Awan semakin gelap. Malam semakin larut membuat Jennie makin lahap menyuap nasi demi nasi ke dalam mulutnya dengan semangat. Ia memesan aneka jenis makanan. Sudah tahu, kan? Jennie bisa memakan lima porsi sekaligus ketika lapar menyerangnya.
Taehyung yang memperhatikan itu hanya geleng-geleng saja dari tempatnya duduk. Ia mengambil segelas soda yang ia pesan untuk diminumnya. Nafsu makannya tiba-tiba hilang dicuri perempuan yang berada di hadapannya.
Sungguh, Taehyung ingin sekali menjilati saus yang belepotan memenuhi pinggirian bibir Jennie. Sangat menggiurkan.
"Sudah selesai."
Taehyung terperanjat kala suara serak itu mengudara. Belum selesai menelan seluruh kunyahannya, Jennie berbicara dengan mulut masih penuh dengan makanan. Jijik.
Kenyang datang, kantukpun menyerang. Setelah acara makan selesai, merekapun pulang. Jennie pulas sekali tidur di bangku penumpang. Taehyung menghela. Merasa sendirian dan masih harus menyetir selama satu jam lamanya.
Jalanan sepi tak lagi membuat Taehyung takut. Sepertinya ia sudah akrab dengan lingkungan perkampungan yang jujur saja, Taehyung benci. Namun ini adalah takdirnya, jatuh miskin walaupun kakek dan ayahnya masih bergelimang harta. Ini tidak adil baginya.
Hingga rumah paling megah di desa itupun terlihat. Taehyung telah sampai di rumah kakek. Ia lirik gundukan yang tertidur pulas di sampingnya seperti orang mati. Taehyung menghela. Akan sangat sulit membangunkan seekor beruang kutub yang sedang berhibernasi.
"Yak! Jennie. Bangun!" Taehyung tepuk pipi gembil itu namun tak ada respon. Akhirnya ia keluar dan membuka pintu Jennie. Bermaksud untuk menggendong Jennie yang tak bergerak sedikitpun.
Taehyung menyelipkan tangan kanannya ke belakang leher Jennie. Belum siap kuda-kuda, Jennie menggeliat dan langsung memeluk Taehyung seperti koala.
"Aishhh!" Bukan posisi seperti ini yang Taehyung inginkan. Jennie menempel seperti anak kecil, kakinya melingkari pinggul Taehyung. Untung saja berat badan Jennie tak seberat beruang, Taehyung dengan mudah membawa tubuh Jennie dalam gendongannya.
Selama ia menggendong Jennie, Taehyung mati matian menahan kerasnya sesuatu yang mengganjal perut bagian bawahnya.
Tolong. Taehyung tersiksa.
Keringatnya mulai bercucuran. Ia tarik nafas dalam-dalam dan kembali tenang. Fokus. Belum saatnya Taehyung macam-macam. Dia masih miskin.
Selama kakinya melangkah, Jennie semakin mengeratkan lengannya pada leher Taehyung. Ya, meskipun matanya tertutup tapi ia tahu jika dirinya akan melorot, dia akan segera mengeratkan pelukannya. Reflek yang sempurna.
Taehyung sempat berpapasan dengan Yoongi saat menuju kamarnya. Pria itu sangat dingin. Tak ada basa basinya sama sekali. Kaku dan menyebalkan. Dan apa apaan barusan? Tatapan Yoongi sangat mengintimidasi setelah berucap beberapa kalimat tanya yang menanyakan dari mana Taehyung malam-malam baru pulang.
***
"Sayang. Sampai kapan kau akan menghukum Taehyung? Kasihan anak itu, mungkin di rumah ayahmu dia disiksa setiap hari." Ujar Jisoo pada suaminya yang terlihat sedang duduk di kursi kerjanya.
Sudah larut malampun Nam Joon masih sibuk dengan berkas-berkas yang harus ia pelajari.
Memang dirinya itu seorang workaholic, setelah lelahpun ia masih sanggup menggarap Jisoo di atas ranjang. Untuk hal yang satu itu tenaga Nam Joon tak akan pernah ada habisnya kendati dirinya sudah mulai habis dimakan usia.
"Sampai Taehyung sadar dengan segala dosa dosa yang dia perbuat." Jawabnya santai seperti tak ada beban seorang ayah yang durhaka. Hei, lagipula siapa yang durhaka? Taehyunglah yang memang harus diberi pelajaran hidup. Jisoo terlalu memanjakan Kim Taehyung sehingga sampai besarpun Taehyung belum juga bisa mandiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Girlfriend [√]
FanfictionJennie adalah wanita aneh yang mengaku masih gadis. Aku bertemu dengannya di kampung. Pelosok. Jauh sekali dari peradaban umat manusia. Dia buluk dan dekil. Sangat bau dan udik. Tapi kenapa aku berdebar saat pertama kali bertemu dengannya? Masa iya...