, hanya sekedar menyenggol rasa sakitnya bisa sedalam itu? Terbukti paras tampan Jin semakin meringis ketika mendapati cairan merah—darah mulai membasahi kaos putihnya. Maka, sesegera mungkin Pria itu menekan hebat sisi kanan perutnya guna memberhentikan pendarahan yang ada.

Sempat Jin menoleh kebelakang melihat pelakunya berlari menjauh. Sebelum akhirnya tubuh Pria Kim itu semakin melemah perihal lukanya yang tiada hentinya mengeluarkan darah sampai-sampai beberapa cairan merah itu lolos dari jangkauan--menetes dilantai. Baiklah, Ia sudah berada di puncak sakit. Bersamaan perlahan berjalan kearah Yara yang tengah melambai kecil disana, pun menepuk pundak gadis itu setelahnya.

"Astaga Oppa, bukankah Aku sudah bilang untuk tungg-" Lantas kedua pupil itu membola setengah mati, ketika memutar tubuh, melihat sang kekasih memegang sisi kanan perutnya yang berlumuran darah.

"Yara.. Sakit.." Ringisnya seraya semakin mempererat tekanan pada sebelah tangannya.

Rasanya seperti, dihunus sebuah benda tajam. Semacam pisau, itulah hal yang terlintas pada pikiran Jin setelah sedikit melihat lukanya. Namun kesalahan apa yang sudah Ia buat? sampai-sampai Ia ditusuk seperti itu?

"Astaga Oppa, bagaimana bisa?! Baru Aku tinggal sebentar Kau sudah penuh darah seperti ini, bahkan sampai menetes banyak di lantai seperti itu" Panik Yara masih tenggelam dalam keterkejutan yang mendalam.

Lagipula, gadis mana yang tidak terkejut melihat kekasihnya tiba-tiba penuh dengan darah? Semacam film-film pshycopath yang dimana pemeran utama ditembak oleh antagonis perihal dendam yang mendalam. Siapapun nanti pelakunya, Yara benar-benar tidak akan memaafkan. Bukankah saling memaafkan adalah perbuatan yang patut dipuji? tidak dengan cara bermain tikam seperti ini.

Jin benar-benar tidak kuat lagi, lantas sebelah jemari kekar memegang lutut sebagai tumpuan guna menjaga keseimbangan tubuh yang semakin melemah itu. Beruntung Yara menggunakan jaket disana, sertamerta cepat-cepat jemari lentik itu melepas jaketnya pun menekannya pada luka tusuk Jin. Hingga pada akhirnya satu air mata lolos begitu saja menciptakan sungai kecil pada sisi pipinya. Lihat saja, Yara bahkan tidak tega melihat kekasihnya sekarat seperti itu.

"Ra, nanti Kau kedinginan"

"Kau masih sempat-sempatnya memikirkanku? Astaga, Ponselku kutinggal diatas lagi. Kita tidak ada yang membawa ponsel ya? Baiklah, Kau duduk bersender dimobil ini sebentar, Aku akan mencari taksi. Ah iya, tekan ini terus jangan sampai melemah, nanti darahmu akan keluar semakin banyak"

3 TIMES || KSJ ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang