Aku update malam sekali..
Jangan lupa pencet bintang sebelum baca. Dan komen biar aku tahu kalian menikmati ceritanya. Kalau kata Jackson "Life is feedback, baby."
.
.
.
."Ada masalah apa lagi, Taehyung?" Pria sipit itu menghela nafas. Melihat dengan penuh rasa prihatin untuk sahabatnya yang tengah teler di sampingnya.
Satu satunya makhluk di dunia ini yang paling menyedihkan. Kini tengah berusaha menegakkan tubuhnya yang berkali-kali ambruk ke meja bar dengan kesadarannya yang sudah setengah hilang.
"Aku harus bagaimana, Jim?" Racau Taehyung berusaha menanggapi pertanyaan Jimin.
Seperti biasa, jika masalah datang padanya, maka Jiminlah pelariannya. Hanya pria itu yang bisa menerima keluhan-keluhan Taehyung.
"Kali ini tentang apa?" Tanya pria yang dipanggil Jimin. Penjual teokbokki nomor satu di korea.
Ia menyesap gelasnya yang berisikan alkohol. Tapi tenang, Jimin memutuskan untuk tidak mabuk malam ini. Jika ia mabuk, siapa yang akan mengantar Taehyung pulang?
Suasana tempat ini sangat ramai. Musik disko mengalun kencang pun wanita-wanita jalang sesekali mencolek dua pria ini berusaha menggoda, namun kedua pria tampan ini hanya diam tak menanggapi.
Jimin memandang pria di sampingnya lagi. Merasa kasihan. Hidup sahabatnya ini sangat rumit. Lebih parah dari cerita di dalam drama-drama yang biasa ia tonton jika Seulgi--kekasihnya memaksanya untuk ikut maraton drakor. Masih ada waktu untuk itu, ya?
"Aku harus pilih siapa, Jim?" Racau Taehyung lagi. Tidak jelas, tetapi Jimin menangkap benar apa yang dikatakan Taehyung.
Jimin sudah tahu betul. Sahabatnya ini tengah berada di posisi yang serba salah.
Setiap ada masalah berat sampai masalah kecil apapun sedikit banyak Jimin mengetahuinya langsung dari mulut Taehyung. Pria itu tak segan menceritakan semuanya pada Jimin.
Taehyung diberikan dua pilihan. Namun pria itu tidak bisa memilih salah satu dari kedua pilihan tersebut. Tidak ingin keduanya terluka pun dirinya sendiri yang akan terluka.
Betapa beratnya kehidupan yang Taehyung jalani setelah kepergian sang ayah. Membayangkannya saja, Jimin sampai bergidik ngeri. Mungkin jika ia berada di posisi Taehyung, ia lebih baik bunuh diri saja.
Namun Taehyung? Pria itu terlalu kuat. Ya. Memang harus seperti itu. Ia harus tetap menjalani kehidupannya sampai akhir, bukan?
Jika ia menyerah sekarang, maka dia lebih buruk dari pengecut? Pecundang? Atau apa sebutan yang paling pas untuk manusia yang mudah putus asa?
Sejatinya, manusia masih bisa memperbaiki kesalahan yang telah ia perbuat untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Masih banyak rencana masa depan yang sudah bertengger minta diwujudkan di dalam kapala Taehyung.
"Aku harus pilih Irene atau Jennie, Jim?" Tanya Taehyung dengan wajah begitu kalut, lelah dan juga emosional. Ia mengacak lagi rambutnya yang sudah berantakan itu.
Flashback
"TINGGALKAN GADIS ITU ATAU AKU MATI SAJA!"pekik Irene dengan gunting yang sedikit lagi mengiris nadinya.
"IRENE!" Taehyung berteriak. Dilemparnya gunting itu saat goresan pertama mengenai kulit mulus wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Girlfriend [√]
FanfictionJennie adalah wanita aneh yang mengaku masih gadis. Aku bertemu dengannya di kampung. Pelosok. Jauh sekali dari peradaban umat manusia. Dia buluk dan dekil. Sangat bau dan udik. Tapi kenapa aku berdebar saat pertama kali bertemu dengannya? Masa iya...