I AM YOURS 🔞

2K 176 51
                                    

🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞

Happy Reading and Sorry for Typo

***
Perth memasuki kamar, dan sanyup terdengar guyuran air dari kamar mandi.

"Sayang, jangan terlalu lama di kamar mandinya, aku tidak mau kamu masuk angin nanti."

Tak ada jawaban dari kamar mandi. Perth memilih merebahkan dirinya ke tempat tidur, sambil memainkan hpnya, melihat beberapa pesan email dari sekretarisnya.

Setelah beberapa lama tak terdengar lagi suara guyuran air dari kamar mandi. Senyap. Beberapa saat masih senyap dan Saint tak juga keluar dari kamar mandi.

Perth memandang ke pintu kamar mandi.

"Bunny?" panggil Perth yang mulai terlihat khawatir.

Masih tak ada suara.

"Saint . . . sayang . . . " panggil Perth lagi.

"Perth . . ."

"Ya, sayang."

"Han . . duk . . ." suara Saint terdengar sangat kecil.

Perth tersenyum bahkan hampir tertawa, ternyata Saint tak membawa handuk bersamanya ke kamar mandi.

Mereka memang telah disediakan handuk oleh asisten rumah tangaa Plan namun diletakkan di atas meja dekat pintu masuk kamar mereka.

"Aku kurang dengar sayang?" goda Perth sambil melangkah menuju meja tempat handuk itu.

"Perth, jangan bercanda, cepat berikan handuknya aku kedinginan."

Perth sebenarnya masih ingin bercanda dengan kekasihnya itu, namun kata 'kedinginan' dari Saint mengubah segalanya. Dengan gerakan cepat, Perth langsung meraih handuk diatas meja lalu mengetuk pintu kamar mandi.

Perlahan pintu kamar mandi terbuka dan lengan putih mulus Saint terulur. Perth menelan salivanya.

"Perth." suara Saint terdengar sambil lengan Saint bergerak meminta.

Dengan tak rela Perth memberikan handuk itu.

Dan pintu kamar mandi pun kembali tertutup.

Dengan langkah gontai Perth menuju tempat tidur lalu duduk ditepinya. Dan tak lama pintu kamar mandi terbuka.

Tanpa mempedulikan Perth yang tak berkedip menatapnya, Saint dengan handuk melilit dipinggangnya melangkah menuju satu-satunya tas ransel berisi pakaian mereka berdua yang tergeletak di tempat tidur disamping Perth.

Saint mengeluarkan pakaiannya dan juga pakaian Perth, "Mandilah Perth, sebelum terlalu larut."

Tak ada jawaban dari Perth, namun sebuah ciuman justru diberikan Perth di pipi Saint. Saint memandangi wajah Perth yang sangat dekat dengannya. Wangi tubuh Saint setelah mandi sangat menggoda indera penciuman Perth. Dan mata Perth dimanjakan dengan bibir Saint yang pink dan sangat penuh.

Perth tak dapat lagi menahannya. Perth mengecup bibir Saint, dan tak butuh lama berubah menjadi lumatan yang menuntut. Perth menarik tengkuk Saint agar lumatan mereka semakin dalam. Suara isapan bibir mereka memenuhi kamar. Saint sedikit mendorong dada Perth karena telah hampir kehabisan oksigen. Dengan sangat tak rela Perth melepaskan ciuman panas mereka. Napas keduanya memburu.

Namun Perth benar-benar merasa tak cukup, dia kembali hendak mencium bibir Saint namun Saint segera menahan Perth dengan meletakkan jarinya di bibir Perth.

"Ini di rumah Plan." bisik Saint.

"Aku tahu. Apartemen Plan ciuman pertama kita, bagaimana kalau rumah Plan menjadi . . . "

WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang