Taehyung merosot di balik pintu. Apa yang baru saja ia lakukan pada gadis itu dengan mengecup bibirnya adalah di luar kendali. Kini Taehyung merasakan debaran jantungnya yang luar biasa.
Tidak, tidak. Taehyung masih muda. Mana mungkin ia punya serangan jantung. Berusaha abai, namun gejolak dalam dirinya kian memburu. Taehyung rasa, ia benar-benar telah jatuh pada keunikan gadis itu.
Tak pedulikan wajah yang jelek penuh jerawat, pun tingkahnya yang terdakang amat sangat konyol, bisa-bisanya Taehyung menyukai gadis sepertinya? Takdir.
Kau tak bisa mengubah takdir, tetapi kau bisa mengubah nasibmu menjadi lebih baik dengan usaha.
Apakah Taehyung bernasib baik dengan mencintai Jennie? Entahlah, mungkin nasib buruk akan segera menimpanya, atau dengan bertemunya ia dengan Jennie, akan membawanya pada nasib baik dan kembali menjadi kaya raya?
Semua tergantung pada usaha Taehyung.
Pipi Jennie kian terasa panas. Setelah presensi Taehyung hilang di balik pintu. Kembang api serasa meledak-ledak menghasilkan percikan bahagia di atas kepalanya.
Anggap saja Jennie mendadak gila karena ulah Taehyung. Lantaran tak tahan dengan semua itu, Jennie memilih meredam kepalanya di bawah bantal hingga terlelap.
Namun gagal. Ya, lagi dan lagi senyuman itu mengembang begitu lebar tatkala perlakuan Taehyung kembali terputar di otaknya.
Geli. Perut Jennie terasa geli. Bukan karena masa periodenya yang menyiksa, namun rasa geli seperti terkena kepakan sayap ribuan kupu-kupu yang berterbangan di perut Jennie.
Aaaau Taehyung aku bisa gila.
***
Taehyung gigit bibir bawahnya seraya memegang dada yang tak kunjung berdetak normal. Masih terduduk di depan pintu kamarnya. Butuh waktu beberapa menit untuk mengembalikan kesadarannya hingga seratus persen.
Taehyung menghirup udara banyak-banyak kemudian menghembuskannya perlahan. Menetralisir racun yang ia dapat dari bibir Jennie yang seakan membuatnya terasa candu. Ini bukan racun. Ini lebih terasa seperti zat aditif serupa micin yang jika tidak dicampurkan pada makanan akan terasa hambar dan membuatnya enggan mencicipi makanan itu.
Penganalogian yang kurang tepat. Memang Jennie apa disamakan dengan micin? Hei, Jennie bisa diibaratkan seperti lebah yang menghasilkan madu. Manis. Kelewat manis. Kau bisa menikmati madu yang Jennie hasilkan. Namun jangan berani kau coba-coba untuk menyakitinya, maka Jennie akan menyengatmu sampai kau mati kesakitan.
Terkadang yang awalnya manis akan berakhir menyakitkan. Namun bisa saja sebaliknya, pahit yang kau rasakana akan berujung bahagia dengan perjuangan yang kau lakukan.
Taehyung segera bangkit dari duduknya, bersamaan dengan itu bunyi ponselnya sungguh mengganggu.
Tanpa melihat siapa yang menelepon, Taehyung langsung saja membawa ponselnya menempel pada telinga kanannya.
"Halo?"
"..." Suara dari seberang sana langsung terdengar.
Mendengar suara itu senyum Taehyung mengembang, namun dengan sekejab senyum itu luntur ketika ia melirik pintu di belakangnya dan teringat pada gadis yang tadi ia tinggalkan di dalam.
Taehyung buru-buru menjauh dari sana menghindari jika suaranya terdengar oleh Jennie.
Hei, mengapa perlu khawatir? Taehyung hanya menerima telepon dari Irene, mengapa harus sembunyi-sembunyi? Apakah Taehyung ingin menjaga perasaan Jennie?
"Ada apa nuna meneleponku?" Tanyanya saat sudah berada di tempat aman. Dapur mungkin di rasa cukup aman. Tak ada orang di sini. Hanya bunyi jarum jam pada dinding yang Taehyung dengar.
Taehyung memilih menyandarkan tubuhnya di pintu kulkas dengan posisi miring. Menghadap wastafel dengan pandangan ke bawah.
["Aku rindu padamu. Bisakah kita bertemu?"]
"Bertemu? Hmm bagaimana, ya? Aku sedang tidak di Seoul nuna. Sepertinya akan sulit."
["Kau di mana? Kata Jimin kau sedang berada di luar negeri. Apa yang sedang kau kerjakan?"]
Jimin sialan. Sejak kapan Taehyung pergi ke luar negeri. Yang ada, Taehyung pergi ke luar angkasa dan tersesat di planet tak dikenal.
"Ah tidak nuna. Aku hanya sedang berada di tempat saudaraku. Ada urusan yang harus ku kerjakan. Kalau nuna ingin bertemu, ayo bertemu. Aku juga ingin melihatmu."
Tunggu. Ini terasa aneh. Taehyung merasa canggung. Apa baru saja ia berbohong. Taehyung bahkan hampir lupa eksistensi seorang Irene masih berstatus sebagai kekasihnya yang paling ia cintai. Walau sering bermain bersama wanita lain. Namun Irene tetap menjadi prioritasnya.
Yah mungkin karena Taehyung terlalu sibuk di rumah kakeknya dan tidak ada waktu untuk memikirkan Irene.
["Besok kita bertemu di kafe biasa. Ada yang ingin kubicarakan padamu."]
"Besok?"
["Ya! Apa kau keberatan?"]
"Ah tidak, tidak. Oke. Besok kita bertemu."
["Aku mencintaimu."]
"Aku juga m_mencintaimu."
Setelah bunyi pip terdengar tanda sambungan berakhir. Taehyung kembali dirundung kegelisahan. Sebaiknya besok ia temui Irene atau tidak?
Di satu sisi, ia juga rindu kekasihnya. Di sisi lain, Taehyung merasa dirinya jahat. Oh ayolah Taehyung, itu bukan masalah besar. Kau bisa memacari lima gadis sekaligus. Di mana dirimu yang brengsek itu?
Setelah beberapa menit berperang dengan isi kepalanya sendiri, Taehyung mengendikkan bahu bersikap masa bodo.
***
Tunggu sebentar hingga hujannya reda. Ah sial. Setelah Taehyung selesai berdandan, belum sempat ia pergi tiba-tiba hujan mengguyur desa ini seolah melarangnya untuk pergi. Hei lagipula ada mobil, bodoh sekali.
Tanpa Taehyung minta izin, ia ambil kunci mobil milik kakeknya di atas nakas. Bukan lagi mobil pick up, ia bawa mobil yang lebih keren sedikit. Hyundai.
Saat Taehyung hendak melangkah melewati pintu menuju garasi, seseorang memanggilnya.
"Taehyung mau kemana?"
Taehyung menoleh, mendapati gadis dengan tatanan rambut super megah, tanpa disisir dan mengembang tingi. Astaga Taehyung sempat kaget melihat Jennie yang seperti orang gila.
Itu juga termasuk ulahmu Taehyung. Masih ingat dengan apa yang dilakukan Taehyung kemarin? Kecupan singkat yang membuat Jennie melambung tinggi.
Jika dipikir lagi, Taehyung khilaf.
"Pergi." Beri tahu Taehyung.
"AKU IKUT!"
Taehyung melotot. Ini buruk. Bisa runyam jika gadis ini ikut. Malu tentunya akan mendominasi. Namun, bersamaan dengan pikiran itu, sekelebat ide hebat Taehyung muncul.
"Pakai parfum lalu kita pergi." Jawaban yang tak terduga. Apa yang direncanakan Taehyung sungguh membuat dirinya merasa "ini gila."
Jennie dengan girangnya melompat-lompat kembali menuju kamar untuk melakukan apa yang Taehyung minta sambil waspada takut takut jikalau Taehyung menipunya dan malah pergi meninggalkannya.
"TUNGGU DI SANA DAN JANGAN BERGERAK!" Teriaknya memperingati.
Taehyung hanya mengulum senyum seraya bersedakap tangan menunggu Jennie tiba.
Tbc
Maaf banget kalau updatenya lamaaa banget. He he
Bantu promot cerita ini ke temen-temen kalian yang suka baca ff.
Thankyou
Ky.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Girlfriend [√]
FanfictionJennie adalah wanita aneh yang mengaku masih gadis. Aku bertemu dengannya di kampung. Pelosok. Jauh sekali dari peradaban umat manusia. Dia buluk dan dekil. Sangat bau dan udik. Tapi kenapa aku berdebar saat pertama kali bertemu dengannya? Masa iya...