Tangis pilu memenuhi seisi ruangan. Gadis itu tak henti-hentinya merintih dan mengucap dimana anaknya. Sungguh hal itu membuat hati sang pasangannya terluka.
Taehyung terus mendekapnya, menenangkan Jennie dalam pelukan. Lagi-lagi gadis itu meronta dan memukul-mukul dada bidangnya tanda penolakan. Mau bagaimana lagi, bayinya telah keluar dari rahimnya dalam keadaan sudah tak bernyawa.
Senja mulai menampakkan diri di langit yang mulai menjingga. Tanda telah satu hari penuh gadis ini terus menangis sejak ia tersadar fajar tadi.
Air matanya tak kunjung habis layaknya lautan yang terus diguyur air hujan. Pun apakah perutnya tak kelaparan? Tenaganya akan habis jika ia tak diberi asupan. Dan hei, sulit sekali memberikan Jennie obat.
"Jennie tenang. Semua akan baik-baik saja. Percaya padaku." Mungkin telah ribuan kali Taehyung mengatakan hal demikian. Namun gadis itu tetap menggelengkan kepalanya dan kembali memberontak.
"Dimana bayiku? Kenapa perutku kempes?" Kemarin perutnya sudah membuncit walau hanya naik beberapa centi. Namun itu adalah kebahagiannya dan kini hilang begitu saja? Satu nyawa telah Jennie nantikan akan kehadirannya dan sebelum itu terjadi, ia sudah kehilangan tanpa pernah melihatnya terlebih dahulu. Sungguh kejam, bukan?
"Bayi kita sudah bahagia di surga. Kau tidak boleh menagisinya terus. Pasti dia akan sedih. Ayo Jennie kau harus makan dan meminum obatmu."
"Bohong!" Jawabnya di sela-sela tangis histerisnya.
Taehyung geram. Harus dengan cara apalagi ia memberi tahu Jennie tentang semua kenyataan yang ada. Haruskah dia berbohong bahwa bayinya masih hidup? Itu hanya akan memperumit masalah ke depannya.
"AKU TIDAK BOHONG!" untuk yang pertama kalinya, Taehyung benar-benar membentak Jennie. Taehyung hilang kesabaran dan sudah tak tahan lagi. Lihatlah, gadis itu kembali menangis histeris melebihi sebelumnya.
Taehyung memijit pangkal hidungnya, ia juga akan meledak jika terus berada dalam satu ruangan bersama gadis itu. Jadi ia putuskan untuk meninggalkan Jennie untuk sementara waktu.
Suster yang berjaga tak jauh dari sana segera menghampiri Jennie dan menenangkan gadis itu. Sepertinya waktu berjalan dengan lambat. Kaki Taehyung terasa sangat berat saat ia langkahkan untuk meninggalkan ruangan itu. Pun suara jerit tangis Jennie sangat jelas terdengar mengarungi gendang telinganya.
Tetap, Taehyung dengan sekuat tenaga pergi dari sana.
Asal semua orang tahu. Jennie hanya butuh orang yang sabar merawatnya. Kepedulian dan ketelatenan. Jennie hanya perlu perhatian lebih dan hanya kesabaranlah yang mampu meredakan tangisannya. Namun Taehyung tak sesabar itu. Pria itu bisa sama-sama meledaknya ketika salah satu dari mereka menangis. Dan itu membuat Jennie bertambah sedih.
Untuk saat ini Jennie benar-benar terpukul atas kepergian janinnya yang bahkan sudah Taehyung beri nama. Kim Chi Masisoyonya telah pergi meninggalkan ayah dan ibunya tanpa perasaan.
***
Hidupnya bukanlah lelucon. Taehyung benar-benar lelah dengan alur kisah hidupnya. Salah apa ia di kehidupan sebelumnya hingga di kehidupannya kini, ia begitu menderita.
Bolehkah Taehyung protes dengan Tuhan? Kenapa tidak adil sekali? Taehyung selalu dibuat menderita.
Taehyung hanyalah manusia biasa. Bukan manusia super ataupun Buz lighter. Taehyung hanya pria lemah yang menginginkan kebahagiaan. Itu saja.
Namun memang sudah di garis takdirkan seperti ini. Ia hanya bisa menjalaninya dan jika ia menyerah itu sama saja ia adalah pecundang.
Jadi apa yang akan Taehyung pilih untuk melanjutkan kisahnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Girlfriend [√]
FanfictionJennie adalah wanita aneh yang mengaku masih gadis. Aku bertemu dengannya di kampung. Pelosok. Jauh sekali dari peradaban umat manusia. Dia buluk dan dekil. Sangat bau dan udik. Tapi kenapa aku berdebar saat pertama kali bertemu dengannya? Masa iya...