SAINT SUPPAPONG

2K 204 48
                                        

Happy Reading Semua Kesayanganku . . . .

'Sorry for Typo'

***

Pukul 10 malam, Saint baru saja merebahkan badannya di tempat tidurnya yang berukuran tidak terlalu besar. Kamarnya tampak rapi dengan balutan dinding berwarna cream muda, sebuah lemari pakaian, sebuah meja dengan jejeran buku tersusun rapi dan sebuah kursi. Terdapat sebuah gitar di sudut kamar, dilantai. Sebuah gambar pemandangan hutan dan air terjun yang menyejukkan jiwa menggantung di dinding kamar Saint.

Saint merasa sangat lelah karena hari ini sangat banyak pelanggan di GL Coffee Shop. Hampir setahun Saint bekerja sebagai seorang Barista disana.

Tok . . . Tok . . . Tok . . .

"Saint." Panggil seorang pria dari luar kamar Saint.

"Masuklah, Mean. Aku tidak mengunci pintunya."

Tak lama pintu kamar Saint terbuka dan seorang pria berkulit putih dengan celana boxer dan baju kaos tanpa lengan memasuki kamar Saint.

"Zee, si tukang selingkuh itu, menunggumu dibawah."

Saint langsung membuang napas berat, dan memiringkan badannya, berbaring membelakangi, Mean. "Aku lelah, aku mau tidur."

"Aku sudah memberitahunya kalau kamu sudah tidur, tapi dia tetap bersikeras mau menemuimu, bahkan sudah mau menerobos naik ke kamarmu."

"Tidak bisakah kamu mengusirnya, Mean?" tanya Saint masih membelakangi Mean.

"Kalau saja tidak menganggu tetangga, sudah dari tadi aku lakukan. Tapi kamu tahu sendiri bagaimana keras kepalanya dia."

"Mengapa dia masih tidak mau berhenti menganggu hidupku." gerutu Saint lalu segera bangun dari tidurnya dan melangkah melewati Mean keluar dari kamarnya.

Saint menuruni tangga dengan malas, dari sebelum menuruni tangga, Saint sudah dapat melihat Zee duduk dengan gelisah di sofa. Ruang tamu dan ruang tengah rumah sewa Saint dan Mean memang bersatu, ditambah dengan dapur beserta pantry dan beberapa kursi di meja pantry.

Saat melihat Saint yang hampir selesai menuruni tangga, Zee langsung berdiri dan berlari menghampiri Saint.

"Kita bicara diluar." kata Saint sambil berjalan menuju pintu keluar tanpa menunggu Zee. Zee segera mengikutinya.

"Aku disini Saint, jika kau butuh sesuatu." teriak Mean sebelum Saint menghilang di balik pintu diikuti Zee.

Saint melangkah melewati teras, menyusuri halaman kecil dengan rumput hijau yang memisahkan antara teras dan pagar depan rumah. Saint lalu menghentikan langkahnya di tengah halaman berumput itu lalu memutar badannya menghadap Zee.

"Aku harap ini yang terakhir kamu datang ke rumah ini, P'" kata Saint dingin.

Zee menggelengkan kepalanya dan langsung menunjukkan wajah memelas, "Aku ingin kita membicarakan ulang hubungan kita dengan kepala dingin . . . "

Saint menatap tajam pada Zee, "Hubungan kita sudah berakhir, kan, P'? Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi." bentak Saint

Zee melangkah maju mendekati Saint, dipandanginya Saint dengan tatapan memohon, matanya berkaca-kaca. "Saint, Art . . . dia yang suka padaku. Sekitar sebulan lalu, kami minum bersama dengan teman-teman kantor di bar, dan aku mengantarnya pulang. Karena mabuk . . . kami . . . melakukannya . . . Tapi itu hanya terjadi sekali."

Saint menggigit bibir bawahnya menahan sakit, matanya pun mulai berkaca-kaca. Dadanya dirasakan mulai sesak.

"Keesokan harinya, aku bilang padanya kalau yang telah aku dan Art lakukan salah dan aku mencintaimu. Art, bilang dia mengerti, tapi dia masih saja menempel padaku. Diapartemenku, saat kamu kebetulan melihat kami, aku mengatakan hal yang sama padanya, aku tidak mau melakukannya. Aku tidak mau bercinta dengannya. Aku mencoba menahannya. Tapi dia terus memaksa. Saint, Aku tidak mau kita berakhir." pinta Zee dengan suara parau karena menahan tangis.

WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang