Happy Reading Kesayangan . . . .
Sorry for Typo
🙏🙏🙏🙏***
Disepanjang perjalanan pulang, Saint hanya terdiam, dan Perth sangat memahami kondisi Saint. Dia sama sekali tak protes atas diamnya Saint. Sempat terbersit dalam benak Perth, ternyata bukan hanya dia yang menanggung beban masalah dengan orangtua, kekasihnya pun sama, bahkan hingga menganggu psikis Saint.
Setibanya dirumah . . . .
Perth mengikuti langkah Saint memasuki kamarnya. Sungguh tak tega dia tak mengantarkan Saint hingga memastikan Saint memasuki kamarnya dengan selamat.
Tempat yang langsung Saint tuju adalah tempat tidur. Dia langsung merebahkan diri dengan posisi menyamping.
"Sayang, apa tidak sebaiknya ganti baju dulu?" tanya Perth dengan hati-hati.
Saint menggeleng, "Nanti saja, aku sangat ingin berbaring." suara Saint terdengar parau dan berat.
Apa dia menangis?
Tanpa pikir panjang, Perth langsung menuju tempat tidur dan mendekati Saint dengan posisi duduk. Dielusnya kepala Saint sambil memandangi wajah Saint yang mulai terlihat memerah karena menahan tangis.
"Are you okay?"
Saint menggeleng, dan akhirnya dia menangis.
Airmata yang sejak tadi ditahannya. Perth pun akhirnya ikut berbaring dan menarik Saint ke dalam pelukannya. Saint membenamkan wajahnya di dada Perth.
"Aku sangat ingin membuang rasa benci ini, Perth. Tapi mengapa terasa sangat sulit." isak Saint.
Perth hanya terdiam sambil mengelus kepala Saint.
"Aku bahkan telah lupa rasanya dipeluk mereka."
"Ssssssstttt . . . jangan dipikirkan lagi, bunny. Kamu punya aku. Aku akan selalu ada dan menjadi bagian di susah dan senangmu."
Kalimat Perth justru membuat Saint makin menangis dalam pelukan Perth.
Malam semakin larut dan akhirnya mereka akhirnya tertidur dengan terus saling berpelukan, saling menguatkan.
Pukul 2 subuh . . . .
Saint perlahan membuka matanya dan berusaha menyamankan matanya dengan lampu kamarnya yang masih menyala.
Tunggu . . . .
Saint perlahan menyadari dia tak sendiri, bahkan dia tertidur dalam pelukan . . . Perth?
Saint mendongakkan kepalanya dan dapat dilihatnya wajah tenang kekasihnya yang tertidur pulas. Saint perlahan tersenyum. Lelaki hebatnya sama sekali tak meninggalkannya. Bahkan pelukan Perth terasa sangat nyaman dan hangat.
Betapa inginnya Saint melanjutkan tidurnya, namun rasa lapar kini mengganggunya. Terang saja, makan terakhirnya saat siang, setelah itu tak makan apapun lagi.
Saint bergerak hendak bangun namun Perth sangat erat memeluknya.
"Perth . . ." Saint mencoba membangunkan Perth dengan sedikit menepuk dada Perth namun Perth masih tak bereaksi.
"PERTH . . ." Kali ini Saint lebih mengeraskan suaranya dan berusaha lepas dari pelukan Perth.
"Bunny . . ." suara serak Perth mulai terdengar.
Saint memandangi wajah Perth, namun mata Perth masih terpejam.
"Perth, lepaskan aku, aku mau bangun." pinta Saint dengan masih berusaha meloloskan diri.

KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU
Storie d'amorePerth Saint FanFic Perth Tanapon, seorang pria yang terperangkap antara membahagiakan kedua orang tuanya atau kebahagiaannya sendiri. Saint Suppapong, seorang pria dengan trauma mendalam, dan memilih untuk tidak jatuh cinta lagi.