Aku diusir.
Dari rumah orang tuaku yang super duper kaya raya tujuh turunan walaupun keturunannya cuma aku seorang.
Aku, Kim Taehyung 24 tahun hidup bahagia tanpa ada suatu halangan apapun.
Tapi tiba-tiba tidak ada angin tidak ada hujan tidak ada uang,
"Pergi dari rumah ini! Kau sudah umur dua puluh empat tapi apa yang kau bisa?! Cuma bisa menghabiskan uang ayah saja. Pergi dan lalukan sesuatu!! Jangan bawa pulang wanita lagi hanya untuk bersenang-senang. Jika kau masih melakukan itu, bersiaplah namamu akan aku coret dari daftar keluarga!!!" Itu adalah kemarahan ayahku. Pria paling cerdas sepanjang masa. IQnya jenius dan fasih berbahasa Inggris. Kadang juga marah padaku dengan bahasa Inggris. Tapi tidak kutanggapi karna aku tidak paham apa yang dia katakan. Yang aku pahami hanya saat dia mengumpat atau menyumpahiku.
"Bastard! Fuck you Kim Taehyung!" Ya kurang lebih itu yang aku tangkap.
Aku tidak mau pusing. Aku adalah anak konglomerat jadi tugasku adalah menghabiskan uang milik orang tuaku.
Bayangkan saja. Ayahku pemilik agensi hiburan nomor satu di Korea Selatan. Semua artis di bawah naungannya menjadi top idol dan aktor sepanjang karir mereka. Merambah ke dunia internasional membuat penghasilan ayahku berkali-kali lipat dari penghasilannya jika hanya di Korea saja. Milioner? Triliuner? Atau bahkan tak terhingga sampai bankpun menolak untuk menyimpan uang ayahku.
Ayahku juga sering bekerja sama dengan produser musik Amerika Serikat. Otaknya sangat-sangat jenius, membuatku tak habis fikir apa saja yang ayahku pikirkan di kepalanya.
Tapi kenapa kepintarannya tidak menular kepadaku, ya? Sebagai anak orang pintar seharusnya buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Apakah aku anak tiri? Ah itu tidak mungkin karna aku sudah membuktikannya waktu itu dengan tes DNA. Awalnya aku ragu. Tetapi setelah aku mengetahui hasilnya dengan mata kepalaku sendiri. Aku memang benar-benar anak ayah.
"Kau bukan lagi anggota keluarga Kim Nam Joon. Hey Taehyung, sebelum kau bisa menghasilkan uang sendiri dan berubah menjadi orang yang berguna kau tidak boleh menginjakkan kaki di rumah istana milikku ini. Mengerti!" Matanya melotot. Sial, aku sedikit takut dengan ayahku yang sudah begini.
"Tapi ayah apa salahku? Aku anak ayah satu-satunya. Kalau aku pergi, kau akan kesepian."
"Masih ada ibumu. Aku tidak perlu kau! Aku bisa membuat anak lagi bersama ibumu."
Aku hanya menjatuhkan rahangku. Ayah, apakah otakmu masih berfungsi? Aku sudah umur segini dan kau akan membuatkan adik untukku? Astaga ayah nanti anakmu itu akan dianggap seperti cucumu oleh orang-orang.
"Sayang, jangan terlalu keras pada Taehyung. Dia masih perlu belajar tentang kehidupan." Kalau yang ini ibuku.
Ibu yang sangat menyayangiku. Aku lebih sering bersamanya dan lebih dekat daripada dengan si tua bangka mengerikan itu. Ibuku sangat lembut, dia cantik dan sangat menyayangi anaknya. Kelak aku ingin memiliki istri seperti ibuku. Kim Jisoo namanya. Kata ibu, dulu ayah sangat terobsesi padanya. Sampai mencuri celana dalam milik ibu untuk mendapatkan hati ibuku.
Dan itu berhasil. Ayah memberi guna-guna pada ibuku agar terpesona pada ayah. Mungkin itu sebabnya walaupun aku pergi ayah tidak akan merasa kehilangan, karna ayah hanya cinta pada ibu. Tidak dengan keluarganya.
"Ayah kumohon jangan usir aku, ya? Pleassee." Pintaku dengan raut wajah kubuat-buat memelas. Enak saja aku di usir. Kalau benar-benar harus angkat kaki dari sini, aku harus kemana? Kolong jembatan? Tidak, terimakasih.
