Pertama kali Jennie melangkahkan kaki memasuki rumah Kim Taehyung, perhatiannya sempat tersita oleh pintu kayu berlapis emas di hadapannya.
Seberapa mahal pintu itu? Untung tidak dijual saat kepepet seluruh uang keluaga ini raib untuk membayar hutang. Rumahnya masih utuh.
Nyonya Kim sangat friendly sekali. Jennie sempat takut jikalau ibu Taehyung ini tidak akan menerimanya.
Biasanya dalam drama-drama yang sering ia tonton bersama Rose dan Jungkook, seringkali kekasih anak orang kaya akan dijahati oleh calon ibu mertua. Ternyata hal itu tidak terjadi sama sekali pada dirinya.
Nyonya Kim sangat baik. Kelewat baik malah. Senyumnya yang selalu mengembang membuatnya terlihat awet muda. Meskipun kita tak tahu, di sela senyuman itu terselip kesedihan yang Jennie tak tahu apa penyebabnya.
"Jennie, kau tidurnya di sini, ya!" Kata Jisoo. Mereka telah berada di depan pintu kayu berplitur cokelat. Tepat di samping kamar Taehyung.
Jisoo membuka pintu itu, menyeruak masuk diikuti Jennie yang langsung terpukau dengan isi kamar itu.
"Owahhh!" Reaksinya. Matanya berbinar kala melihat isi kamar itu didominasi dengan warna merah muda dan hijau.
"Bagaimana? Kau menyukai kamar ini?" Tanya Jisoo antusias. Jennie terlihat mengedarkan matanya ke penjuru ruangan.
Sebelum Taehyung lahir, Jisoo menginginkan seorang anak perempuan, atau setidaknya Taehyung akan memiliki seorang adik perempuan.
Jisoo dan Namjoon telah mempersiapkan kamar bernuansa pink ini untuk anak perempuan mereka. Namum kesempatan itu tidak pernah datang lagi lantaran Taehyung telah ditakdirkan menjadi anak tunggal satu-satunya yang menjadi pewaris tahta kerajaan.
Lima tahun kemudian, Jisoo dinyatakan hamil setelah beberapa kali mengalami mual-mual dan pusing. Namun setelah kehamilan ke duanya menginjak usia 12 minggu, janin yang berada di dalam rahimnya mengalami kematian.
Dan itu membuat Jisoo tidak mau mengandung lagi. Merasa tak dapat merawat sang buah hati yang belum sempat melihat indahnya dunia.
Hal itu tentu membuat Jisoo cukup terpukul hingga berlarut-larut sampai beberapa tahun. Untung saja Namjoon berhasil menghiburnya. Sehingga kesedihan itu cepat berlalu.
Jika putrinya itu masih hidup, mungkin usianya sama dengan Jennie sekarang.
Kamar ini sangat luas. Dinding yang dilapisi wallpaper berwarna merah muda bermotif bunga-bunga memanjakan mata. Bed cover yang berada di tengah itu terlihat empuk dengan sprei berwarna putih bersih. Wow, ada tirainya. Berwarna hijau dan terlihat sangat segar.
Gorden putih dengan renda di ujung kain menutupi sinar matahari yang setiap pagi penghuninya nantikan.
Ahh.. Jennie jadi tidak rela kalau liburannya di sini nanti telah berakhir. Nyaman sekai berada di rumah ini.
Di sisi kiri terdapat lemari yang begitu besar dan di belakang lemari itu terletak kamar mandi yang tak kalah luasnya.
"Sayang.. tapi maaf, ya. Lemarinya kosong." Jisoo menyungginkan cengirannya. "Soalnya ibu tidak memiliki anak perempuan." Lanjutnya.
"Ah tidak apa-apa, bu. Aku membawa pakaianku sendiri." Jennie menyeret satu kopernya yang berwarna blue sky.
"Ibu, apa tidak apa-apa aku memakai kamar ini?" Jisoo tersenyum. Mengusap pundak Jennie "Tidak apa-apa, sayang. Kau ku anggap seperti anakku sendiri." Ujarnya menenangkan.
"Sekali lagi terima kasih eommoni." Jisoo mengangguk.
"Setelah kau beres-beres segera turun ke bawah, ya! Kita makan siang bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Girlfriend [√]
Fiksi PenggemarJennie adalah wanita aneh yang mengaku masih gadis. Aku bertemu dengannya di kampung. Pelosok. Jauh sekali dari peradaban umat manusia. Dia buluk dan dekil. Sangat bau dan udik. Tapi kenapa aku berdebar saat pertama kali bertemu dengannya? Masa iya...