"Ayah bilang pergi!"
"Ayah.."
"Kau butuh waktu berapa lama lagi untuk bermalas-malasan hah? Kau sudah dua tahun berfoya-foya tidak jelas sejak kau lulus sarjana. Jadi sudah saatnya kau bekerja dan menghasilkan uang. Kau tidak ingat kau adalah penerus bisnis ayah?! Aku tidak mau jika kau yang meneruskan kalau kau bodoh seperti ini. Bisa jatuh perusahaan yang sudah aku rintis dari nol." Kuperhatikan wajah ayahku merah dan mengeras. Sepertinya sudah habis kesabarannya.
"Aku janji akan berusaha ayah." Ku gosok-gosokkan kedua telapak tanganku masih tetap memohon, sampai ku pegangi kaki ayahku agar dia membatalkan rencananya mengusirku.
"Aku tidak perlu janji. Aku perlu bukti. Kau sudah mengatakan itu ribuan kali tapi tetap saja kau malah bermain-main dengan wanita."
Itukan keturunan dari kau ayah.
Ya bagaimana ya? Aku harus menggunakan pesonaku dengan maksimal, dong. Aku ini tampan. Kaya sejak lahir. Apa saja aku punya. Wanita? Tinggal ku kedipkan mata mereka langsung membuat barisan untuk mengantri aku sentuh.
Kurang apa coba?
"Kau kurang pintar!"
Terserahlah. Aku sudah muak.
"Oke. Jika itu yang ayah inginkan. Lihat saja," aku beranjak berdiri. Melepaskan kaitanku pada kaki ayah yang menyebalkan. "Aku akan menjadi orang yang berhasil. Aku tidak butuh ayah. Aku akan pergi. Fix. Aku pergi! Bye. Aku benci kalian semua. Termasuk ibu. Selamat tinggal ibu."
Akupun pergi. Kulihat ibuku sudah menangis guling-guling di samping ayahku. Mencoba membujuk ayah agar berubah pikiran. Sudah keras ya keras saja. Ayahku tidak akan goyah sedikitpun walaupun nanti malam mungkin akan semalaman menghabiskan nafsunya di atas ibuku.
Masa bodo. Aku tidak peduli. Aku akan keluar dari rumah istana ini. Fix. Aku keluar.
Ku banting pintu yang terbuat dari kayu jati yang dilapisi emas dan keramik pada knop pintunya untuk menunjukkan betapa marahnya diriku. Aku juga bisa marah.
Tetapi setelah ku banting pintu ini. Aku menyesali perkataanku.
Aku harus kemana? Aku baru ingat kalau aku anak semata wayang yang tidak punya saudara.
Ayah dan ibuku juga anak semata wayang dari orang tuanya makanya warisan mereka jatuh ke ayah dan ibu yang menjadikan harta mereka semakin meraja lela.
"ARGHHH" aku mengerang frustasi. Kalut sekarang mendominasi pikiranku. Aku harus mengungsi kemana? Pergi ke rumah Jimin? Itu tidak mungkin. Pasti aku akan diusir karena dianggap mengganggu kehidupannya yang super sibuk dengan pekerjaannya sebagai pengusaha teokbboki nomer satu di Korea Selatan. Pengusaha muda yang sudah merintis karir sejak masih di bangku kuliah saat bersamaku. Aku sih masih main-main saja waktu kuliah. Dia terlalu bekerja keras.
Atau ke rumah Jhope hyung? Ahh itu juga tidak mungkin. Aku pasti akan menjadi suruhannya untuk memberi makan seratus kuda balapnya yang liar itu. Tidak-tidak. Aku menggelengkan kepala.
Setelah beberapa saat bergelut dengan pikiranku harus pergi kemana aku sekarang? Akupun ingat. Kakek?
Ahhh aku masih punya kakek. Tapi haruskah aku pergi ke sana? Ke kampung halaman ayah?
Astagaaaa. Tidak ada pilihan lain.
Next?
Prolognya gimana?
Menarik atau enggak?Ky.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Girlfriend [√]
FanfictionJennie adalah wanita aneh yang mengaku masih gadis. Aku bertemu dengannya di kampung. Pelosok. Jauh sekali dari peradaban umat manusia. Dia buluk dan dekil. Sangat bau dan udik. Tapi kenapa aku berdebar saat pertama kali bertemu dengannya? Masa iya...